Berita Pagaralam
Petani Cabai di Pagaralam Bak Sudah Jatuh Tertimpa Tangga. Harga Jual Anjlok Diserang Penyakit Pula
Bak sudah jatuh tertimpa tangga itulah pribahasa yang tepat untuk para petani cabai (Cabe) yang ada di Pagaralam.
Penulis: Wawan Septiawan | Editor: Tarso
Laporan wartawan sripoku.com, Wawan Septiawan
SRIPOKU.COM, PAGARALAM - Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga itulah pribahasa yang tepat untuk para petani cabai (Cabe) yang ada di Pagaralam.
Pasalnya bukan saja harga cabai yang saat ini anjlok, namun hasil panen juga sangat kurang. Di musim hujan saat ini tanaman cabai petani terserang penyakit antrak.
Saat ini harga jual cabai di tingkat petani hanya Rp10.000 perkilogram. Harga tersebut tidak sebanding dengan biaya operasional mulai dari pupuk sampai pestisida.
Informasi yang dihimpun sripoku.com, Minggu (10/2/2019) menyebutkan, anjloknya harga cabai kali ini paling parah jika dibanding sebelumnya.
Pasalnya setelah beberapa tahun ini harga Rp10.000 perkilogram merupakan harga paling rendah. Padahal sebelumnya harga cabai di Pagaralam pernah di angka Rp100.000 perkilogram.
Salah satu petani cabai Karang Dale, Fuddin mengatakan, bahwa harga cabai merah di Pagaralam sejak 1 bulan terakhir mengalami penurunan.
• Hindari Lubang di Jembatan Betung-Sekayu, Truk Tanpa Muatan Jatuh ke Jurang
• Malam Sebelum Linda Ditemukan Tewas Ketua RT Sempat Dengar Teriakan & Sempat Bertanya ke Ayah Korban
• Dinilai Sudah Layak, Herman Deru: Bandara Silampari Siap Diresmikan Presiden
"Akibatnya petani cabai mengalami kerugian dengan kondisi saat ini. Harga yang ada tidak sebanding dengan biaya perawatan," ujarnya.
Saat ini sudah mencapai Rp10.000 perkilonya, padahal sebelumnya harga pasaran diberkisar Rp.25.000 hingga Rp 27.000 perkilogramnya.
"Mungkin, salah satu penyebab turunnya harga ini disebabkan banyaknya petani yang menanam cabai dan panennya serentak hingga cabai di pasaran menjadi banjir," katanya.
Terpisah, Heriansyah (33) salah satu petani cabai memilik areal tanam 7.000 meter persegi di kawasan perbatasan Pagaralam ini juga mengaku, tidak hanya harganya yang anjlok namun buntung dialami lantaran areal tanaman cabainya diserang penyakit antrax dan kuning daun.
"Sejak panen ke empat tanaman cabainya sudah mulai diserang Antrax, buah cabai banyak yang kering belum lagi daunya banyak yang kuning," ujarnya.
Kondisi tanaman cabai lokal miliknya saat ini bisa dikatakan kurang perawatan.
"Awalnya sudah kita semprot dengan fungisida, bahkan serangan penyakit ini agar tidak menyebar ke tanaman lain terpaksa banyak yang kita cabut," ungkapnya.(one)