Kematian Brigadir Esco

BRIPTU Rizka Bohong, Sempat Cuci Piring dan Jemur Pakaian, Sang Adik Bongkar Fakta Mengejutkan!

Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda NTB, AKBP Catur Erwin Setiawan menerangkan rekonstruksi memperagakan 50 adegan.

Editor: Welly Hadinata
Kolase Ist TikTok dan facebook
REKONSTRUKSI KEMATIAN - Tampang Briptu Rizka di Rekonstruksi Kematian Brigadir Esco (Kiri-tengah). Potret briptu Rizka (kanan). Briptu Rizka Santai Disoraki Warga, Bicaranya Keras 

SRIPOKU.COM - Kebohongan Briptu Rizka soal kematian suaminya, Brigadir Esco, akhirnya mulai terkuak saat rekonstruksi, Senin (29/9/2025). 

Diketahui, rekonstruksi digelar di rumah Brigadir Esco dan Rizka, Dusun Nyiur Lembang, Desa Jembatan Gantung, Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Fakta mengejutkan muncul saat rekonstruksi kasus, ketika sang adik justru memberikan keterangan berbeda dan tidak kompak, membuat publik semakin curiga ada skenario tersembunyi di balik tragedi berdarah ini.

Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda NTB, AKBP Catur Erwin Setiawan menerangkan rekonstruksi memperagakan 50 adegan.

Menurutnya rekonstruksi masih memperagakan versi kesaksian Rizka sebagai tersangka atas kematian Esco.

"Sementara masih berlangsung yang versi tersangkanya," katanya.

Selain Rizka, penyidik juga menghadirkan tujuh saksi.

Hingga kini polisi baru menetapkan satu orang sebagai tersangka, yakni Briptu Rizka Sintiyani, istri Brigadir Esco.

"Nanti kita lihat perkembangan penyidikannya bagaimana bisa bertambah atau tidak," katanya.

Pengacara keluarga Esco, Lalu Anton Hariawan bercerita soal kondisi rekonstruksi yang dijalani Rizka.

"Banyak keterangan saksi yang tidak sinkron, jadi saling buang," katanya.

"Salah satu contoh tuh, saksi sendiri dengan tersangka saksi Angel dengan tersangka, banyak yang tidak kesesuaian," tambah Anton.

Rekonstruksi memperagakan adegan sampai di dalam kamar.

"Sampai dalam kamar, saat saksi Saion menyampaikan ditemukan jenazah tersangka itu ya biasa saja kaget ndak terlalu khawatir ketika ditemukan jenazah," katanya.

Saksi memperagakan sejumlah adegan seperti cuci piring dan jemur baju.

"Termasuk siapa yang mencuci pakaian korban, siapa yang menjemur. Cuma dari keterangan semuanya tidak berkesusuaian dengan tersangka. Jadi saling lempar keterangan," katanya.

Anton menceritakan soal adegan ketika saksi Fauzi menanyakan keberadaan Brigadir Esco pada Selasa (19/8/2025) malam.

"Datang ke rumah almarhum, menanyakan almarhum dimana, disampaikan tersangka lagi piket," katanya.

Lalu ada pula adegan ketika saksi mencium bau bangkai.

"Saksi jumat malam, ini tidak berkesesuaian. Saksi dengan adik tersangka keterangan berbeda. Ada yang malam sabtu, ada yang malam minggu kan. Dia mencium bau bangkai saat itu. Keterangan A malam sabtu, saksi B malam minggu, jadi tidak berkesesuaian," katanya.

Ada pula kesaksian Rizka soal motor Honda Scoopy milik korban yang ternyata tidak sama dengan saksi lain.

"Banyak perbedaan sekali. Termasuk saksi Indri dia melihat R (Rizka) itu menjemur baju. Banyak sekali yang tidak berkesesuaian," katanya.

Maka itu Anton merasa yakin dalam waktu dekat polisi akan menetapkan tersangka lain.

"Makanya saya yakin dalam waktu dekat saya yakin akan ada tersangka lain," katanya.

Sementara Briptu Rizka Sintiyani sempat mengungkap kesaksian ketika memperagakan adegan di depan pagar rumah.

"Pokoknya saya sempat papasan sama Fadil, bang. Tapi intinya Fadil yang duluan masuk," kata Rizka.

"Pokoknya sempat saya papasan," katanya ketika ditekankan petugas.

Namun begitu Briptu Rizka berdalih lupa ketika ditanya lokasi pastinya.

"Saya lupa di gerbang apa dimana, pokonya saya sempat papasan, intinya Fadil yang duluan masuk. Lupa saya," kata Briptu Rizka.

Warga Ancam Robohkan Rumah Briptu Rizka

Rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir Esco Faska Rely di Lombok Barat kembali memicu amarah keluarga korban. 

Diketahui, Rekonstruksi kasus kematian Brigadir Esco Faska Rely di Dusun Nyiur Lembang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar Lombok Barat berlangsung dramatis, Senin (29/9/2025).

Namun, Briptu Rizka Sintiyani tersangka sekaligus istri korban, menolak menjalani reka adegan langsung di tempat kejadian perkara (TKP), meski hadir dalam proses rekonstruksi. 

Sikap itu membuat keluarga kecewa dan geram, bahkan mengancam akan merobohkan rumah Rizka yang berada tak jauh dari lokasi pembunuhan.

Masyarakat, bersama dengan keluarga korban bahkan meneriaki Briptu Rizka dengan kata-kata makian. 

Bahkan, saat pulang, masyarakat yang kecewa meluapkan amarahnya dengan meneriaki rumah korban, dan juga keluarga dari tersangka dengan cibiran “keluarga pembunuh”.

Masyarakat juga mengancam akan merobohkan rumah tersangka yang diduga sebagai tempat eksekusi tewasnya Brigadir Esco.

“Dia (Briptu Rizka) tega melakukan hal itu,” ucap Zaenab salah seorang warga Bonjeruk yang masih keluarga dari Korban.

Dikatakannya, ia sangat menyesalkan tersangka menolak untuk melakukan reka adegan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) penemuan mayat korban, di kebun belakang rumahnya.

Dia juga meyakini, bahwa dalang dari kematian Brigadir Esco tidak hanya satu orang, namun juga ada pihak lain yang ikut terlibat.

“Tidak mungkin perempuan bisa membopong mayat laki-laki sendiri, ini pasti juga ada orang lain,” tegasnya.

Menyikapi keriuhan yang terjadi, Kepala Desa Jembatan Gantung, Suhaimi akan lebih intens berkordinasi dengan pihak desa yang ada di Bonjeruk Lombok Tengah.

“Langkah pengamanannya kita sudah kordinasi dari awal dengan keluarga dan warga yang ada di Bonjeruk. Dari awal sebelum ini terjadi, rekonstruksi ini, kita sudah berkabar, kita sama-sama dari pihak desa ke dua desa sudah kordinasi dan itu akan ditingkatkan,” tegasnya.

Dengan situasi yang memanas, lantaran warga yang kecewa akan jalannya proses rekonstruksi, pihak desa juga akan meningkatkan pengamanan, dengan akan menerjunkan BKD untuk intens berjaga di TKP.

“Dan BKD juga kita datangi disini membantu pihak kepolisian untuk sama-sama menjaga keamanan,” tegasnya.

Dia juga berharap, kasus kematian Brigadir Esco ini cepat terungkap dan masyarakat baik yang ada di Nyiur Lembang dan Bonjeruk tenang.

Gunakan Peran Pengganti

Rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir Esco Faska Rely di Lombok Barat memicu kekecewaan mendalam dari pihak keluarga korban, pada Senin (29/9/2025).

Meski Briptu Rizka Sintiyani, tersangka utama sekaligus istri korban, hadir di lokasi, penyidik memilih menggunakan peran pengganti dalam sejumlah adegan krusial. 

Keputusan itu dinilai mengaburkan fakta dan mengurangi transparansi proses hukum.

Namun, alih-alih mendapat kejelasan, keluarga dan masyarakat justru merasa kecewa, lantaran tidak diizinkan menyaksikan langsung adegan penting, seperti penemuan mayat dan kronologi pembunuhan, yang seharusnya diperagakan oleh tersangka, Brigadir Rizka.

Pihak Polres Lombok Barat justru menggunakan pemeran pengganti dalam reka adegan yang berlangsung di Tempat Kejadian Perkara (TKP), yakni di kebun belakang rumah korban dan tersangka, yang diketahui adalah pasangan suami istri.

Ayah almarhum Brigadir Esco, Samsul Herawadi, menyatakan kekecewaannya karena tidak bisa melihat langsung bagaimana anaknya dibunuh oleh menantunya sendiri.

“Kita nggak tau apa proses di dalam, kita nggak jelas, kita nggak dikasih masuk. Sangat kecewa, dan masyarakat yang dari Bonjeruk sangat kecewa karena kita awalnya memang menunggu reka adegan yang di TKP (kebun),” ucap Samsul saat ditemui TribunLombok.com.

Meski demikian, ia mengaku akan menyerahkan proses hukum selanjutnya kepada kuasa hukum keluarga, namun tetap berharap kasus ini diselidiki dengan sebenar-benarnya.

Ia juga menyesalkan keputusan Polres Lombok Barat yang menggelar sebagian proses rekonstruksi secara internal di dalam lingkungan kantor polisi.

“Kan katanya terbuka, tapi kenapa ditutup-tutupi begini, kan kami nggak paham. Kami pada saat rekonstruksi di dalam rumah juga ndak dikasih masuk,” tegasnya.

Samsul juga menyebutkan bahwa pihak keluarga dari tersangka terlihat tidak kooperatif dan terkesan menyembunyikan informasi penting terkait kematian Brigadir Esco.

“Kayaknya ada yang disembunyikan juga sama keluarga tersangka. Kalau memang satu arah mengungkap tersangka, kenapa tidak kita kerjasama,” katanya.

Tak hanya itu, ia juga mengungkap bahwa dirinya sempat dituduh sebagai dalang di balik kematian anaknya sendiri oleh tersangka. Menurutnya, tudingan tersebut adalah upaya memutarbalikkan fakta oleh Brigadir Rizka.

“Sampai-sampai saya dituduh balik bahwa sayalah dalang di balik kematian anak saya itu oleh Rizka. Itu disampaikan lewat media di podcast terakhir sebelum dia berangkat ke Kalimantan,”
pungkasnya.

Briptu Rizka Ngotot dan Semprot Penyidik

Detik-detik suasana memanas saat Briptu Rizka Sintiyani, tersangka pembunuhan Brigadir Esco Faska Rely, tiba di lokasi kejadian di Dusun Nyiur Lembang, Lombok Barat, pada Senin (29/9/2025). 

Mengenakan baju tahanan merah dan masker putih, Rizka langsung melontarkan protes keras kepada penyidik, menolak sejumlah adegan rekonstruksi yang disiapkan. 

Briptu Rizka, polwan yang jadi tersangka pembunuhan suaminya sendiri, Brigadir Esco Pasca Rely sempat ngotot ke penyidik saat rekonstruksi.

Rumah itu merupakan kediaman Rizka dan Esco, sekaligus diduga jadi tempat almarhum dieksekusi.

Di dalam rumah itu, menurut ayah Brigadir Esco, terdapat bercak darah diduga milik almarhum.

Bercak darah itu ditemukan di kamar dan barang-barang milik anak korban.

Jasad Brigadir Esco ditemukan tak jauh dari rumah mereka pada Minggu (24/8/2025).

Ia ditemukan dalam kondisi tubuh membengkak, wajah rusak, dan leher terjerat tali.

Brigadir Esco awalnya diduga meninggal dunia karena mengakhiri hidup.

Namun pihak keluarga merasa janggal hingga akhirnya polisi menetapkan Briptu Rizka sebagai tersangka pembunuhan Brigadir Esco.

Meski sudah jadi tersangka, Briptu Rizka diduga masih belum mengakui perbuatannya.

Bahkan pada saat rekonstruksi, ada beberapa adegan yang ditolak diperankan oleh Rizka.

Adegan itu kemudian diperagakan oleh pemeran pengganti.

Pada rekonstruksi itu, Briptu Rizka terlihat mengenakan baju tahanan berwarna merah.

Rizka juga memakai kerudung cokelat panjang menutupi bagian dadanya.

Tampak juga Rizka memakai masker berwarna putih untuk menutupi wajahnya.

Saat berjalan melewati kerumunan warga, Briptu Rizka tidak menunduk.

Ia berjalan santai dengan pandangan lurus ke depan.

Terlihat kedua tangan Briptu Rizka diborgol dan ia memakai sandal jepit.

Adegan pertama rupanya dilakukan di kediaman Rizka dan Esco.

Saat itu saksi bernama Fadil juga ikut memerankan adegan.

"Rizka di sini ya? Di sini kamu kan?," tanya penyidik pada video yang beredar di TikTok.

Tak menyangkal, Briptu Rizka pun membenarkan kalau ia sempat bertemu dengan saksi Fadil.

"Pokoknya saya sempat papasan sama Fadil," kata Rizka dengan suara lantang.

Tidak terlihat raut sedih, Rizka terlihat ngotot mempertahankan kesaksiannya.

"Kamu di sini, Fadil sudah di dalam?," tanya penyidik lagi.

Lagi-lagi, Briptu Rizka pun ngotot dan mengatakan kalau ia hanya ingat sempat berpapasan dengan Fadil.

"Pokoknya saya sempat papasan sama Fadil, Bang. Tapi intinya Fadil yang duluan masuk," jawab Rizka lagi.

Setelah itu, Rizka kemudian masuk ke dalam rumah.

Selesai melakukan adegan di dalam rumah, ia lalu keluar halaman menuju pohon.

Briptu Rizka tampak menjemur pakaian di bawah pohon tersebut.

Kemudian pada adegan lainnya, terlihat Briptu Rizka digantikan oleh pemeran pengganti.

Nasib Anak Brigadir Esco

Pilunya nasib 2 anak dari pasangan Brigadir Esco Fasca Rely dan Briptu Rizka Sintiyani usai kehilangan ayah mereka secara tragis.

Sementara sang ibu justru menjadi tersangka dalam kasus tersebut.

Diketahui, Brigadir Esco ditemukan meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan pada 24 Agustus 2025.

Jenazahnya ditemukan di area belakang rumah mertuanya yang berlokasi di Dusun Nyiur Lembang Dalem, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pihak kepolisian menetapkan Briptu Rizka, istri korban, sebagai tersangka utama dalam kasus dugaan pembunuhan tersebut.

Menurut pernyataan kuasa hukum keluarga Brigadir Esco, lalu Anton Hariyawan, kedua anak pasangan itu kini mengalami gangguan psikologis akibat peristiwa tragis yang menimpa keluarga mereka.

"Kita ketahui bersama luar biasa ujian yang di alami oleh keluarga besar Brigadir Esco, terutama untuk kedua putrinya," kata Anton pada Rabu (24/9/2025), dikutip dari TribunLombok.com.

Anton menceritakan ketika anak pertama Brigadir Esco menanyakan keberadaan ayahnya.

Bahkan, anak Brigadir Esco yang masih berusia tujuh tahun itu ingin mengalami nasib serupa seperti sang ayah.

"Anak yang paling besar selalu menanyakan bapaknya, jadi ada beberapa kata yang diungkapkan kata oleh anaknya kalau begitu saya ikut mati seperti bapak. Itu luar biasa tekanan si kecil," cerita Anton.

Di sisi lain, Anton menyebut anak pertama Brigadir Esco akan dipindahkan sekolahnya ke kampung halaman sang ayah di Desa Bonjeruk, Kabupaten Lombok Tengah.

Lebih lanjut, Anton turut mengungkapkan tindak lanjut terkait penanganan kasus tewasnya Brigadir Esco.

Dia mengatakan telah menyurati Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) untuk terlibat gelar perkara khusus dalam kasus pembunuhan terhadap Brigadir Esco.

Ia menuturkan dilibatkannya Kompolnas demi membuat terang dan membuka tabir atas dugaan keterlibatan orang lain dalam kasus ini.

"Kami yakin R (Briptu Rizka) ini melakukan tindak pidana keji ini tidak sendiri," kata Anton.

"Saran saya supaya si R membuka kasus ini seterang benderang, kalau memang bukan pelaku utama silakan ajukan diri sebagai justice collaborator," kata Anton.

Briptu Rizka Tersangka, Sudah Diperiksa Propam

Briptu Rizka sudah ditetapkan menjadi tersangka atas pembunuhan terhadap Brigadir Esco pada Jumat (19/9/2025) lalu.

Namun, belum diketahui peran atau motif Briptu Rizka hingga membunuh suaminya.

Kendati demikian, Briptu Rizka kini sudah diperiksa Propam Polda NTB untuk diperiksa terkait pelanggaran etik yang dilakukannya sebagai anggota Polres Lombok Barat.

"Sedang dalam pemeriksaan Propam ya," kata Kabid Humas Polda NTB, Kombes Muhamad Kholid pada Senin (22/9/2025) lalu.

Selain Briptu Rizka, keluarga Brigadir Esco turut diperiksa oleh Propam Polda NTB.

Kuasa hukum Brigadir Esco lainnya, Muhanan, mengungkapkan kliennya diperiksa oleh Polda NTB untuk memperjelas kasus ini.

"Propam Polda NTB sudah turun terkait dengan kode etik. Kita bertemu sekitar 10-15 menit di ruangan Polres untuk memperjelas terkait dengan kode etik," jelas Muhanan. 

Pasca ditetapkan menjadi tersangka, Briptu Rizka kini ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Polda NTB.

Kronologi Penemuan Jenazah Brigadir Esco, Ditemukan Mertuanya

Jasad Brigadir Esco pertama kali ditemukan oleh mertua sekaligus ayah dari Briptu Rizka, Dalem Amaq Siun di pekarangan belakang rumahnya di Dusun Nyiur Lembang Dalem, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat pada 24 Agustus 2025 lalu.

Adapun Siun menemukan jasad menantunya itu ketika tengah mencari ayamnya yang hilang.

Ketika ditemukan, jasad Brigadir Esco dalam kondisi leher terjerat tali, muka rusak, badan membengkak, dan dikerumuni lalat.

Setelah itu, Amaq Siun melaporkan penemuannya itu ke kepala dusun dan akhirnya diteruskan ke Polsek Lembar.

Kemudian, polisi langsung tiba di lokasi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Karena menjadi saksi kunci, Siun pun diperiksa oleh pihak kepolisian pada Senin lalu.

Sumber: Tribun Bogor
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved