Rohingya, Suku yang Dimarjinalkan dan Dipaksa Saksikan Anak Mereka Dipenggal dan Ditodong Pistol
Recep Tayyip Erdogan meminta para pemimpin negara-negara Islam untuk menangani masalah yang dialami puluhan ribu warga Muslim Rohingya
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
SRIPOKU.COM -- Desakan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan yang meminta para pemimpin negara-negara Islam untuk menangani masalah yang dialami puluhan ribu warga Muslim Rohingya yang berjuang menyelamatkan diri dari kekerasan di Rakhhine, Myanmar, semakin mencuatkan tindakan kekejaman pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Kejadian ini sebenarnya berlangsung sudah sangat lama, dan bahkan sempat mereda pada dua tahun silam.
Namun kekejaman itu kembali memuncak dan kembali menghangat dan menjadi isu kemanusiaan di tingkat internasional.
Seperti diberitakan, penindasan terhadap etnis Muslim Rohingya masih terjadi hingga kini.
Bahkan pemerintah Myanmar baru-baru ini mengerahkan pasukannya ke Provinsi Rakhine.
Puluhan orang tewas saat pasukan pemerintah menyerbu kampung-kampung di daerah tersebut.
Konflik ini terus berlanjut
Puncak dari perseteruan justru semakin mengerucut ketika beberapa sumber menyebut bahwa salah satu pihak yang menyerang etnis Rohingya adalah penduduk Myanmar yang mayoritas menganut agama Budha.
Sepanjang tahun terus berlangsung, puluhan ribu warga Rohingya ini yang berhasil selamat justru terlunta-lunta dan harus berjuang mati-matian agar bisa mengungsi ke negara lain, termasuk ke Indonesia.
Namun beberapa negara justru tidak bisa berbuat banyak dan hanya mampu menampung mereka sementara sebelum akhirnya terpaksa dikembalikan ke Myanmar.

Namun pemerintah Myanmar justru tidak menerima etnis ini dan dianggap tidak memiliki kewarganegaraan.
Hal ini membuat warga muslim etnis Rohingya hidupnya selalu terancam dan ketakutan.
Akibatnya, kritik pdas dari beberapa lembaga internasional terus bergulir dan menuding negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tak memiliki kepedulian terhadap kaum Rohingya yang terdampar di lautan mencari suaka.
Selama berbulan-bulan, pengungsi Rohingya sampai menderita kelaparan dan mengalami kesusahan.
Negara-negara ASEAN bahkan dituduh melepas tanggung jawab karena tak ada yang mau menerima mereka.