'Mohon Ditunggu Ya' Terungkap Chat Terakhir Affan ke Customer Sebelum Tewas Dilindas Rantis Brimob

SRIPOKU.COM- Pesan singkat itu kini menjadi sunyi yang menggantung. "Halo kak, mohon ditunggu ya," tulis Affan Kurniawan, seorang driver ojek online (ojol) berusia 21 tahun, kepada pelanggannya, Kamis (28/8/2025) sore.

Tak ada yang menyangka, itu adalah pesan terakhir Affan sebelum ia tewas dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat.

Sebuah chat sederhana, bagian dari rutinitas para pengemudi ojol, kini menjadi saksi bisu tragisnya malam yang seharusnya hanya menjadi hari kerja biasa bagi Affan.

Ia bukan demonstran, bukan penonton demo, bukan pengacau. Ia hanya bekerja.

Dalam tangkapan layar percakapan yang viral di media sosial, terlihat Affan masih aktif membalas pesan pada pukul 17.41 WIB.

Ia memberi kabar bahwa pesanannya sedang dalam perjalanan. Namun ketika pelanggannya kembali mengirimkan pesan pada pukul 17.51 dan 18.03 WIB, tidak ada balasan. Affan sudah diam. Selamanya.

Beberapa menit setelah itu, mobil rantis Brimob melaju kencang ke arah kerumunan massa di Jalan Pejompongan.

Dalam kekacauan pembubaran aksi demonstrasi yang berlangsung di sekitar Gedung DPR RI, Affan menjadi korban.

Ia dilindas kendaraan rantis bertuliskan Brimob yang tengah membubarkan demonstran dengan cara ugal-ugalan.

“Dia nyoba nabrakin para pendemo, kanan kiri, ugal-ugalan. Siapa aja yang di depan dia dihajar, nggak peduli,” ungkap Abdul (29), saksi mata yang menyaksikan langsung peristiwa itu.

Menurut Abdul dan keterangan rekan-rekan sesama ojol, Affan tengah mengantarkan pesanan ke kawasan Bendungan Hilir.

Karena jalur terhalang, ia memutuskan berhenti sejenak di tepi jalan. Namun justru di sanalah nyawanya melayang.

Setelah kejadian, jenazah Affan dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Keluarganya, yang menerima kabar duka itu di tengah guyuran hujan, langsung datang menembus jalanan basah, masih mengenakan jas hujan plastik.

Suasana di RSCM pun pecah dalam tangis. Seorang wanita, diduga ibu Affan, berteriak memanggil-manggil nama anaknya sambil terduduk lemas.

“Affan! Affan!” serunya berulang kali, sebelum tubuhnya limbung dan harus dipapah keluarga lainnya.

Affan adalah tulang punggung keluarga. Tinggal di kontrakan sempit ukuran 3x11 meter di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, ia hidup bersama orangtua dan adik perempuannya yang masih duduk di bangku SMP.

Orangtuanya bekerja serabutan, dan Affan menggantikan peran pencari nafkah utama dengan menjadi driver ojol. Ia juga pernah bekerja sebagai satpam.

Setiap pagi, sejak pukul 05.30, Affan sudah keluar rumah mencari orderan. Siang istirahat sebentar, lalu lanjut kembali hingga malam. Hingga malam naas itu menjemputnya.

Tragedi Affan tidak berhenti pada duka semata. Kasus ini mengundang perhatian publik dan memicu pemeriksaan terhadap tujuh anggota Brimob Polda Metro Jaya. Mereka adalah Kompol C, Aipda M, Bripka R, Briptu D, Bripda M, Bharaka Y, dan Bharaka D.

“Kami sudah mengamankan tujuh orang anggota yang berada dalam kendaraan tersebut. Pemeriksaan dilakukan gabungan oleh Propam dan Brimob,” jelas Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Abdul Karim.

Kendaraan rantis yang digunakan dalam insiden juga telah diamankan di Mako Brimob Kwitang. Namun siapa sebenarnya yang mengemudikan kendaraan maut itu masih didalami.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri, bahkan pihak Istana turut menyampaikan permintaan maaf atas kejadian ini.

Namun rasa kehilangan keluarga Affan dan kemarahan masyarakat tidak bisa ditebus hanya dengan kata maaf.

“Kami mohon maaf sebesar-besarnya untuk korban dan keluarganya,” ucap Kapolri.