Sumsel Maju

Dialog Kebangsaan Bareng Sri Sultan HB X dan Prof Mahfud MD, Orang Jawa di Sumsel Happy Aja

Gubernur Sumsel H.Herman Deru didaulat menjadi pembicara utama dalam acara Sarasehan dan Dialog Kebangsaan Merajut Kebhinekaan.

Editor: Tarso
Humas Pemprov Sumsel
Gubernur Sumatera Selatan H Herman Deru SH MM dan Sri Sultan Hamengku Buwono X di acara Dialog Kebangsaan yang diselenggaran di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Rabu (20/3/2019). 

PALEMBANG - Gubernur Sumsel H.Herman Deru didaulat menjadi pembicara utama dalam acara Sarasehan dan Dialog Kebangsaan Merajut Kebhinekaan Mewujudkan Kebersamaan dan Kesejahteraan di Hotel Swarna Dwipa, Rabu (20/3) sore.

Dalam dialog tersebut mantan Bupati OKU Timur itu didampingi dua tokoh hebat nasional yakni Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Moh Mahfud MD SH.SU.

" Di Sumsel ini tidak ada pembedaan kesempatan untuk menjadi pejabat. Begitupun soal suku kita semua tidak ada masalah walaupun banyak jumlahnya. Buktinya banyak sekali orang Jawa yang ada di Sumsel ini Alhamdulillah semua betah menetap disini. Orang Jawa di sini semua Happy makanya jarang ada yang mau pulang ke Jawa lagi," ucapnya disambut tepuk tangan tamu undangan yang hadir.

Gubernur Sumsel  H Herman Deru memberikan sambutannya pada acara Dialog kebangsaan yang dihadiri langsung Sri Sultan Hamengku Bowono x dan Prof Mahfud MD di Hotel Swarna Dwipa Palembang Sumatera Selatan
Gubernur Sumsel H Herman Deru memberikan sambutannya pada acara Dialog kebangsaan yang dihadiri langsung Sri Sultan Hamengku Bowono x dan Prof Mahfud MD di Hotel Swarna Dwipa Palembang Sumatera Selatan (Humas Pemprov Sumsel)

Menurut Herman Deru, keberadaan warga Jawa di Sumsel sudah tak asing lagi terutama sejak program Transmigrasi dicanangkan pemerintah pusat pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Dimana salah satu daerah sasaran program tersebut yakni Belitang, OKU Timur tempatnya menjadi Bupati selama dua periode.

" Jadi bagi kami kebersamaan ini sudah biasa sekali. Warga asli Komering dan Jawa sangat berbaur malah. Saya contohnya sampai bisa bahasa Jawa," ujar HD.

Atas kedatangan Sri Sultan Hamengku Buwono X ke Sumsel, Herman Deru pun tak lupa mengucapkan rasa terima kasih. Maklum dengan kesibukannya yang tinggi, tentulah sangat sulit bagi Sri Sultan membagi waktunya untuk bisa menyapa masyarakat Sumsel dan khususnya warga Jawa yang tinggal di Sumsel.

Gubernur Sumsel H Herman Deru foto bareng Sri Sultan,  beserta istri, Mahfud MD, Pangdam II/Sriwijaya dan Kapolda Sumsel di acara Dialog Kebangsaan.
Gubernur Sumsel H Herman Deru foto bareng Sri Sultan, beserta istri, Mahfud MD, Pangdam II/Sriwijaya dan Kapolda Sumsel di acara Dialog Kebangsaan. (Humas Pemprov Sumsel)

Sementara itu Sri Sultan HB X dalam sambutannya mengatakan bahwa Kebhinnekaan di Indonesia sudah ada jauh sebelum Bangsa Indonesia merdeka. Hal itu dibuktikan dengan adanya Sumpah Pemuda yang menyatukan semua pemuda di seluruh nusantara.

"Bangsa ini sudah berani menentang penjajah dengan mendeklarasikan Bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa ini merdeka," ujarnya.

Bahkan lanjutnya para founding father menurutnya sudah membangun peradaban Republik Indonesia ini dengan identitas masing-masing daerah. Seperti tradisi, dlfilosofi, makanan lokal, pakaian lokal dan bahasa lokal. "Makanya setiap dialog dengan mahasiswa di kampus di Yogya saya selalu mengingatkan agar mereka menjaga keetnikan saudara-saudara," tambahnya.

Sri Sultan dan istri bebincang-bincang dengan Gubernur Sumsel H Herman Deru, Pangdam II Sriwijaya dan Kapolda Sumsel serta Duta Baca Sumsel, Percha Leampuri.
Sri Sultan dan istri bebincang-bincang dengan Gubernur Sumsel H Herman Deru, Pangdam II Sriwijaya dan Kapolda Sumsel serta Duta Baca Sumsel, Percha Leampuri. (Humas Pemprov Sumsel)

Perbedaan yang ada di Indonesia ini lanjut Gubernur DIY itu juga sangat diakui oleh founding father melalui Bhinneka Tungga Ika. Atas dasar itula Bhinneka Tunggal Ika jangan hanya dijadikan sebagai simbol negara semata melainkan sebagai strategi integrasi bangsa.

"Indonesia dengan Kebhinnekaan itu dasarnya adalah persatuan bukan kesatuan jadi tidak ada minoritas dan mayoritas," imbuhnya.

Di tempat yang sama, pembicara utama lainnya mantan Ketua MK Prof Moh. Mahfud MD membeberkan bahwa dengan Kebhinnekaan Tunggal Ika di awal negara Indonesia terbentuk tentu menimbulkan banyak pertanyaan bagaimana mengatur dan mengelola negara ini dengan sebaik-baik

Foto Bareng Gubernur Sumsel H Herman Deru, Sri Sultan, Mahfud MD dan pembicara lainnya di acara Dialog Kebangsaan.
Foto Bareng Gubernur Sumsel H Herman Deru, Sri Sultan, Mahfud MD dan pembicara lainnya di acara Dialog Kebangsaan. (Humas Pemprov Sumsel)

"Dengan suku yang banyak lalu timbul pertanyaan bagaimana mengaturnya? Sempat ada perdebatan apakah Indonesia mau dijadikan Kerajaan atau Republik. Akhirnya disepakatilah dibentuk negara demokrasi," ujarnya.

Adapun negara demokrasi itu merupakan negara yang dikelola dengan Pemilu. " Makanya mari kita jaga bangsa dan negara Indonesia dengan Pemilu yang benar dan jujur," jelasnya

Mahfud menjelaskan bahwa Pemilu bertujuan memilih pemimpin di legislatif dan eksekutif. Yakni mereka yang membuat peraturan dan yang melaksananya. Untuk itu ia mengajak masyarakat mengikuti Pemilu agar lahir pemerintah dan pemimpin yang kuat.

Istri Sri Sultan disambut hangat para ibu pejabat Pemprov Sumsel saat memasuki Hotel Swarna Dwipa untuk mengikuti acara dialog kebangsaan.
Istri Sri Sultan disambut hangat para ibu pejabat Pemprov Sumsel saat memasuki Hotel Swarna Dwipa untuk mengikuti acara dialog kebangsaan. (Humas Pemprov Sumsel)
Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved