Pesan Haru Siti Fatimah untuk Ali, Putri Rasulullah yang Berpulang di Hari Ketiga Ramadhan
Bagaimana kebaktian Siti Fatimah, bagaimana dia tetap berbakti kepada suaminya Ali, meski tengah menghadapi maut.
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
"Bersabarlah untuk deritamu yang pertama dan bertahanlah untuk deritamu yang kedua! Jangan engkau melupakan diriku. Ingatlah diriku selalu mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Engkau kekasihku, suamiku, teman hidupku yang terbaik, teman diriku berbagi derita dan teman perjalananku.”
Lalu keempat orang itu menangis dan berpelukan, Ali, Siti Fatimah dan anaknya Hasan dan Husen, meski tidak sadar apa yang akan terjadi kepada ibunya yang begitu sabar itu.
Fatimah lalu meminta kedua anaknya berziarah ke pemakaman Baki.
Anak-anaknya menurut. Untuk terakhir kali Fatimah memandang Ali secara mendalam.
“Halal semua atasku wahai cahaya kedua mataku,” ujar Fatimah memohon maaf.
Fatimah kemudian berbaring dan menyuruh Asma binti Umais menyiapkan keperluan dan makanan.
Memang tak disangka, beberapa waktu sebelum ditariknya nyawa Fatimah, dua anaknya kembali ke rumah.
Fatimah pun menyuruh lagi keduanya pergi ke Raudah, dia tidak ingin anaknya sedih melihatnya menghadap Ilahi.
Dalam penderitaan kesakitannya yang tidak bertepi, Fatimah berbisik kepada Ali.
Dia menitipkan wasiat kepada Ali, yaitu permohonan maaf kepada Ali, meminta Ali mencintai kedua anaknya, meminta dirinya dimakamkan pada malam hari agar saat dikebumikan tidak banyak dilihat manusia, dan meminta Ali untuk sering mengunjungi makamnya.
Wasiat Cinta Abadi Siti Fatimah untuk Ali dan Kedua Anaknya
Saat menitipkan wasiat, tiba-tiba dua anaknya kembali dari Raudah.
Sadar kondisi ibunya yang sudah tidak berdaya, mereka mendekap Fatimah erat-erat.
Fatimah meminta keduanya agar jangan berpaling di jalan Al-Quran, jalan Rasulullah dan melawan ayahnya.
Fatimah meminta semua orang keluar dari kamarnya, dia hendak menyendiri dan ingin bersama tuhannya.