Palembang Undercover
VCD Bajakan dari Musik Hingga BF Banjiri Palembang
Umumnya masyarakat tidak sadar jika apa yang mereka lakukan sudah ikut berandil dalam melanggengkan praktik yang melawan hukum.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kota Palembang, seperti halnya kota-kota lain di Indonesia, juga dibanjiri pedagang Video Compact Disc (VCD) bajakan. Hingga detik ini, masyarakat Palembang lebih suka berburu VCD dan DVD bajakan ketimbang yang original.
Menjual CD bajakan memang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Mereka dianggap sudah melanggar undang-undang karena memproduksi CD tanpa izin. Apalagi, keberadaan pedagang CD bajakan ini sangat mempengaruhi penjualan CD original, yang notabene menjadi salah satu pendapatan utama untuk artis yang berperan di dalam CD tersebut.
Umumnya masyarakat tidak sadar jika apa yang mereka lakukan sudah ikut berandil dalam melanggengkan praktik yang melawan hukum. Sebab, VCD dan DVD yang mereka beli adalah hasil produk ilegal yang melanggar Undang-Undang.
Penelusuran tim Palembang Under Cover Sripo yang dilakukan belum lama ini, beberapa kawasan marak beroperasi pedagang CD bajakan. Diantaranya, di kawasan Alang-alang Lebar (AAL), Pasar 16 Ilir Palembang, Pasar Lemabang Palembang, Pasar Km 5 Palembang, Pasar Cinde Palembang, depan Megahria bahkan di dalam mall-mall semacam Palembang Square (PS) Mall, International Plaza (IP), hingga Palembang Trade Center (PTC) pun ada. Adapun CD bajakan yang mereka jajakan mulai dari CD untuk VCD hingga untuk DVD.
Untuk satu keping CD bajakan, harganya sangat murah. Untuk film action, drama dan jenis lainnya produk luar negeri dijual kisaran Rp 7 ribu. Untuk film lokal dipatok Rp 7-10 ribu, lagu kisaran Rp 5 ribu per keping. Harga paling tinggi untuk film porno (blue film/BF), yakni mencapai Rp 35 ribu samai Rp 50 ribu per keping. Jelas harga-harga CD bajakan ini sangat jomplang ketimbang harga aslinya, yang mencapai angka di atas Rp 50 ribu. Tak heran, masyarakat lebih banyak tertarik membeli yang bajakan ketimbang asli.
"Kualitasnya terkadang tidak kalah dengan asli, meski memang banyak yang mengecewakan karena kualitas gambar dan suaranya jelek. Sebab itu, ketimbang beli yang asli, lebih enak beli yang bajakan," kata salah satu warga, Iwan.
Untuk CD originalnya, bisa dilihat di dalam Toko Buku Gramedia. Di sana, hampir seluruh pengunjung hanya melihat keberadaan CD original. Sangat sedikit yang membeli meski terkadang ada promo besar-besaran. Pemandangan ini sangat kontras dengan penjualan CD bajakan yang digelar di lapak-lapak.
Seorang pedagang mengaku, mereka mendapat CD bajakan dari beberapa agen di Palembang. Namun, mereka enggan menyebutkan dimana persisnya si agen tersebut beroperasi dan bagaimana mereka bisa memperoleh ribuan CD bajakan. Salah satu pedagang hanya menyebut segelintir informasi tentang keberadaan agen, namun tidak disebutkan dimana sepesifik lokasinya.
"Kalau kami sebutkan, nanti banyak yang memilih di agennya ketimbang beli sama kami. Sebab itu, kami tidak bisa menyebutkan dimana persisnya si agen berada," kata seorang pedagang CD bajakan di Pasar Cinde Palembang.
Dalam satu hari, pedagang CD bajakan ini bisa didatangi puluhan pembeli dengan omset puluhan ribu hingga jutaan rupiah per hari.
CD bajakan yang mereka jajakan jumlahnya bisa ratusan, entah itu CD film, musik atau game play station. Untuk menarik minat pembeli, sebagian besar pedagang menyalakan speaker dan televisi dengan suara ekstra besar sehingga masyarakat tertarik untuk singgah.
