Timur Tengah

Iran - Saudi Adu Mulut Terkait Konflik Regional

Dua kekuatan regional itu telah berselisih atas Suriah sejak kerusuhan pecah pada tahun 2011

Editor: Budi Darmawan

SRIPOKU.COM, TEHERAN -- Iran, Selasa, menyerang balik tuntutan Arab Saudi agar Teheran menarik pasukan "pendudukannya" dari Suriah dengan bersikeras bahwa tidak ada negara yang lebih berkomitmen untuk menghadapi kelompok bersenjata di wilayah tersebut, selain Teheran.

Dua kekuatan regional itu telah berselisih atas Suriah sejak kerusuhan pecah pada tahun 2011, tetapi perang kata-kata di tingkat tinggi yang tidak biasa itu telah mengancam merusak upaya diplomatik baru untuk mengatasi perbedaan mereka.

Menanggapi komentar Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal bahwa Iran "bagian dari masalah, bukan solusi" di Suriah, Teheran membantah klaim itu.

"Republik Islam Iran adalah negara yang paling penting di wilayah ini yang berkomitmen untuk memerangi terorisme," kata Wakil Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian seperti dikutip di laman televisi pemerintah.

"Iran telah membantu pemerintah Irak dan Suriah melawan terorisme dalam kerangka hukum internasional."

Iran membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan bantuan keuangan dan militer, sementara Arab Saudi telah mendukung pemberontak bersenjata yang berusaha menggulingkan Bashar.

Ancaman Negara Islam (IS) terhadap Iran dan Arab Saudi telah membuat mereka mencoba memperbaiki hubungannya musim panas ini tetapi perang kata-kata dalam 24 jam terakhir terkait Suriah telah kembali menyoroti perbedaan yang ada.

"Kami meminta Arab Saudi memperhatikan plot musuh di kawasan ... dan memainkan peran positif," kata Amir-Abdollahian, tanpa memberikan perincian.

Iran membantah memiliki pejuang di wilayah Suriah. Bashar namun didukung oleh pejuang dari gerakan Syiah Lebanon pro Iran, Hizbullah.

Iran telah menuduh Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya membantu kebangkitan kelompok bersenjata di Suriah.

Namun, Arab Saudi dan empat negara Arab lainnya sekarang ambil bagian dalam atau memberikan dukungan untuk serangan udara oleh koalisi pimpinan AS terhadap gerilyawan IS di Suriah.

Para menteri luar negeri Iran dan Arab Saudi bertemu di New York sebelum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa bulan lalu untuk menyepakati apa yang disebut sebagai "lembar baru dalam hubungan antara kedua negara."

Pertemuan ini adalah pertemuan yang pertama antara diplomat kedua negara sejak Presiden Iran Hassan Rouhani berkuasa pada Agustus 2013.

Namun, Pangeran Arab Saud pada Senin mengecam Teheran, dengan mengatakan bahwa "dalam banyak konflik, Iran adalah bagian dari masalah, bukan solusi."

"Dalam hal ini, kami dapat mengatakan bahwa pasukan Iran di Suriah adalah pasukan pendudukan," katanya.

"Jika Iran ingin menjadi bagian dari solusi di Suriah, ia harus menarik pasukannya dari Suriah. Hal yang sama berlaku di tempat lain, baik di Yaman atau Irak."

Iran dituduh mendukung pemberontak Syiah di Yaman yang menyerbu ibukota Sanaa pada 21 September dan mendukung pemerintah Syiah di Irak.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved