Demi Wujudkan Cita Cita Anak
Demi Wujudkan Cita-Cita Anak Kuliah di ITS Bapaknya Ikhlas Jalan Kaki 16 Km Sehari
Ada filosofi yang berkembang di tengah masyarakat sebagai pola didik orang terhadap anak demi kemajuannya. Pesan sang Ayah...
Dijelaskan Madyani, kalau dapat giliran tugas malam hari, dia menyusur rel kereta api dari Stasiun Madiun mulai pukul 22.00 WIB dan tiba di Stasiun Babadan sekitar pukul 00.18 WIB. Keesokan harinya, lanjutnya, dia kembali berjalan dari stasiun Babadan mulai pukul 06.44 WIB, menuju Stasiun Madiun dan tiba sekitar pukul 08.42 WIB.
"Setiap hari pekerjaan saya seperti ini. Liburnya sekali dalam seminggu," ujar pria asli Kendal, Jawa Tengah, ini.
Warga Kelurahan Oro-oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, ini mengatakan, selama berjalan menyusuri rel kereta api dia harus teliti bila melihat terjadi kerusakan pada rel.
Bila mengetahui kerusakan rel, Madyani melaporkannya dengan handy talky (HT) yang ia kantongi di saku kemejanya.
Suami Eni Winarti ini juga harus menyingkirkan sesuatu benda seperti batu yang berada di rel kereta api. Madyani juga mengamati kondisi sekitar rel ketika melintasi jembatan. Dia sesekali mengencangkan balas rel mengunakan palu.
"Kalau ada kereta lewat saya angkat peralatan saya kemudian memasangnya lagi bila keretanya sudah lewat," ujar Madyani.
Selama menyusur rel kereta api, Madyani banyak menjumpai petani yang berada di sawah. Kendati terik sinar matahari mulai menyengat, Madyani yang akan pensiun tiga tahun lagi ini tetap semangat berjalan hingga tujuan tanpa istirahat.
Pasalnya, tugasnya sebagai penilik jalan kereta harus tepat waktu tiba di stasiun kereta.
Selama bertugas sebagai penilik jalan kereta api, Yani sering menemui batu yang sengaja diletakkan di atas rel oleh sejumlah anak-anak. Bila tidak disingkirkan batunya, bisa menjadi penyebab anjloknya roda gerbong kereta api.
"Kalau malam hari biasanya ada ular yang berada di lintasan kereta api. Tapi saya tidak takut karena sudah biasa dengan kondisi seperti itu," ungkap Madyani.
Bila musim penghujan tiba, Madyani juga tetap bekerja sesuai jadwal yang ditentukan. Mengenakan jas hujan ia tetap menyusuri jalur kereta api di wilayah tugasnya sepanjang delapan kilometer.
"Kalau musim hujan saya datang lebih awal untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor," ungkap Madyani.
Bisa kuliahkan anak
Bekerja sebagai penilik jalan kereta menjadi anugerah yang ia syukuri sepanjang meniti karir di PT KAI. Penghasilan yang kini diterimanya jauh lebih besar dibandingkan saat bekerja sebagai cleaning service di PT KAI.
"Sekarang saya bersyukur, berkat ketekunan dan kesabaran akhirnya saya diangkat menjadi pegawai tetap di PT KAI. Pendapatan saya sebulan sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta," ujar Madyani.