Pesan Haru Siti Fatimah untuk Ali, Putri Rasulullah yang Berpulang di Hari Ketiga Ramadhan
Bagaimana kebaktian Siti Fatimah, bagaimana dia tetap berbakti kepada suaminya Ali, meski tengah menghadapi maut.
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
Lalu ia menjawab, "Sekarang ibu boleh tahu. Bisikan beliau yang pertama kepadaku adalah, bahwa malaikat Jibril biasa datang kepada beliau untuk mengulangi membaca Al-Qur'an setiap tahun sekali, tetapi pada tahun ini Jibril datang dua kali. Menurut pendapatku, hal ini menunjukkan, bahwa ajal beliau telah dekat. Lalu beliau berkata kepadaku, "Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, karena sebaik-baik penjemputmu adalah aku." Karena itu aku menangis sebagaimana yang ibu lihat. Ketika melihat aku bersedih, beliau membisiki aku untuk yang kedua kali, "Wahai Fatimah, apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita-wanita umat ini ?" Kemudian aku tertawa sebagaimana yang ibu lihat."
Wajar jika kemudian kepergian kembang Kota Madiah itu begitu mendatangkan Pilu.
Bahkan ada rahasia yang kemudian terkisah hingga kini.
Bagaimana kebaktian Siti Fatimah, bagaimana dia tetap berbakti kepada suaminya Ali, meski tengah menghadapi maut.
Alkisah saat Rasulullah terbaring sakit, Fatimah tak henti-hentinya bersedih.
Rasulullah pun membisikkan sesuatu ke telinga anaknya : “Aku akan pergi tetapi engkau pertama yang akan menyusul,” ujar Rasulullah.
Mendengar itu, sontak raut muka Fatimah menjadi senang karena keriduannya kepada ayahanda pasti segera tertambat.
Banyak yang ingin tahu apa yang Rasulullah bisikkan kepada Fatimah, namun ditanya berapa kalipun Fatimah bergeming.
Fatimah menyadari ajalnya makin dekat, saat itu dia menemui ayahnya dalam mimpi : “Wahai Fatimah! aku datang untuk memberi kabar gembira kepadamu. Telah datang saat terputusnya takdir kehidupannya di dunia ini, putriku. Tiba sudah saatnya untuk kembali ke alam akhirat! Wahai Fatimah bagaimana kalau besok malam kamu menjadi tamuku?”
Inilah yang mendatangkan kedukaan yang mendalam bagi Ali. Sebab, sebelum meninggal, Fatimah berlaku tidak biasa di dalam rumah dia menyisir Hasan dan Husein dengan air mawar dan hati terus bergetar karena tahu dia akan meninggalkan dua buah hatinya.
Dia dekap Hasan dan Husein dan diciuminya dalam-dalam sembari menahan air matanya, dia berlaku tenang dan tidak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda.
Menyaksikan itu, Ali termenung dan terus memandangi belahan hatinya tersebut. Ali terpana dan tidak mampu berkata apa-apa.
Kala itu Siti Fatimah sudah sakit keras.
Lantas Fatimah pun berkata dan tahu bahwa Ali bertanya: “Wahai Ali."
Lanjut dia: