Di satu sisi Muhammad Rocky berharap segera adanya pertemuan, dimana pada saat kemarin ingin bertemu mereka sempat berstatemen sehabis pelantikan gubernur.
"Nah saya harapkan ada titik terang agar klub di Sumatera Selatan ini mampu naik ke liga 1. Kalau mau buat klub baru disayangkan karena lambang dan logo Sriwijaya FC itu adalah kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Khususnya kota Palembang. Kalau mau buat tim baru atau pesaing silakan, tapi jangan di Palembang, karena kami berdiri adanya Sriwijaya FC," tegas Muhammad Rocky.
Reaksi juga diluapkan Capo Tifoso Ultras Palembang Qusoi yang meminta agar Plt Gubernur Sumsel H Cik Ujang SH memikirkan kembali mendirikan Sumsel United akan menjadi pesaing Sriwijaya FC di Sumsel.
"Alangkah eloknya kalau Wagub kita itu tetap memikirkan Sriwijaya FC karena wlaau bagaimanapun ini dibeli awalnya dari dana Pemprov Sumsel. Jadi duit rakyat Sumsel," kata Qusoi.
Menurutnya percuma juga membentuk klub baru, sedangkan Sriwijaya FC ini sudah punya pondasi kuat. Sudah mengakar ke rakyat Sumsel. Sudah membahana baik nasional maupun internasional.
"Sriwijaya FC pernah ikut AFC, Liga Champion Asia. Jadi alangkah ruginya kalau kita mau mengembangkan klub baru lagi, tertati-tati lagi. Walaupun disokong dana besar," kata Qusoi.
Capo Tifoso Ultras Palembang Qusoi membeberkan fakta membuktikan tim Rans saja rontok degradasi ke Liga 3. Padahal dipegang artis tajir Rafi Ahmad.
Termasuk Persikabo 1973 yang sudah merger dengan PS Tira malah jatuh juga ke Liga 3. Yang tadinya dari Liga 1 merger, lalu jatuh ke Liga 2, dan kini degradasi ke Liga 3.
Fakta terbaru Dewa United klub profesional, modern, tapi tidak memiliki basis massa suporter akhirnya mereka berhomebase di Banten untuk menarik masyarakat Banten mendukung Dewa United.
"Intinya kalau klub baru Sumsel United ini berdiri apakah akan punya basis massa suporter besar atau militan kedepan. Bukan mudah membuat basis massa suporter besar," kata Qusoi.
Ia menilai Liga 1 Indonesia sekarang peminatnya kurang. Malah sekarang tersaingi Liga 2 dengan basis massa suporter besar tim-tim Liga 2. Tidak semudah itu, karena sponsorship, rating televisi melihat juga animo masyarakat dan animo suporter yang hadir di stadion.
"Kalau itu Sumsel United berdiri anggaplah ada suporter, apakah tidak akan terjadi gesekan, tawuran antar suporter. Sedangkan Sriwijaya FC saja dengan 3 kelompok suporter inipun baru 3 tahun ini berdamai sepanjang 20 tahun SFC berdiri," kata Qusoi.
Baca juga: Cik Ujang Bikin Klub Saingan Sriwijaya FC, 3 Kelompok Suporter: Jangan Bikin Warga Sumsel Kecewa
Qusoi membeberkan belasan tahun terjadi tawuran, gesekan yang sudah banyak memakan korban jiwa. Apakah ini akan menambah korban jiwa lagi di Sumatera Selatan dengan kelompok suporter baru mereka.
"Jadi alangkah eloknya pemimpin baru kita, terkhusus yang terhormat Bapak HDCU memikirkan klub ini. Sudah sewajarnya HDCU meneruskan tongkat estafet klub Sriwijaya FC ini, dari yang awalnya Rosihan Arsyad yang membangun Stadion Jakabaring," katanya.
Daripada kosong tidak ada isi stadion itu akhirnya inisiatif Syahrial Oesman membeli klub Persijatim Solo untuk dijadikan Sriwijaya FC.