Presiden SBY Mengaku Pernah Mau Dibunuh Secara Langsung dan Mistis
Rencana itu dipersiapkan oleh kelompok teroris dengan melakukan latihan-latihan di sebuah kamp.
SRIPOKU.COM, JAKARTA - Dalam bukunya yang berjudul “Selalu Ada Pilihan”, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan pengalamannya selama dua periode menjabat Kepala Negara, termasuk mengenai ancaman pembunuhan terhadap dirinya.
“Tanpa diketahui oleh masyarakat luas, secara berkala ataupun insidentil saya diberi tahu baik oleh kepala Badan Intelijen Nasional, Kapolri, maupun komandan paspampres jika ada ancaman yang nyata atas keselamatan saya,” kata Yudhoyono seperti yang dikutip dalam bukunya.
Ancaman itu ada yang berupa upaya pembunuhan secara langsung maupun yang bersifat mistis. Yudhoyono menuturkan, sekitar 2009, Kepala BIN ketika itu, Syamsir Siregar mengatakan bahwa ada rencana operasi untuk membunuh Presiden.
Rencana itu dipersiapkan oleh kelompok teroris dengan melakukan latihan-latihan di sebuah kamp. Namun, menurutnya, ketika diungkapkan kepada publik, rencana pembunuhan Presiden tersebut malah menjadi bulan-bulanan pers.
“Tapi sebagaimana yang terjadi dalam politik di negeri ini, sejumlah kalangan DPR dan pengaman menanggapi hal itu sebagai sesuatu yang dibesar-besarkan dan hanya untuk pencitraan,” ujarnya.
Tidak hanya itu, rencana pembunuhan terhadap dirinya juga diketahui Yudhoyono ketika dia melakukan kunjungan kerja ke Ciwidey, Jawa Barat. Ketika itu, Kepolisian mengetahui adanya aktivitas teroris yang sedang bergerak di sekitar Bandung, Padalarang, hingga Ciwidey.
“Bahkan informasi intelijen yang didapatkan, beberapa elemen dari sel itu sempat bergerak di sekitar tempat bermalam saya di Padalarang,” tulis Yudhoyono dalam bukunya.
Kendati demikian, menurut Presiden, pergerakan teroris itu tidak membatalkan kegiatan kunjungan yang dilakukannya. Dalam bukunya itu, Yudhoyono juga mengungkit peristiwa meledaknya bom di kawasan Jatiasih, Bekasi, yang jaraknya sekitar 10 Kilometer dari Cikeas.
Menurutnya, bom itu merupakan bagian dari rencana pembunuhan terhadap dirinya yang sudah dipersiapkan dengan baik oleh sekelompok teroris untuk melakukan pengeboman di kediamannya di Puri Cikeas.
“Namun Tuhan Maha Besar. Jajaran Polri bisa mengetahui rencana itu, dan melalui operasi yang cepat dan efektif, rencana itu bisa digagalkan. Itu kejadian bulan Agustus tahun 2009 yang lalu,” tulis Yudhoyono dalam bukunya.
Bukan hanya itu, menurut Yudhoyono, ancaman terhadap seorang Presiden seperti dirinya juga bisa bersifat nonfisik atau berbau mistis.
Dari sekian banyak peristiwa, Yudhoyono mengaku hanya menceritakan satu kejadian gaib di kediamannya sekitar tahun 2009, tepatnya menjelang pemilihan presiden 2009.
Ketika itu, Ibu Negara Ani Yudhoyono tengah membaca majalah di ruang keluarga. Sementara Yudhoyono tengah beraktivitas di ruang perpustakaan. Tiba-tiba, terdengar teriakan Ibu Ani.
“Tiba-tiba istri saya berteriak dan memanggil-manggil saya. Saya segera berlari ke ruang tengah untuk mengetahui apa yang terjadi,” tutur Yudhoyono seperti yang dikutip dalam bukunya.
Ternyata, lanjutnya, ada asap hitam tebal yang berputar-putar di langit-langit dan di tengah ruangan itu.
