Polda Sumsel Kordinasi dengan Polda Kalbar Soal Orang Hilang
Polda Sumsel berkordinasi dengan Polda Kalbar untuk memastikan keberadaan orang Sumsel yang hilang diduga gabung Gafatar di Kalimantan Barat.
Penulis: Sugih Mulyono | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM, PALEMBANG --- Untuk memastikan apakah delapan warga Palembang yang hilang dan diduga gabung dengan Organisasi Masyarakat (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ke Kalimantan, Polda Sumatera Selatan (Sumsel) akhirnya melakukan koordinasi dengan Polda Kalimantan Barat (Kalbar).
"Kami masih koordinasikan dengan Polda Kalbar untuk memastikan apakah benar keberadaan warga Palembang yang hilang ada di sana," ungkap Wakapolda Sumsel, Brigjen Pol Syaiful Zachri, saat ditemui usai Salat Zuhur di Masjid Assaadah Polda Sumsel, Senin (18/1).
Jika nantinya dari hasil koordinasi yang telah dilakukan dengan Polda Kalbar dan memang diketahui keberadaan warga Palembang yang hilang tersebut berada di sana, dikatakan Jenderal bintang satu ini, maka Polda Sumsel akan segera bertindak.
"Jika sudah ada kepastian keberadaan warga Palembang yang hilang dari kepolisian setempat berada di sana, tentunya kami akan langsung mengirim anggota ke sana," terangnya.
Sementara itu, Dir Ditreskrimum Polda Sumsel, Kombes Pol Sumarso mengatakan, pihaknya masih terus melakukan penyelidikan kasus orang hilang baik putri dari Megawati, Ratih Mediyanti (23) dan satu keluarga yang terdiri dari tujuh orang yang menghilang tersebut.
"Masih terus diselidiki masalah ini. Untuk yang Ratih ini kita sudah cari sampe ke Muba rumah orangtua pacarnya, sehingga belum bisa dipastikan apakah mereka ini hilang bergabung dengan Gafatar," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, kedelapan warga Palembang yang menghilang ini terdiri dari satu keluarga di Palembang sebanyak tujuh warga yang dilaporkan telah hilang sejak November 2015 lalu. Hilangnya mereka diduga telah bergabung ke Ormas Gafatar yang berada di Kalimantan.
Selain satu keluarga tersebut, telah dilaporkan kembali satu orang hilang yang diduga gabung ke organisasi yang dilarang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 17 November 2015 lalu. Bahkan, diketahui telah bergabung ke organisasi yang berada di Pontianak.
Hilangnya satu keluarga itu diketahui setelah salah satu keluarga korban, Taufik (47), serta ibu Ratih, Megawati (52) membuat laporan secara lisan ke Keamanan Negara (Kemneg) Ditreskrimum Polda Sumsel, Rabu (13/1) lalu.
