Kematian Brigadir Esco

Di Balik Penolakan Briptu Rizka, Amarah & Misteri yang Belum Usai dalam Kasus Kematian Brigadir Esco

Sorak-sorai cemoohan dan makian pecah seketika, menyambut kedatangan Briptu Rizka Sintiyani

Editor: Yandi Triansyah
TRIBUNLOMBOK.COM/WAWAN SUGANDIKA
TRIBUNLOMBOK.COM/WAWAN SUGANDIKA KEMARIAN BRIGADIR ESCO - Brigadir Riska yang ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Brigadir Esco saat mengikuti rangkaian reka adegan saat proses rekonstruksi di TKP, Senin ( 28/9/2025). 

SRIPOKU.COM -  Terik matahari di Dusun Nyiur Lembang, Lombok Barat, seolah tak mampu membakar habis ketegangan yang menggantung di udara, Senin (29/9/2025).

Ratusan pasang mata tidak berkedip, mengawasi setiap gerak dari seorang wanita berkerudung yang keluar dari mobil tahanan.

Sorak-sorai cemoohan dan makian pecah seketika, menyambut kedatangan Briptu Rizka Sintiyani, tersangka utama kasus kematian suaminya sendiri, Brigadir Esco Faska Rely.

Hari itu, Polres Lombok Barat menggelar rekonstruksi yang diharapkan bisa menyingkap tabir misteri kematian tragis Brigadir Esco, seorang anggota Intelijen Polsek Sekotong.

Namun, alih-alih memberikan titik terang, proses reka adegan itu justru berakhir dramatis dan menyulut amarah warga yang telah lama memendam kekecewaan.

Panggung drama dimulai sekitar pukul 10.16 WITA. Mulai dari gang depan rumah tersangka di RT 02, Briptu Rizka memulai reka adegan di bawah pengawalan ketat.

Antusiasme publik begitu luar biasa. Warga tak hanya datang dari desa setempat, tetapi juga dari Bonjeruk, Lombok Tengah, kampung halaman Brigadir Esco.

Pemandangan di lokasi lebih mirip sebuah festival yang ganjil. Sebagian warga nekat memanjat pohon, yang lain mendaki bukit di belakang rumah tersangka demi mendapatkan sudut pandang terbaik.

Di tengah kerumunan yang tegang, bahkan ada yang memanfaatkan momen untuk berjualan es kelapa.

Awalnya, rekonstruksi berlangsung terbuka, memberi akses bagi publik untuk menyaksikan versi cerita dari sang tersangka.

Namun, suasana berubah cepat. Saat adegan berpindah ke dalam rumah, polisi memasang garis batas, mengubah proses yang tadinya terbuka menjadi tertutup.

Warga yang penasaran hanya bisa berkerumun di luar, saling berbisik dan menebak-nebak apa yang terjadi di dalam.

Puncak kekecewaan dan amarah warga meledak tak lama kemudian. Momen krusial terjadi saat Briptu Rizka dijadwalkan untuk melakukan reka adegan di kebun belakang rumah lokasi di mana jasad Brigadir Esco pertama kali ditemukan dalam posisi tergantung. Dengan tegas, ia menolak.

Penolakan inilah yang menjadi pemantik. Kerumunan yang tadinya hanya berteriak, kini meluapkan amarah yang lebih besar.

"Dia tega melakukan hal itu!" seru Zaenab, seorang warga Bonjeruk yang masih memiliki hubungan keluarga dengan korban.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved