Kisah Mistis Penampakan Penunggu Pasar Pocong yang Bikin Merinding Tapi Bikin Penasaran
“Kalo kejadian sih, pernah dengar dari pedagang. Mulai dari dipanggil-panggil dan ada juga yang melihat sosok gaib,” ujar Zul,
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Panji Maulana
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Percaya atau tidak, penamaan pasar Pocong bukan karena pasar ini berada di areal kuburan atau TPU (Tempat Pemakaman Umum) semata.
Namun munculnya nama itu secara spontan, karena adanya kemunculan mahkluk astral yang tiba-tiba nampak secara aneh di tengah aktivitas penduduk sekitar.
Bahkan salah seorang pedagang pun pernah melihat sesosok tubuh yang tiba-tiba berada di atas atap kedai miliknya.
Beberapa pedagang lainnya pernah merinding dan berdiri bula kuduk ketika ada bisikan-bisikan yang mereka dengar, namun tidak satupun tampak orang yang memanggil mereka, padahal di tengah keramainkan dan hiruk pikuk pasar.
Dimana orang lalu lalang baik pedagang yang menjajakkan dagangan ataupun, pembeli yang menawar.
Hal ini diakui oleh Zul Pedagang sering bercerita kepada Zul tentang kejadian-kejadian mistis yang mereka alami selama berjualan disana, mulai dari panggilan makhluk halus sampai dengan terlihatnya sesosok makhluk diatas kedai mereka.

Ilustrasi
“Kalo kejadian sih, pernah dengar dari pedagang. Mulai dari dipanggil-panggil dan ada juga yang melihat sosok gaib,” ujar Zul, perintis atau pendiri pasar Pocong.
Memang jauh sebelumnya TPU ini memang terbilang cukup membuat takut penduduk sekitar terutama menjalani aktivitas malam hari. Beberapa cerita pun pernah terdengar jika ada yang melihat penampakan.
Namun semua itu belum pernah terbukti, meski ada selentingan dan ada beberapa yang mengaku pernah mengalaminya, namun masi sebatas cerita.
Kembali ke soal asal muasal Pasar Pocong, terlepas apakah itu benar. Namun penamaan itu adalah fakta.
Pasar adalah tempat dimana bertemunya penjual dan pembeli.
Dalam proses mutualisme, pasar menjadi alternatif terbaik bagi orang-orang bisa melakukan transaksi dengan sistem tawar-menawar.

Di Indonesia terdapat banyak jenis pasar, mulai dari pasar apung, swalayan sampai dengan pasar modern.
Tapi, bagaimana jika ada pasar yang cukup menyeramkan dari segi penamaannya, bukan hanya nama.
Dimana, lokasinya pun cukup menyeramkan, yaitu di tengah-tengah kuburan. Pasar yang berlokasi di Jalan Telaga Swidak, 14 ULU, Kecamatan Seberang ULU I, Palembang ini bernama Pasar Pocong.
Terletak di tengah-tengah kompleks pemakanam justru tak menjadi penghalang bagi pasar ini untuk menjadi terkenal di kalangan masyarakat Kota Palembang.
Kenapa disebut dengan Pasar Pocong?
Ternyata, asal mula penyebutan nama Pasar Pocong ini bukanlah berasal dari sosok pria bernama Zul sebagai perintisnya, melainkan dari masyarakat sendiri yang melihat lokasi pasar berada di tengah-tengah kuburan dan spontan menyebutkan dengan Pasar Pocong.
Dulunya pasar ini dikenal sebagai Pasar Pagi Naga Swidak.
“Sebenarnya awal mulai dikenalnya pasar pocong ini tidak tahu juga, dulunya bernama Pasar Pagi Naga Swidak.
Karena mungkin pasar ini di tengah-tengah kuburan jadi seiring berjalannya waktu orang menyebutnya dengan sebutan pasar pocong, “ ujar Zul, sosok yang menjadi perintis berdirinya Pasar Pocong.
Pria yang akrab dipanggil Zul ini bercerita tentang awal mula dibentuknya Pasar Pocong ini.

Menurutnya, dirinya hanya mencari cara untuk menyelesaikan masalah pribadinya dalam hal perbelanjaan.
“Semuanya berawal dari kerepotan untuk pergi ke Pasar Silaberanti yang cukup jauh dan harus mengantar jemput istri berbelanja,” ujar Zul.
“Selanjutnya, muncul ide untuk membuat pasar disini.
Kebetulan pada waktu itu ada ketua DPR yang mendukung untuk didirikannya pasar ini.
Dan akhirnya dirintislah dengan mengajak teman yang pertam kali membuat los pada tahun 2004,” tambahnya.
Pada saat merintis pasar ini banyak tanggapan terlontar dari masyarakat, mulai dari yang setuju dengan dibentuknya pasar ini, dan ada juga yang berpendapat kalau pasar ini tidak akan laku dikarenakan terletak di tengah-tengah kuburan.
Walapun nama dan lokasi pasar ini cukup menyeramkan namun pasar ini tetap ramai dikunjungi oleh warga sekitar, mulai dari pukul 7 pagi sampai dengan 12 siang.
“Disini harga bahan-bahan pokoknya murah daripada pasar yang lainnya, misalnya harga telur mereka hanya mengambil keuntung sebesar 400-500 perkilonya,” ujar Zul.
Pasar yang memiliki panjang lokasi sekitar 100 meter ini dulunya berawal dari lapak kecil-kecil yang didirikan oleh Zul beserta teman-temanya.
Lapangan kosongan di depan rumahnya menjadi titik awal dibentuknya pasar kecil-kecil yang kini telah berkembang menjadi Pasar Pocong.
Harga yang murah dan tarif sewa tempat yang tidak terlalu mahal menjadikan tempat ini sebagai tempat yang paling diminati jika ingin membuka lapak dagangan disini.
“Tarif harga sewa disini tergantung bagaimana nego dengan pemilik lahan, biasanya murah,” ujar Zul.
Keadaan pasar yang berada ditengah-tengah kuburan ini membuat para pedagang mendirikan lapak bangunannya diatas kuburan.
Pedagang sering bercerita kepada Zul tentang kejadian-kejadian mistis yang mereka alami selama berjualan disana, mulai dari panggilan makhluk halus sampai dengan terlihatnya sesosok makhluk diatas kedai mereka.
“Kalo kejadian sih, pernah dengar dari pedagang.
Mulai dari dipanggil-panggil dan ada juga yang melihat sosok gaib,” ujar Zul.
Sebenarnya dulu Zul adalah pengurus yang bertugas untuk mengurusi pasarnya ini.
Pada akhirnya iamengundurkan diri karena terkendala biaya dan sampai sekarang tidak ada pengurusnya.
Walaupun pasar ini menjadi salah satu pasar unik yang berada di Kota Palembang, perhatian pemerintah kota terkadang luput tentang keberadaan pasar ini.
“Pernah ada waktu itu datang dari pihak walikota guna berkampanye, tapi kalau rutinnya sering datang ketua RT dan RW setempat,” ujarnya.
Jika Dulu Ditakuti, Kini Menjadi Ramai Dikunjung Selama 24 Jam.

Terkait dengan permasalahan yang terjadi di pasar, Zul menerangkan bahwa disini menerapkan asas keperdulian antar sesama penjual.
Hanya saja disini membayar biaya kebersihan sebesar seribu rupiah dan terkadang penjual disini membersihkan lapak mereka sendiri.
Dengan adanya pasar ini, keadaan kuburan juga menjadi lebih bersih karena pedagang yang berjualan disini biasanya membersihkan rumput2 disini secara sukarela.
Pasar itu lebih ramai, penduduk tidak peduli meski tempat itu di tengah kuburan, karena mereka memang membutuhkan bahan sehari-hari dan kebutuhan rumah tangga.
Sehingga tidak ada masalah dan persoalan terkait nama pasar yang cukup membuat merinding pendidik di luar kawasan itu.
Penulis:Panji