Wanita yang Nyaris Jadi Teroris Ini Ungkap Cara Mereka Mendoktrin Puji Kuswati Mau Korbankan Anaknya

Doktrin dan Cuci Otek itu, membuat orang terdidik seperti Puji Kuswati dan keluarganya pun mau mengorbankan anak-anaknya.

Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
Istimewa
Cara teroris merekrut anggota, doktrin dan cuci otak 

SRIPOKU.COM-Aksi bom bunuh diri Surabaya dan Sidoarjo contoh modus baru bagi para pelaku bom bunuh diri yang lebih identik disebut sebagai aksi terorisme. Mengapa disebut teroris? sebab serangan-serangan itu terkoordinasi,  bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. 

Aksi ini tak tunduk pada tatacara peperangan, pelaksanaannya selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak seringkali warga sipil.

Melihat modus ini, terorisme di Indonesia sudah akut dan darurat, para pelaku dibalik layar mendoktrin calon sasarannya (lebih populer disebut pengantin) agar melakukan bom bunuh diri dengan sukarela. Dalam aksinya, terorisme dan doktrin sangat erat.  Bagaimana mereka mencuci otak si target dengan
hebatnya, sehingga tidak sadar, jika bom bunuh diri itu salah. Bahkan, terkesan bangga dianggap mati syahid. Bahkan orang terdidik seperti Puji Kuswati dan keluarganya pun mau mengorbankan anak-anaknya.

Bagaimana mereka melakukan doktrin, berikut pengalaman salah seorang wanita yang nyaris menjadi teroris ini menguak fakta, bagaimana seorang berpendidikan tinggi dan dari keluarga berada semacam Puji Kuswati pun mau menjadi pengantin bom bunuh diri.

Berikut kisah dan pengalamannya yang diungkapkan di akun facebooknya sebagai di lansir dari tribunstyle dan juga pendapat para pengamat agar kalian para remaja dan para orang tua perlu waspada.

Akun Facebook Yunita Dwi Fitri membagikan kisahnya pada 14 Mei 2018 pada pukul 23.58 WIB.  Unggahan tersebut pun telah dibagikan lebih dari 7800 kali dan disukai lebih dari 11000 kali.

====

1. Sasaran Para Remaja yang Tengah Galau dan Memperdalam Agama

Dimulai dari cerita dan kejadian pada 12 tahun lalu, di mana Yunita saat itu memang tengah menjalankan tugas akhir sebagai seorang mahasiswi. Tentu kita semua tahu bagaimana sibuknya dia. Hal jelas, karena dia masih muda dan belum pengalaman.

"Karena saya peduli, jadi mau sharing cerita 12 tahun yang lalu...

Dari cerita Yunita, dia memang lagi galau dan hal ini seperti memang sudah diamati sejak lama oleh pelaku doktrin."Waktu lagi galau2nya Tugas Akhir kuliah, diperjalanan menuju kosan dari kampus sendirian, sepanjang jalan Sekeloa mikirin Tugas Akhir yang bener2 bikin galau," tulisnya.

Lalu Yunita menceritakan tentang bagaimana awalnya ia bisa hampir masuk ke dalam kelompok aliran sesat tersebut dimulai saat ia pulang dari kampusnya menuju kosnya.

2. Sok Kenal Sok Dekat dan Sangat Ramah

Dikatakan Yunita, si pelaku bernama Ana sangat ramah dan simpatik dan ramah. Terlihat mudah akrab dan dekat dengan setiap orang.

"Saat itu ia dihampiri oleh seorang perempuan remaja yang disebutnya Anna dan bertanya tentang kos karena Anna sedang mencari kos. Karena kebetulan kos Yunita masih ada kamar kosong, kemudian ia membawa Anna ke kosnya."

Halaman
1234
Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved