Berita Palembang

Ini Alasan LRT Terkesan Belum Maksimal Atasi Kemacetan di Palembang

Adik kandung mantan Menristek Hatta Rajasa (mantan Ketua Umum DPP PAN) membeberkan bagaimana asal muasal LRT ini dibangun di Bumi Sriwijaya ini.

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/ABDUL HAFIZ
Achmad Hafisz Tohir 

Laporan wartawan sripoku.com, Abdul Hafiz

SRIPOKU.COM, PALEMBANG --- Belum terlalu maksimalnya penggunaan moda transportasi massal seperti Light Rail Transit (LRT) sebagai pengurai kemacetan di Palembang yang semakin parah, sepertinya akan jadi tugas berat pemerintah setempat.

Banyak warga menyayangkan kalau kereta api LRT hanya sebatas kereta wisata di Sumatera Selatan.

Mereka berharap terobosan baru untuk PT KAI sehingga menjadi moda transportasi massal yang banyak digunakan.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Achmad Hafisz Tohir menyarankan agar Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kota Palembang segera mencari solusi tepat agar proyek angkutan massal tersebut bisa berguna untuk menyelesaikan masalah kemacetan di Metropolis Palembang.

"Kita belum bisa terlalu memanfaatkan itu, karena jalur LRT Palembang pun belum dapat menangkap banyak penumpang karena belum melintas di daerah padat penduduk, seperti Perumnas, Kertapati, Plaju dan beberapa daerah lainnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mencari investor untuk mengembangkan proyek itu sebagai feedernya," ungkap Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Ir H Achmad Hafisz Tohir, Senin (14/01/2019).

Adik kandung mantan Menristek Hatta Rajasa (mantan Ketua Umum DPP PAN) membeberkan bagaimana asal muasal LRT ini dibangun di Bumi Sriwijaya ini.

"Saya ingin cerita dulu kenapa LRT ini dibangun. Jadi kalau kita lihat LRT ini kesannya gagah-gagahan. Tapi kalau kita flashback kenapa Asian Games ini jatuh ke Indonesia. Tadinya kan bukan kita. Negara Vietnam kalo gak salah. Vietnam last minute mundur karena gak mampu menyiapkan arena Asian Games yang sesuai dengan spesifikasi dan keinginan standar IOC (International Olympic Comitte)," beber Hafisz Tohir.

Ini kemudian ditanggapi positif oleh Presiden SBY ketika itu karena pertimbangan bahwa setiap negara yang melakukan event Asian Games pasca pesta olahraga tersebut biasanya growt ekonominya meningkat.

Penusukan di Orgen Tunggal, Korban Sempat Terkapar Beberapa Saat Tanpa Ada yang Menolong

Puluhan Atlet Latihan Depan Pintu Utama JSC, Protes Kebijakan Biaya Masuk Per Orang

Breakingnews: Urine Kapolres Empatlawang Positif Mengandung Amfetamin. Ini Sanksinya Jika Ada Bukti

IOC dimintakan kepada Palembang termasuk pendukung seperti wisma atlet, hotel, kapasitas jalan, dan ini disiapkan.

Waktu itu tidak ada alternatif lain untuk mengatasi penumpang yang begitu banyak dari kegiatan di Jakabaring ke kota ini kecuali melalui transportasi yang dibangun secara singkat.

Dari hasil pertimbangan kalau membangun tol akan lama. Tol itu membebasi lahan saja seperti Inderalaya 10 tahun tidak selesai. Sehingga diambil keputusan dibangun LRT.

LRT ini lebih kepada permintaan daripada olahraga itu sendiri supaya Palembang masuk kategori yang bisa diperbolehkan menyelenggarakan event-event Asian Games.

"Kalau tanpa alternatif jalan, maka Asian Games ini tidak bisa berlangsung di Kota Palembang. Itu ceritanya. Maka dari itu mau tidak mau, suka atau tidak suka, kalau kita mau menyelenggarakan Asian Games di Jakarta dan Palembang, maka Palembang harus membangun LRT. Karena kita gak mungkin mencarikan alternatif lain yang cepat. Itu jawaban kenapa kita membangun LRT," terangnya.

Kemudian pertanyaannya, kok hari ini LRT kurang berfungsi untuk mengatasi persoalan macet? Menurut politisi Partai Amanat Nasional ini kan persoalan kedua setelah Asian Games.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved