Kisah TKW tak Memiliki Dokumen Resmi Hingga Kumpul Kebo Selama 6 Tahun

Kehidupan rumah tangga di perantauan sebagai suami istri yang bekerja beda majikan membuat hubungan kami tidak sehat

Penulis: Yandi Triansyah | Editor: Sudarwan

Aku dibawa ke kamar sopir itu selama tiga hari baru dicarikan mobil yang akan membawaku ke Jeddah.

Pikiranku bertambah kacau terbayang dosa yang kulakukan karena aku tidur dengan laki-laki yang bukan suamiku.

Sesampai di Jeddah akupun tidak langsung kerja, beberapa hari aku menunggu di penampungan Pak Mas'ul.

Di Jeddah, kota yang baru kutinggali ini aku mulai banyak kenal kawan baik laki maupun perempuan.

Kebetulan aku datang pada hari Kamis malam Jum’at di saat para TKW kaburan ijazah.

Aku langsung bisa beradaptasi dengan lingkungan asrama atau penampungan TKI kaburan.

Sopir yang menjemputku waktu aku kabur dan tiga hari tidur bersamaku dulu tidak memutuskan komunikasi, dia sering telpon dan menanyakan kabar.

Puncak dari hubungan itu dia memutuskan untuk kabur juga menyusulku ke Jeddah.

Sementara itu hubunganku dengan suami mulai renggang sampai puncaknya aku nekad minta diceraikan.

Aku beralasan biar tidak dayus dan nanti kalau ada jodoh nikah lagi setelah aku pulang.

Tadinya orangtua dan suamiku marah.

Tapi pada akhirnya menyerah dia menceraikanku dengan berkata langsung kepada orangtuaku sebagai wali saat nikah kemudian mengirim SMS kepadaku.

Benar juga sopir yang dulu sempat tidur bersamaku itu kabur menyusulku ke Jeddah.

Setelah dapat kerjaan akhirnya dia memintaku untuk menikah saja.

Orangtuaku lagi-lagi tadinya menolak dan marah, tapi dengan alasan takut zina akhirnya dia memperbolehkanku menikah di depan penghulu swasta Jeddah.

Kehidupan rumah tangga di perantauan sebagai suami istri yang bekerja beda majikan membuat hubungan kami tidak sehat.

Lebih-lebih suamiku setelah banyak bergaul di Jeddah ada gejala dia main serong.

Akhirnya rumah tanggaku hanya bagai mimpi kandas lagi.

Suamiku sudah dapat ganti alias menikah lagi dengan TKW kaburan lain yang lebih cantik dariku sementara aku menyendiri tapi berhubungan dengan lelaki lain tanpa ikatan.

Hampir enam tahun aku menjalani kehidupan sebagai TKW kaburan di kota Jeddah dengan penuh kebebasan terutama saat liburan, aku sudah beberapa kali berganti pasangan.

Ilustrasi
Ilustrasi (SPACE.COM)

Aku mulai sadar dan insyaf ingin mengakhiri petualanganku sebagai TKW kaburan.

Pada pertengahan bulan Oktober 2015, aku dengar kabar ada program repatriasi atau pemulangan gratis dari pemerintah untuk TKI Ilegal.

Terdorong ingin menjadi manusia yang baik dan ingin mengakhiri petualangan sebagai TKW kaburan, aku memutuskan untuk pulang dengan ikut program repatriasi.

Tapi ternyata prosesku tak semudah yang kubayangkan, aku berbeda dengan kawan-kawan TKI yang lain.

Permasalahanku adalah aku dulu masuk ke Saudi lewat visa Bahrain kemudian dibawa ke Dammam (Saudi) dan belum dibuatkan iqamah.

Kata petugas safarah aku harus bayar denda SR 15.000.

Pemerintah tidak membiayai pembayaran denda cuma membelikan tiket pesawat saja.

Pikiranku kacau lagi.

Terjadi perang batin antara ingin tetap pulang dan bertobat atau kepalang menjadi manusia rusak moral sekalian dengan tetap berpetualang sebagai TKW kaburan.

Sejak bulan November 2015 aku kembali bekerja lagi sebagai TKW kaburan aku ingin mengumpulkan uang untuk membayar denda.

Sampai ada program repatriasi jilid II ini ternyata uang yang kukumpulkan belum cukup untuk membayar denda.

Kini aku pasrah tapi tetap berusaha.

Sambil menunggu kumpulnya uang, beberapa kali aku melaksanakan umrah ke Baitullah.

Aku sadar mungkin segala kesulitan dan keruwetanku ini akibat perbuatanku sendiri, maka aku harus ikhlas menerimanya.

Saat berada di baitullah aku menangis mengakui segala dosa-dosa yang kuperbuat dan bersimpuh mohon ampunan kepada Allah.

Kakbah di Mekkah
Kakbah di Mekkah (AP PHOTO)

Aku mengaku dan menyesal bahwa selama ini berada pada jalan yang salah.

Sebelum aku pulang ke tanah air, aku ingin mohon ampun kepada Allah.

Aku ingin meninggalkan tanah suci yang pernah kukotori ini dengan bertobat dulu kepada Allah.

Andaikan sampai bulan haji atau Idul Adha nanti aku belum pulang aku nekad akan pergi beribadah haji.

Aku nekad dan pasrah mau dipenjara atau diapakan terserah jika ketangkap petugas, tapi aku sudah ada kemauan ikut program repatriasi, cuma belum bisa membayar denda.

Dengan langkah tertatih-tatih, aku pergi tawaf ke baitullah berdoa dan memohon ampun kepada Allah :

Ya Allah ampunillah hambaMu yang hina dan penuh noda ini.

Ya Allah hamba mengaku sebagai manusia penuh dosa sehingga tak pantas masuk sorga.

Tapi Ya Allah hamba tidak akan kuat menahan siksa di neraka.

Ya Allah berilah hamba jalan keluar dan kemudahan untuk pulang agar bisa bertemu dengan orangtuaku untuk meminta maaf dan mengasuh anakku.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved