Astagfirullah! Mulut Jenazah Pria Ini Tak Henti Keluar Darah. Ternyata Saat Hidup Rutin Lakukan Ini
Orang paling beruntung adalah orang yang selalu mengingat mati. Dengan mengingatnya paling tidak, ada yang disiapkan menuju kematian itu.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
Orang-orang yang melayat jadi tak kuasa lagi menahan aroma tidak sedap tersebut yang bersumber dari mulut Wayan, dan segera menutup hidung rapat-rapat.
Di tengah suasana mencekam dengan bau busuk yang menyengat itu, Sarbini (30 tahun bukan nama sebanarnya) tiba-tiba beranjak dari kursi.
Merasa kasihan, tidak tega melihat jenazah Wayan dibiarkan terbengkalai, dia segera melangkahkan kaki ke tempat pemandian jenazah. S
eakan mendapat kekuatan dari langit, dia tidak peduli dengan bau yang menyengat.
Didorong perasaan tak tega melihat kondisi jenazah, dia segera memerintahkan pihak keluarga untuk membersihkan bagian tubuh Wayan yang lain, sementara dia sendiri mengurusi bagian kepala Wayan, terutama di mulut Wayan yang mengeluarkan darah segar.
Dengan telaten, Sarbini yang memang dikenal warga kampung Delima sebagai orang yang baik itu membersihkan mulut Wayan.
Berulangkali, dia mengusap leleran darah yang mengalir tersebut, anehnya tetap saja darah dari mulut Wayan bercucuran terus dan tidak mau dihentikan.
Darah itu seakan tak mau henti mengucur, dan prosesi pemandian jenazah Wayan itu pun harus memakan waktu lama, berjam-jam.
Karena darah itu tidak kunjung henti, pihak keluarga mulai diserang rasa cemas dan dicekam kebingungan. Akhirnya, proses pemandian jenazah diputuskan untuk disudahi, meski darah segar masih saja terus mengalir dari mulut Wayan.
Dengan disumbat kapas putih, darah itu memang sedikit tertahan dan tak keluar.
Kendati demikian, rembesan darah yang mengalir dari sumbatan kapas tetap mewarnai kapas yang berwarna putih itu menjadi kotor akibat aliran darah dari mulut Wayan yang belum bisa dihentikan.
Jenazah Wayan segera dibopong ke dalam rumah untuk dikafani dan kemudian dishalati.
Setelah mempertimbangkan kondisi jenazah yang sedemikian parah, maka prosesi pemakaman Wayan pun akhirnya dilaksanakan dengan cepat setelah jenazah itu dishalati.
Maka, tidak lama setelah dishalati, jenazah Wayan langsung diusung ke tempat peristirahatan terakhir diiringi oleh para pelayat, yang sebagian besar adalah warga kampung Delima.
Tanah Kuburan Longsor