Pembangunan Duplikasi Musi II Harus Kelar Oktober

Saat ini dikatakan Taruna pembangunan jembatan sudah rampung 80 persen sehingga masih menyisahkan PR 20 persen lagi.

Editor: Soegeng Haryadi
TRIBUN SUMSEL
Sejumlah pekerja sedang merampung pekerjaan membangun replika musi II,Palembang, Jumat (4/4/2014). Pembangunan duplikasi jembatan Musi II, Palembang, Sumatera Selatan, diharapkan pada 2015 sudah rampung sehingga bisa dilintasi kendaraan. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pembangunan duplikasi Jembatan Musi II harus selesai tepat waktu jika kontraktor tak ingin didenda. Sesuai jadwal Oktober jembatan harus sudah selesai sehingga November bisa diresmikan.

"Apapun kendalanya pembangunan harus selesai tepat waktu ," tegas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Perencanaan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Kota Metropolitan Palembang BBPJN III Ahmad Taruna Jaya, Jumat (4/4/2014).

Saat ini dikatakan Taruna pembangunan jembatan sudah rampung 80 persen sehingga masih menyisahkan PR 20 persen lagi. 20 persen ini optimis selesai tepat waktu meski saat ini cuaca tak bersahabat karena tak bisa diprediksi. Sebentar-sebentar hujan dan juga panas sehingga cukup menggangu proses pengerjaan pembangunan.

Pembangunan saat ini dipusatkan pemasangan baja lengkung bagian tengah jembatan karena semua pondasi di darat sudah selesai dikerjakan tinggal mengerjakan pembangunan besi lengkung jembatan saja. Pembangunan pondasi baja lengkung yang ditanam di sungai Musi juga sudah selesai karena air sungai tak lagi pasang sehingga pengerjaannya tepat waktu diselesaikan.

Taruna mengakui saat ini pengerjaan pembangunan memang agak terganggu akibat kondisi cuaca tak menentu sehingga pengerjaan pengecoran baja lengkung jembatan acap kali tertunda karena kualitas pembangunannya tak akan baik jika dipaksakan dicor saat hujan turun. Oleh sebab itu harus disiasati dengan pengerjaan lainnya atau pun penambahan alat dan SDM pegawai agar pengerjaan yang tertunda karena cuaca tak menentu bisa digantikan dan tak terbengkalai sebab jika kontraktor mengabaikan pembangunan maka dia aka dikenakan denda. Denda yang dibebankan sesuai dengan lamanya keterlambatan dan nilai kontrak.

"Kalau tak mau didenda ya kontraktor harus tepat waktu bagiamanapun caranya sebab itu sudah resiko kontraktor yang telah disepakati bersama," imbuh Taruna.

Diasumsikannya kontraktor bisa saja harus menbayar kerugian Rp 200 juta perhari selama 50 hari jika target pengerjaa tak selesai Oktober tahun ini. Nilai ini bukan sedikit sehingga kemungkinan kontraktor akan lebih mempertimbangkan beban ini sehingga lebih baik menambah alat dan pegawai atau bahkan lembur daripada harus membayar denda yang sangat besar setiap harinya.

Selain fokus pada pemasangan baja lengkung kontraktor juga terus mengejar pembangunan jalan penghubung jembatan. Saat ini jalan penghubung di masing-masing ujung jembatan baik di Jalan Singadekane dan Alamsyah Ratu Prawira Negara sudah ditimbun dan dipadatkan. Setelah jalan mengeras kemudian akan dituntaskan dengan lapisan aspal. (TS)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved