Berita viral

Sosok Dokter Tan Shot Yen, Viral setelah Kritik Keras Program MBG, Menu tak Sesuai Identitas Bangsa

Dokter Tan menyayangkan, alih-alih memanfaatkan bahan pangan lokal Indonesia, menu MBG justru kerap menyajikan makanan ala Barat

Editor: pairat
Instagram
KRITIK PROGRAM MBG - Kolase sosok Dokter Tan Shot Yen jadi sorotan gegara kritik program Makanan Bergizi Gratis (MBG). 

Lewat Instagramnya, Dokter Tan selalu mengedukasi soal gizi dan bahan pangan lokal.

Kritikan soal Program MBG

Dokter Tan menyayangkan, alih-alih memanfaatkan bahan pangan lokal Indonesia, menu MBG justru kerap menyajikan makanan ala Barat yang tak sesuai identitas bangsa.

"Tapi, yang terjadi di Lhoknga sampai dengan Papua yang dibagi adalah burger, di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia."

"Enggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia. Dibagi spageti, dibagi bakmi gacoan, oh my God," kata Dokter Tan, Senin, dikutip dari YouTube TV Parlemen.

Ia juga menyoroti pemberian susu formula sebagai salah satu sajian MBG.

Padahal, kata dia, warga Indonesia yang termasuk etnis Melayu, sebagian besar intoleransi laktosa, di mana tubuh tidak bisa mencerna sejenis gula dalam susu dan produk susu, karena kekurangan enzim laktase.

"Tidak banyak orang yang tahu bahwa etnik Melayu, 80 persen etnik Melayu intoleransi laktosa," ucapnya.

Lebih lanjut, Dokter Tan menyayangkan ahli gizi minim pengalaman yang bekerja di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Ia mengungkapkan, saat rekan-rekannya sesama ahli gizi senior berkunjung ke SPPG, banyak ahli gizi yang tak paham saat ditanya HACCP.

HACCP atau Hazard Analysis and Critical Control Point, adalah sistem manajemen risiko berbasis ilmiah untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya keamanan pangan di setiap tahap proses produksi, mulai dari bahan baku hingga produk akhir.

Sistem ini bertujuan mencegah kontaminasi dan menjamin keamanan produk pangan sehingga aman dikonsumsi.

"Emang di SPPG nggak ada ahli gizi? Ada, tapi setelah teman-teman kami yang lebih senior datang ke SPPG, ya Allah, ahli gizinya baru lulus."

"Dan lebih lucu lagi mereka nggak tahu ketika ditanya apa itu HACCP. Jam terbangnya masih kurang, apalagi bicara tentang UPF (Ultra-Processed Food)," tutur Dokter Tan.

Ia menjelaskan, menu MBG yang kerap diunggah SPPG di media sosial, hanya berdasarkan hitungan kalori, tanpa memperhatikan kualitas.

Hal itu terjadi sebab minimnya pengalaman ahli gizi yang bekerja di SPPG.

"Yang sering kali ditayangkan oleh SPPG (dibuat berdasarkan ahli gizi), itu cuma hitung-hitungan kalori. Kalorinya cukup, tapi kualitasnya, kalau kata anak sekarang, ngehek," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved