Eksklusif Sriwijaya Post

Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya di Atas Selokan

Salah satu prasasti kuno masa Kerajaan Sriwijaya itu diletakan di alas batu yang di bawahnya melintas air pembuangan.

Editor: Soegeng Haryadi
ISTIMEWA
Prasasti Kedukan Bukit 

SRIPOKU.COM, JAKARTA -– “Ini Prasasti Kedukan Bukit yang asli? Kenapa cuma diletakan begitu saja!” celetuk Aldy, warga Palembang yang terkejut ketika melihat kondisi dan tempat Prasasti Kedukan Bukit di Museum Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat Jakarta Pusat, Jumat lalu (4/6/2015).

Aldy yang tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Prod DR Hamka (UHAMKA) Jakarta, melihat dengan kedua matanya sebuah tulisan ‘Prasasti Kedukan Bukit’ yang asli di museum.

Salah satu prasasti kuno masa Kerajaan Sriwijaya itu diletakan di alas batu yang di bawahnya melintas air pembuangan. Sejengkal dari pipa paralon yang mengaliri air hujan ke bawah.

Padahal di Kota Palembang, replika Prasasti Kedukan Bukit mendapat tempat khusus di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), Gandus Palembang. Dan juga Museum Negeri Sumsel atau dikenal Museum Balaputradewa Palembang.

“Rasa-rasanya aneh. Kita sebagai warga Palembang sangat bangga dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya. Terutama dengan Prasasti Kedukan Bukit yang membuktikan bahwa wilayah Sumsel merupakan pusat lokasi Kerajaan Sriwijaya pada masanya. Tapi miris saat melihat benda yang membuktikan itu hanya diletakan begitu saja seakan tak begitu penting,” ujarnya.

Senada diungkapkan M Muchlis yang akrab disapa Oten. Warga Palembang yang kini bekerja di perusahaan swasta di Jakarta.

Pertama kali melihat Prasasti Kedukan Bukit di Museum Nasional Indonesia, dirinya juga sama kaget dengan Aldy. Plus kecewa dengan perlakukan kepada benda bersejarah berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno.

Kedukan Bukit disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146. Menurut Oten, mahasiswa Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Budaya, Jurusan Desain Komunikasi Visual IGM Palembang, dirinya ketika itu mengunjungi museum untuk keperluan riset tugas akhir kuliah pada akhir tahun 2013.

“Butuh waktu dua hari menemukan di mana posisi Prasasti Kedukan Bukit diletakan oleh pihak pengelola museum. Guide atau pemandu museum malah tidak tahu persis letaknya. Padahal, Kedukan Bukit itu adalah prasasti kuno yang paling tua dan berdasarkan sejarahnya dibuat pada abad keenam. Prasasti Kedukan Bukit membuktikan kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang pusatnya di Kota Palembang,” jelasnya.

Pengamatan Sripok.com di museum, kondisi tempat Prasasti Kedukan Bukit memang tidak begitu diletakan secara khusus. Seluruh prasasti yang terbuat dari batu dikumpulkan dalam satu Gedung A museum, dan diberi nama Taman Prasasti. Tempat prasasti dijejerkan sesuai ukuran. Ada yang di dalam gedung, di luar gedung bahkan di lorong gedung.

Bukan hanya Prasasti Kedukan Bukit saja yang posisinya diletakan di dekat selokan, ada sejumlah prasasti lainnya juga berada berdekatan dengan Prasasti Kedukan Bukit. Namun jika dilihat dengan prasati lainnya, Kedukan Bukit lah paling tua di antara yang lain.

Sepintas Prasasti Kedukan Bukit memang tidak begitu mencolok. Prasasti masa Kerajaan Sriwijaya ini berbeda dengan prasasti lainnya yang dipahat. Namun jika mengerti sejarahnya, prasasti yang dari batu kali atau batu sungai ini memiliki tulisan aksara yang menceritakan sebuah kejayaan besar Kerajaan Sriwijaya pada masa lampau.

Pihak Museum Nasional Indonesia membantah posisi Prasasti Kedukan Bukit saat ini di tempat yang tidak layak. Seluruh prasasti dari sejumlah kerajaan di Indonesia, diletakkan dan dikumpulkan di dalam satu gedung. Hanya saja memang tempatnya tidak dikelompokkan sesuai masa abad dan kerajaan.

“Seluruh prasasti dikumpulkan menjadi satu. Sejak dari jaman Belanda memang penataannya seperti yang saat ini,” ujar Daromi, staf pengelola Museum Nasional Indonesia.

Daromi yang tercatat bekerja di Museum Nasional Indonesia sejak tahun 1980 ini mengatakan, memang prasasti belum dikelompokan dengan baik menurut waktunya dan sesuai masing-masing kerajaannya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved