Bom Bunuh Diri Guncang Kampung Melayu
Kata Pengamat, Bom Kampung Melayu Bentuk Dendam Teroris kepada Polisi
Di kasus sebelumnya mereka merasa rugi karena banyak temannya yang meninggal dan ditangkap
SRIPOKU.COM, JAKARTA - Pengamat masalah terorisme Harits Abu Ulya mengatakan, belakangan aksi teror bom sengaja ditujukan kepada petugas keamanan, khususnya polisi.
Para teroris, kata dia, menyimpan dendam lantaran Polri gencar memberantas kelompok-kelompok radikal.
"Kalau ada victim, sebenarnya impact saja. Ini soal dendam. Di kasus sebelumnya mereka merasa rugi karena banyak temannya yang meninggal dan ditangkap," ujar Harits kepada Kompas.com, Kamis (25/4/2017).
Motif serupa sudah banyak dijumpai di berbagai daerah, seperti di Bandung, Jatiluhur, dan Serpong.
Mereka menyasar fasilitas milik kepolisian, seperti pos-pos polisi.
Terkait kejadian di Kampung Melayu, teroris menyasar kegiatan yang dikawal sejumlah petugas kepolisian.
Harits mengatakan, biasanya kelompok teroris mempertimbangkan target yang paling mudah dijangkau.
Selain adanya niat dan kenekatan faktor peluang juga masuk dalam perhitungan mereka.
"Bagi mereka mana yang paling mudah dengan keterbatasan yang mereka miliki dan momentum yang pas. Sementara polisi juga agendanya sedang mengawal agenda publik," kata Harits.
Menurut Harits, selain ingin balas dendam ke polisi, teroris menyasar tempat ramai untuk menunjukkan eksistensi diri.
Seolah mereka ingin menunjukkan kepada khalayak, khususnya polisi, bahwa mereka masih berkeliaran di luar meski sudah banyak rekan mereka diberantas Densus 88.
Secara umum, misi mereka memang menebarkan teror dan ketakutan di masyarakat.
"Dan ingin menunjukkan bahwa mereka masih eksis," kata Harits.
Dari pola aksinya, Harits menduga teror bom di Kampung Melayu masih ada kaitannya dengan kelompok yang terafiliasi ISIS.
"Mereka hanya komunitas cair dari kelompok yang terafiliasi ISIS," kata dia.
