Kejam! Ini Fakta Menyedihkan Buruh Pabrik Mainan China, Nomor 9 Sungguh Miris

"Made In China" begitu laris manis lantaran harga yang begitu murah meriah. Walaupun fakta dibalik itu menyimpan satu kepahitan luar biasa yang harus

Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
ist
Ilustrasi Pekerja China 

SRIPOKU.COM -- Miris, itu sepertinya menjadi kata yang pas melihat kenyataan dibalik mainan yang dipegang anak-anak saat ini. 

Apalagi jika melihat fakta dibalik pembuatan mainan tersebut. Seperti dikutip dari viral4real, dimana wartawan asal Jerman, Micahel Wolf membuat album yang membuka mata mengenai realita kejam pada produksi mainan anak-anak di China.

Dengan judul "The Real Toy Story" menjadi album cerita yang kaya makna.

Baca: VIDEO : Meski Jadi PSK, Kekasihnya Tetap Menerima. Lihat Yang Terjadi Saat Ia Bertemu Calon Mertua

Seperti diketahui, berdasarkan survei 75 persen mainan anak-anak di dunia merupakan buatan negara Tiongkok.

"Made In China" begitu laris manis lantaran harga yang begitu murah meriah.

Walaupun fakta dibalik itu menyimpan satu kepahitan luar biasa yang harus dialami hampir semua pegawai di pabrik mainan tersebut.

Baca: Niat Rasakan Ektrak Kobra, Kejadian Mengerikan Menimpa Pria Ini, Ternyata Kejadianya seperti Ini

Seperti sepenggal cerita ini dari foto Michael Wolf.

1. Mainan murah karena biaya produksi murah.

ilustrasi
ilustrasi (ist)

Setelah ditelusuri ternyata biaya buruh di pabri mainan Tiongkok diupah sangat kecil. Hal itu dari Busines Insider, mereka dibayar rata-rata Rp 3 juta perbulan dengan jam kerja jauh lebih panjang dari karyawan biasa. Mereka pun tidak mendapatkan tunjangan dan jaminan keselamatan kerja sepeser pun.

2. Begitu ketat dengan jadwal briefing.

ilustrasi
ilustrasi (ist)

Hampir mirip dengan PNS di Indonesia, pekerja pabrik mainan di Tiongkok juga harus ikut apel setiap pagi. Karena ini jelas mereka harus datang lebih awal. Begitu juga usai bekerja mereka akan kembali berbaris mendengar evaluasi kerja oleh atasan.

3. Tinggal berdesakan.

Ilustrasi
Ilustrasi (ist)

Pekerja direkrut oleh pabrik mainan biasanya berasal dari desa-desa terpencil, sehingga mereka tidak memiliki sanak keluarga dan rumah di kota. Karena itu, mereka diberikan tempat tinggal berupa asrama dengan 6 orang satu kamar dan kamar mandi yang bergantian dengan 50 orang.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved