Pendidikan Profesi Guru
5 Studi Kasus Reflektif UKPPPG 2025, Contoh Konteks Permasalahan
Berikut ini 5 studi kasus reflektif UKPPPG 2025 yang bisa jadi refrensi Bapak/Ibu Guru
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Shafira Rianiesti Noor
SRIPOKU.COM - Berikut ini 5 studi kasus reflektif UKPPPG 2025 dilansir dari YouTube Catatan Guru.
1. Konteks Masalah LKPD
Masalah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) sering terjadi ketika isi LKPD terlalu monoton, hanya berisi soal latihan tanpa aktivitas menarik, atau tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Akibatnya, siswa kesulitan memahami materi dan tidak termotivasi untuk menyelesaikan tugas.
Baca juga: Refleksi Modul 3 PPG Tahap 4 2025, Pembelajaran Mendalam dan Asesmen 2.0
2. Konteks Masalah Media
Masalah media muncul ketika guru kesulitan menyediakan atau menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, kondisi kelas, maupun ketersediaan fasilitas. Contohnya, media digital tidak berfungsi, LCD sering rusak, atau media yang dibuat kurang menarik sehingga murid kurang antusias.
3. Konteks Masalah Strategi Pembelajaran
Masalah strategi pembelajaran muncul ketika guru belum mampu menyesuaikan metode dengan kondisi kelas. Misalnya, guru terlalu dominan ceramah, siswa kurang dilibatkan, atau tidak semua siswa aktif dalam diskusi kelompok. Hal ini membuat proses belajar kurang interaktif dan hasil belajar tidak maksimal.
4. Konteks Masalah Penilaian
Masalah penilaian biasanya berkaitan dengan instrumen yang kurang bervariasi, penilaian hanya berfokus pada hasil akhir (ujian tertulis), atau guru kesulitan menilai keterampilan serta sikap siswa secara objektif. Akibatnya, hasil penilaian belum sepenuhnya mencerminkan proses belajar siswa.
Contoh Studi Kasus Masalah Strategi Pembelajaran PPG 2025
1. Deskripsikan strategi pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran.
Sebagai guru kelas 2 SD, saya menerapkan strategi pembelajaran kooperatif sederhana berbasis diskusi kelompok kecil dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada topik "Mengenal dan Menyusun Kalimat Sederhana".
Strategi ini dipilih karena siswa kelas 2 umumnya masih berada dalam tahap perkembangan sosial dan bahasa yang sedang berkembang, sehingga kegiatan belajar bersama dapat mendukung kemampuan berkomunikasi dan kerja sama mereka.
Tujuan pembelajaran adalah agar siswa mampu menyusun kalimat sederhana berdasarkan gambar atau kata kunci. Dalam pelaksanaannya, siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang untuk mendiskusikan dan menyusun kalimat dari gambar yang disediakan oleh guru.
2. Bagaimana merancang strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kondisi siswa?
Dalam merancang strategi pembelajaran, saya terlebih dahulu menganalisis tujuan yang ingin dicapai, yaitu keterampilan menyusun kalimat sederhana. Saya kemudian mempertimbangkan karakteristik siswa kelas rendah yang cenderung mudah bosan jika pembelajaran dilakukan secara satu arah.
Oleh karena itu, saya memilih pendekatan aktif melalui diskusi kelompok kecil yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berbicara, mendengarkan, dan bekerja sama. Saya juga menyiapkan panduan pertanyaan sederhana dan alat bantu berupa gambar serta kartu kata untuk memfasilitasi kegiatan diskusi.
3. Bagaimana respons peserta didik terhadap strategi pembelajaran yang digunakan?
Respons peserta didik terhadap strategi ini cukup positif. Siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat saat bekerja dalam kelompok. Mereka saling berdiskusi untuk menyusun kalimat dan menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi. Beberapa siswa yang biasanya pasif dalam kegiatan individu menjadi lebih berani mengemukakan pendapat dalam kelompok kecil.
Namun demikian, saya juga menemukan tantangan, yaitu tidak semua kelompok dapat bekerja sama secara seimbang. Dalam beberapa kelompok, terdapat siswa yang mendominasi, sementara yang lain cenderung mengikuti tanpa berkontribusi. Selain itu, beberapa siswa masih memerlukan waktu lebih untuk memahami struktur kalimat, sehingga strategi ini membutuhkan pengelolaan waktu dan pendampingan yang cukup intensif.
4. Apa pengalaman berharga yang bisa dipetik?
Pengalaman ini memberikan pelajaran penting bahwa strategi pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan berbahasa siswa secara signifikan. Pembelajaran kooperatif sederhana ternyata efektif dalam membangun keterampilan sosial, mendukung perkembangan bahasa, serta memupuk rasa percaya diri siswa.
Namun, strategi ini juga menuntut perencanaan yang matang, termasuk pengelompokan siswa yang seimbang dan pendampingan yang intensif agar semua siswa terlibat aktif. Saya menyadari bahwa guru perlu fleksibel dan reflektif dalam mengevaluasi strategi yang digunakan, serta terus menyesuaikannya dengan dinamika kelas.
Ke depan, saya berencana mengembangkan strategi pembelajaran kooperatif yang lebih bervariasi dan terstruktur agar semakin efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah.
| Anda Guru Bahasa Indonesia yang Bermaksud Melakukan Literasi Menulis |
|
|---|
| Pembelajaran Berdiferensiasi Bertujuan Untuk, Diferensiasi Konten Berarti |
|
|---|
| Makna yang Paling Menggambarkan Pembelajaran Berbasis Pendekatan TaRL |
|
|---|
| Ibu Asri Guru Bahasa Inggris, Hari Ini Ibu Asri Ingin Peserta Didiknya |
|
|---|
| Panduan Cara Membuat Modul Ajar dan Video Mengajar Ukin PPG 2025 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palembang/foto/bank/originals/Berikut-ini-5-studi-kasus-reflektif-UKPPPG-2025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.