SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Sudah beberapa tahun Jhon Hery menekuni produksi jamur tiram dan kini jadi anggota koperasi Merahh Putih Kelurahan Sukodadi Palembang yang juga koperasi merah putih pertama yang diresmikan di Palembang oleh Menko Zulkifli Hasan.
Awalnya dia membudidayakan jamur tiram di daerah Pusat kota di kawasan Tanjung Rawo, pada 2010 hingga 2016 lalu sempat vakum dan kini kembali menekuni bisnis ini lagi.
Namun kini lokasi budidaya berubah yakni pinggiran daerah pinggiran kota dengan Jalan Santoso Sukodadi Palembang yang diberi nama Sitieram.
Area ini dipilih karena cocok dengan iklim dan habitat asli jamur yakni di hutan, sebab lokasi budidaya saat ini berada di tengah kebun sawit.
Baru satu tahun pindah di lokasi budidaya baru ini, Jhon bisa panen 15 kg jamur dari 1000 baglog yang dibuatnya.
Proses budidaya jamur ini memerlukan waktu hingga dua bulan baru bisa panen dan masa panen akan berlangsung hingga empat bulan dengan panen setiap hari.
Dia mengurai proses budidaya diawali dengan membuat baglog yang berasal dari serbuk gergaji kayu yang ditambah air juga tepung jagung kemudian dipadatkan dalam pastik. Setiap baglog biasanya berisikan media tanam jamur sebesar 1,5-1,7 kg.
Setelah baglog dibuat, kemudian akan disterilkan dengan mengukusnya dalam drum selama 6 jam.
Proses ini kemudian masih dilanjutkan dengan mendinginkan baglog untuk kemudian selanjutnya diberi bibit dan kembali disimpan selama 20-30 hari.
Setelah jamur terbentuk dan pembibitan sukses, kemudian baglog akan dipindahkan ke kumbung.
Di dalam kumbung juga memerlukan waktu 1 bulan baru bisa panen pertama. Setelah panen, akan tetap dipanen setiap hari hingga empat bulan.
Kini produksi jamur Jhon sebanyak 15 kg per hari yang disuplai ke bakul sayur.
Saat ini pemasarannya dilakukan sendiri dengan mengirim ke bakul sayur dihargai Rp 18-19 ribu per kg, sedangkan dijual langsung ke masyarakat Rp 25 ribu per kg.
Jhon memasarkan sendiri karena punya bakul tetap yang siap menampung produksi jamurnya.
Sebab modal yang dibutuhkan membudidayakan jamur ini cukup besar. Untuk 1000 baglog saja dibutuhkan Rp 65 juta yang dialokasikan untuk membuat tempat inkubasi, steamer, kumbung juga peralatan lainnya seperti bibit, kantong plastik juga sekam bekas gergaji kayu.