Mimbar Jumat

Mukjizat Isra’ dan Mi’raj

DI saat menghadapi ujian yang sangat berat dengan tingkat perju angan yang sudah mencapai pucaknya,

Editor: Bedjo

DALAM kitab Mukasyafatul Qulub dan Hayatu Muhammad karya Muhammad Husein Haykal disebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra’ dan Mi’raj dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina), dengan mengendarai Buraq, bersama Malaikat Jibril, lalu naik ke langit (Mi’raj). Nabi SAW menerima perintah salat lima waktu di Sidratul Muntaha atau Baitul Makmur.
Sebelum sampai di Sidratul Muntaha, pada langit pertama, Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril minta dibukakan pintu langit dan ditanya: “Siapa?” Jibril menjawab: “Saya Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa yang datang bersama kamu?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Ditanya lagi: “Apakah ia diutus?” Jibril kembali menjawab: “Ya.”

Kemudian kalimat selamat datang pun diucapkan untuk Baginda Rasulullah SAW dan pintu langit dibukakan. Saat dibukakan pintu langit, Rasulullah SAW melihat Nabi Adam As. Lalu Jibril memperkenalkan: Ini ayahmu; Adam, kemudian mengucapkan salam padanya, Rasul pun mengucapkan salam. Nabi Adam menjawab salam tersebut dan mengucapkan: “Selamat datang wahai Nabi yang saleh.”
Perjalanan dilanjutkan ke langit kedua, ketiga hingga ke tujuh. Di langit kedua sampai ke tujuh, Rasulullah SAW bertemu dengan Yahya dan Isa, dengan Nabi Yusuf (ketiga), Nabi Idris (keempat), Nabi Harun (kelima) dan Nabi Musa (keenam).

Saat akan berpisah dengan Nabi Musa As di langit keenam, Musa menangis. Saat ditanya kenapa dia menangis, Musa menjawab: “Aku menangis karena umat Nabi (Muhammad) yang diutus setelahku akan banyak masuk surga dari umatku.”

Kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke langit yang ke tujuh. Rasulullah SAW bertemu Nabi Ibrahim, ayah para nabi. Nabi Ibrahim menyambutnya: “Selamat datang wahai anakku dan Nabi yang saleh.” Dan langsung naik ke Sidratul Muntaha, kemudian dilanjutkan ke Baitul Makmur.
Baitul Makmur adalah tempat yang selalu dimasuki oleh tujuh ribu malaikat setiap harinaya. Di sana, Rasulullah SAW disuguhi tiga gelas masing-masing berisi khamr, susu dan madu. Rasul memilih gelas yang berisi susu yang berwarna putih seperti putih (fitrah)-nya diri Nabi Muhammad SAW dan umatnya.

Di sana pula Rasulullah SAW untuk pertama kalinya menerima perintah salat sebagai ibadah wajib bagi umat Islam. Saat itu, perintah salat wajib dilaksanakan 50 kali setiap harinya. Rasulullah kemudian turun dan bertemu dengan Nabi Musa dan menceritakan perihal salat ini.

Nabi Musa mengatakan sesungguhnya umatmu akan merasa berat mengerjakan salat 50 waktu setiap hari. Rasulullah SAW kembali meminta keringanan dan didapatlah keringanan sehingga perintah salat menjadi 40 waktu setiap harinya. Kemudian Rasul menghadap Nabi Musa dan menceritakan masalah ini.
Nabi Musa kembali menyarankan seperti saran yang dia berikan sebelumnya: “Sesunggunya umatmu akan merasa berat mengerjakan salat 40 waktu setiap hari. Kembalilah kepada Tuhanmu (Allah) dan mintalah keringanan untuk umatmu.”

Setelah berkali-kali Nabi Musa menyarankan agar minta keringanan, Rasulullah SAW pun kembali menemui Allah SWT selama beberapa kali sebelum akhirnya Dia menetapkan salat dikerjakan lima kali dalam sehari semalam. Dengan jumlah itu yang sudah lima kali itu pun, Nabi Musa masih menyarankan agar Rasul kembali menghadap-Nya dan meminta keringanan.

Pada pagi hari setelah malamnya Rasulullah SAW melakukan isra’, malaikat Jibril datang mengajarkan cara salat dan ketentuan waktu pelaksanaannya kepada Nabi. Malaikat Jibril memberikan contoh. Ia melaksanakan salat dua rakaat sewaktu fajar menyingsing (salat subuh), empat rakaat kala matahari tergelincir sedikit dari tengah, empat rakaat lagi sewaktu bayangan mencapai dua kali lipat panjangnya, tiga rakaat sewaktu matahari tenggelam dan empat rakaat sewaktu mega merah lenyap.

Sebelum disyariatkannya ibadah lima waktu, Rasulullah SAW hanya melaksanakan ibadah salat dua rakaat pada pagi hari dan dua ra kaat pada sore harinya seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim As.

 Disukai Malaikat
SALAT lima waktu itu adalah Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya. Waktu untuk melaksanakan masing-masing salat itu telah ditentukan Allah SWT dalam QS Al-Isra’ (17): 78: “Dirikanlah salat sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. Dan dirikanlah pula salat Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh) malaikat.”

Ayat barusan menerangkan waktu-waktu salat yang lima. Tergelincir  matahari waktu salat Zuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya. Sedangkan Subuh langsung dijelaskan dalam ayat tersebut.

Menurut hadist Nabi yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ia bercerita: Suatu hari ketika Rasul sedang berbincang-bincang dengan sahabat Anshar dan Muhajirin, datanglah orang Yahudi dan menanyakan tentang sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada umat Islam.

Rasulullah SAW mengatakan: “Salat Zuhur dikerjakan setelah tergelincir matahari; Ashar adalah salatnya Nabi Adam ketika makan buah khuldi dan tobatnya diterima oleh Allah SWT pada saat Magrib. Sedangkan Isya adalah salatnya para Rasul dan Subuh sebelum terbit matahari.”

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved