Ramadan 1438 H

Optimalkan 4 Amalan Ini di Bulan Ramadhan, Niscaya Anda Akan Rasakan Banyak Manfaatnya

Selain berpuasa sebagai amalan utama kita di bulan Ramadhan, bulan ini juga dipenuhi banyaknya keberkahan amalan-amalan lainnya.

Penulis: ewis herwis | Editor: Ahmad Sadam Husen
ISTIMEWA
Kapolri Jenderal Polisi HM Tito Karnavian MA PhD (kanan) saat salat Idul Adha di masjid Polda Sumsel, Senin (12/9/2016). 

 “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari Muslim).

Maksud dari kata “qiyam Ramadan” adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh para ulama.

Pada mulanya, shalat tarawih ditunaikan sendiri-sendiri.

Rasulullah SAW khawatir jika ditunaikan berjamaah maka hukumya akan wajib.

Maka itu, beliau menunaikannya sendirian.

Lalu, di zaman Umar bin Khattab, tarawih ditunaikan secara berjamaah mengingat orang-orang sudah mulai lengah untuk menunaikan tarawih karena sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Ubay bin Ka’ab salah satu sahabat Rasulullah SAW menjadi imam shalat pertama pada tarawih berjamaah di era Umar bin Khattab itu.

Biasanya, Rasulullah SAW menutup shalat tarawihnya dengan shalat witir.

Ketika Rasulullah SAW ditanya, “Doa (di waktu apa) yang paling didengar (Allah)?”. Beliau SAW menjawab, “Pada penghujung malam”.

Aisyah menceritakan:

مِنْ كُلِ اللَيْلِ قَدْ أوْتَرَ رَسُولُ اللهِ صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم فَانْتَهَى وِتْرُهُ إلىَ السَحْر

“Pada setiap malam, Rasulullah SAW menunaikan shalat witir, dan shalatnya berakhir sampai waktu sahur (remang-remang)”.

Shalat malam mengajarkan kita untuk khusyu' dan tawadhu.

Di era gadget dan media sosial, saat setiap dari kita mudah sekali up-date status, salat malam seharusnya mampu mengajarkan kita untuk tidak show-up atau pamer kepada banyak orang.

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan,

قَدْ قَالَ أحَدُ الصَالِحِين : لآنْ اَبيت نَائِمََا وَاصْبَحَ نَادِيمََا خَيرٌ مِن أبيتَ قَائِمََا وَاصبَحَ مُعْجِبََا

Dan sungguh telah berkata salah seorang yang shaleh, “Bahwa engkau tertidur di malam hari (sehingga tidak tahajjud) dan menyesal di pagi hari adalah lebih baik dari pada kau tahajjud di malam hari, dan berbangga (dengan tahajjud itu) di pagi hari”

Shalat yang khusyu akan mengantarkan pertolongan dan kasih sayang Allah.

Dikisahkan suatu malam, seorang pencuri masuk ke rumah Malik bin Dinar.

Pencuri itu mencari-cari emas dan perak yang dimiliki sang Imam.

Namun, dia tak mendapati apa-apa, kecuali sang imam yang tengah qiyamul lail.

Selepas mengucap salam, Imam Malik memergoki pencuri yang tengah mengintip itu.

Disapanya: “Engkau ingin mencuri harta, hanya memberimu kebahagiaan dunia. Sudahkah kau curi waktu malam untuk menyiapkan kebahagiaan akherat?”.

Pencuri itu tertegun.

Ia kemudian duduk bersila, mendengarkan tausiyah sang Imam.

Saat masuk waktu shubuh, Malik bin Dinar dan pencuri itu keluar rumah, mereka menuju masjid bersama-sama.

Masyarakat geger.

Mereka berkata, “Imam paling mulia berjalan ke masjid dan salat berjamaah bersama pencuri paling utama”.

Orang-orang bertanya, “Apa rahasianya”.

Malik bin Dinar pun menjawab, “Ketuklah pintu langit, sebab Dia-lah yang menggenggam hati manusia”.

Ketiga: Ramadhan adalah bulan sedekah

Rasulullah SAW adalah seorang yang paling pemurah dan di bulan Ramadan beliau lebih pemurah lagi.

Kebaikan Rasulullah SAW di bulan Ramadan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan banyaknya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan, “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Baihaqi).

Dan bersedekah tidak harus menunggu kaya.

Suatu hari, Rasulullah SAW berkata,

سبق درهم مئة ألف درهم فقال رجل وكيف ذاك يا رسول الله قال: رجل له مال كثير أخذ من عرضه مئة ألف درهم تصدق بها ورجل ليس له إلا درهمان فأخذ أحدهما فتصدق به

 “(Pahala sedekah) satu dirham mengalahkan seratus ribu dirham”. Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana mungkin, ya Rasulullah?”. “(Bandingkan) seorang kaya raya yang memiliki banyak harta, dia mengambil seratus ribu dirham dari hartanya dan bersedekah dengannya. Lalu ada seorang miskin yang hanya punya dua dirham, dan dia bersedekah dengan satu dari dua dirham itu”.

Karena itulah, Ali bin Abi Thalib berkata, “Jangan malu bersedekah walaupun sedikit. Sebab, kebaikan itu (dinilai) pada pemberiannya walaupun sedikit”.

Dikisahkan, seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib, “Bagaimana untuk mengetahui seseorang itu “ahli dunia” atau “ahli akhirat”?”

Ali bin Abi Thalib menjawab, “Jika ada dua orang (tamu) datang, satu orang (tamu) membawa hadiah, dan satu lagi meminta sedekah.

Bila hati tuan rumah lebih condong pada pembawa hadiah, maka dia termasuk ahli dunia.

Apabila hati tuan rumah lebih condong pada orang yang meminta sedekah, maka dia termasuk ahli akhirat.

Karena itu pula, Ibnul Qayyim mengatakan,

 لَوْ عَلِمَ الْمُتَصَدِقُ حَقّ الْعِلْمَ وَتَصَوُرَ أنَ صَدَقَتُهُ تَقَعَ فِي ( يَدِ اللَهِ ) قَبْلِ يَدِ الفَقِيرِ ، لَكَانَتْ لَذّةُ المُعْطِي أكْبَرَ مِنْ لَذَةِ الآخِذِ

Seandainya seorang pemberi sedekah mengetahui dan melihat dengan sebenarnya bahwa sedekahnya telah sampai (ke tangan Allah) sebelum sampai ke tangan orang miskin, niscaya rasa bahagia yang dirasakan seorang pemberi sedekah lebih besar dari rasa bahagia penerima (sedekah) itu.

Keempat: Ramadan adalah bulan tobat

Rasulullah SAW berkata:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ، فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ، وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ

“Wahai umat manusia bertobatlah kalian. Sesungguhnya aku bertobat seratus kali dalam sehari-semalam”. Bila pada hari-hari biasa kita dianjurkan bertobat. Maka, tobat di bulan Ramadhan tentu lebih baik adanya.

Mengapa tobat? Sebab manusia makhluk yang lemah.

Allah memberi jalan tobat sebagai wujud kasih sayang-Nya.

Bahkan Allah sangat senang dan bahagia bila ada manusia yang bertobat.

Rasulullah SAW menggambarkan kesenangan Allah SWT itu dengan bersabda, “Sungguh Allah akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya ketika ia bertobat kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di antara kalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian, dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba dia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya….” (HR Muslim).

Seringkali kita merasa bahwa dosa yang kita lakukan hanya dosa-dosa kecil saja sehingga tak diperlukan bersegera dalam bertobat.

Padahal, kata Ibnul Qayyim, jangan pernah meremehkan dosa-dosa kecil.

Lihatlah patok kayu di dermaga yang melilit tambang, ia bahkan dapat menarik kapal.

Maka, tak ada kata lain bagi kita kecuali segera bertobat.

Menarik untuk mengutip Ibnul Qayyim sekali lagi.

Katanya:

لَوْ عَلِمَ الْعَاصِي أنَ لَذَةَ التَوْبَة تَزِيْد عَلَى لَذَةِ اْلمَعْصِيَةِ أضْعَافََا مُضَاعَفَة لَبَادِر إلَيْهَا أعْظَمَ مِنْ مُبَادَرَتِهِ إلىَ لذَةِ الْمَعْصِيَةِ

“Sekiranya seorang pelaku maksiat mengetahui bahwa kenikmatan bertobat lebih dahsyat berlipat-lipat dari kelezatan maksiat, niscaya dia akan bersegera menuju tobat lebih cepat dari usahanya menggapai maksiat”

Semoga kita dapat mengisi hari-hari di bulan suci ini dengan penuh keberkahan. Amin ya Rabbal alamin.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved