Keracunan MBG
Guru-guru di Kota Ini Pikir-pikir Jika Wajib Cicipi MBG, Padahal Program Andalan Presiden Prabowo
Wacana guru sebagai pencicip makanan bergizi gratis (MBG) mendapat sorotan dari PGRI Semarang, mereka menolak jadi kelinci percobaan.
“Yang saya tahu ada tiga sekolah swasta menolak. Mereka memilih jalur sendiri karena lebih yakin dengan kebersihannya,” ungkapnya.
Bagi Khoiri, bicara soal makanan di sekolah tidak bisa hanya dilihat dari angka statistik.
Meski jumlah kasus keracunan MBG masih terbilang kecil dibandingkan total porsi yang didistribusikan, kesehatan anak-anak tetap tidak boleh dipertaruhkan.
“Kalau bicara statistik, misalnya dari satu juta porsi hanya 50 yang bermasalah. Angkanya kecil. Tapi ini nyawa. Tidak bisa disepelekan,” katanya.
Baca juga: Wajib SLHS, Dapur MBG di Palembang Berpacu Penuhi Standar Higiene di Tengah Program Pemenuhan Gizi
Pernyataan itu juga berlaku bagi guru.
Mencicipi makanan bukan berarti aman, justru bisa menjadi pintu masuk risiko.
Khoiri menegaskan, MBG tetap program penting yang harus didukung.
Namun dukungan itu tak bisa polos-polosan tanpa pengawasan serius.
Dari bahan baku, cara masak, hingga waktu distribusi semuanya membutuhkan kedisiplinan pelaksana di lapangan.
“SOP itu sebenarnya sudah ada. Masalahnya di lapangan, kedisiplinan pelaksanaan itu yang sering lemah. Di sinilah peran pengawasan eksternal harus diperkuat,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul PGRI Kota Semarang Tolak Guru Jadi Pencicip MBG: Nyawa Kok Dicoba-coba!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.