Panggilan yang Tak Kunjung Usai, Kisah Pilu Nenek yang Terus Menanti Kepulangan Mendiang Hijrah

Di sebuah sudut kamar yang senyap di Desa Maponu, Pasangkayu, sebuah suara parau terus memanggil satu nama. Hijrah... Hijrah

Editor: Yandi Triansyah
Tribunsulbar.com
PENGAKUAN TERSANGKA RISMAN - Kolase Karyawan koperasi PNM BUMN ditemukan tewas tak wajar di dalam kebun kelapa miliki warga di Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar), Sabtu (20/9/2025) pagi. (kiri). Tersangka Risman (tengah) dan Hijrah, pegawai PNM semasa hidup (kanan). Pemicu Risman tega habisi nyawa Hijrah terungkap. 

SRIPOKU.COM -  Di sebuah sudut kamar yang senyap di Desa Maponu, Pasangkayu, sebuah suara parau terus memanggil satu nama. "Hijrah... Hijrah..." Panggilan lirih itu datang dari seorang nenek renta yang terbaring lemah, ingatannya terkikis oleh usia dan penyakit.

Baginya, sang cucu hanya belum pulang kerja. Namun, bagi seluruh dunia, panggilan itu tak akan pernah lagi terjawab.

Suasana duka masih menggantung pekat di kediaman keluarga Hijrah (19) pada Senin (22/9/2025).

Gadis muda yang dikenal pendiam itu telah dikebumikan setelah ditemukan tewas secara tragis di sebuah kebun kelapa di Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Pelaku, Risman, yang merupakan suami dari nasabah koperasi tempat Hijrah bekerja, telah ditetapkan sebagai tersangka pada Minggu (21/9/2025).

Namun, di tengah isak tangis keluarga yang meratapi kepergiannya, sang nenek hidup dalam dunianya sendiri sebuah dunia di mana Hijrah masih ada.

Penyakit pikun telah menjadi tabir kejam yang melindunginya dari kenyataan pahit bahwa cucu kesayangannya telah tiada.

Ia hanya tahu, gadis yang ia rawat sejak balita itu belum juga menampakkan wajahnya.

Bagi sang nenek, Hijrah adalah dunianya. Sejak orang tua Hijrah bercerai dan membangun kehidupan baru, gadis itu diserahkan dalam asuhannya saat usianya baru menginjak satu tahun.

Di pangkuan neneknyalah Hijrah tumbuh, dalam dekapan kasih sayang yang tak pernah putus meski sang nenek sendiri sakit-sakitan.

Hijrah membalas kasih itu dengan pengabdian yang tulus. Di balik sosoknya yang pendiam dan sederhana, ia memikul tanggung jawab yang luar biasa besar untuk seorang gadis seusianya.

“Dia itu anak yang sangat baik dan bertanggung jawab,” kenang Fini, sepupu Hijrah, dengan suara bergetar menahan tangis.

“Walaupun kerja di koperasi, setiap hari Minggu dia pasti pulang untuk merawat neneknya yang sakit. Dia yang belikan obat, menyuapi makan, sampai membersihkan tubuh neneknya.” lanjutnya. 

Setiap akhir pekan, kehadiran Hijrah adalah oase bagi sang nenek. Namun kini, rumah itu terasa hampa.

Kamar yang dulu menjadi saksi bisu pengabdian seorang cucu kini hanya menyisakan kekosongan.

Halaman
123
Sumber: Tribun sulbar
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved