Oleh Dr. Peny Cahaya Azwari,M.M.,M.B.A.,Ak
Akademisi, dan Peneliti Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Pendahuluan
Ibadah haji adalah perjalanan spiritual muslim yang bermakna mendalam terhadap setiap bagian kehidupan pribadi, sosial, dan juga kepemimpinan.
Perjalanan haji penuh dengan pembelajaran tentang pengorbanan, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah,Swt. Salah satu teladan utama yang dapat dipetik dalam ibadah haji adalah kepemimpinan Nabi Ibrahim.
Kepemimpinan dalam konsep al-Qur’an disebutkan dengan istilah imamah, dan pemimpin dengan istilah imam. Al-Qur’an mengaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran sebagaimana Al Qur’an Surat As Sajda: 24.
Kepemimpinan Nabi Ibrahim penuh hikmah dan keteladanan menginspirasi umat Islam dalam menjalankan ibadah, dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Nabi Ibrahim, yang dikenal sebagai "Khalilullah" (sahabat Allah), menjadi figur pemimpin sangat penting dalam sejarah Islam.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah (2: 124): "Dan (ingatlah) ketika Tuhan Ibrahim menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat, lalu dia menyempurnakannya. Dia berkata, 'Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi umat manusia.' Ibrahim berkata, 'Dan (bagaimana pula) dengan keturunanku?' Tuhan berfirman, 'Janji-Ku tidak berlaku untuk orang yang zalim.'"
Ayat ini menekankan bahwa Nabi Ibrahim dipilih Allah untuk menjadi pemimpin umat manusia karena kearifan yang dimilikinya, dan menjadi teladan sepanjang masa, termasuk dalam pelaksanaan ibadah haji.
Dalam perjalanan haji, banyak ritual yang secara langsung mengingatkan kita akan pengorbanan dan keteguhan hati Nabi Ibrahim.
Dari kisah beliau yang siap mengorbankan anaknya, Ismail, hingga pengorbanan besar dalam menjalankan perintah Allah, nilai-nilai kepemimpinan yang ditanamkan oleh Nabi Ibrahim terus relevan hingga kini.
Artikel ini akan memaparkan bagaimana ibadah haji, melalui teladan kepemimpinan Nabi Ibrahim, berperan dalam pembentukan karakter pemimpin yang arif dan bijaksana, serta sabar, dan penuh pengorbanan.
* Indikator Pengorbanan seorang Pemimpin
Pelajaran terbaik teladan Nabi Ibrahim adalah keteguhan dan ketabahan dalam melewati ujian berat. Ketika Allah memerintahkan untuk mengorbankan anak tercintanya, Ismail, Nabi Ibrahim penuh keyakinan melaksanakan perintah yang menunjukkan kualitas pemimpin dengan sifat ikhlas dan siap berkorban.
Seorang pemimpin harus mampu mengedepankan kepentingan umat di atas kepentingan pribadinya, siap menghadapi tantangan dan ujian yang datang, serta menjadi contoh teladan. Ketika seorang pemimpin mampu menunjukkan dedikasi berkorban untuk umat, akan timbul rasa hormat dan kepercayaan dari masyarakat.
Surat As-Saffat (37: 102-107) menunjukkan kesediaan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, untuk berkorban demi mengikuti perintah Allah. Ini mengajarkan kita bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang rela berkorban demi kebaikan umatnya.
Dalam ibadah haji, nilai pengorbanan ini tercermin dalam ritual qurban. Simbol pengorbanan Nabi Ibrahim tercermin dalam ritual Kurban, ketika umat Islam menyembelih hewan sebagai bentuk pengingat akan pengorbanan Ibrahim. Melalui berkurban, setiap Muslim diharapkan ikhlas dan siap berkorban demi orang lain.
Hal ini bermakna bahwa kepemimpinan yang sesungguhnya adalah kepemimpinan yang melayani, bukan minta dilayani.
* Indikator Kesabaran seorang Pemimpin
Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kesabaran ketika menghadapi kesulitan. Perjalanan hidup Nabi Ibrahim yang penuh dengan cobaan, permasalahan, dan tantangan, baik ketika menghadapi penguasa zalim, juga menghadapi ujian keluarga yang sungguh berat.
Nabi Ibrahim tetap bersikap sabar, percaya dan ridho serta tawakal kepada Allah,Swt. Kisah ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin seharusnya belajar bahwa kesabaran sebagai kunci menghadapi cobaan dan tantangan hidup.
Surat Ibrahim (14: 37) menggambarkan kesabaran Nabi Ibrahim dalam menghadapi keputusan berat ini memberi pelajaran penting kepada pemimpin bahwa kesabaran adalah bagian integral dari proses pengambilan keputusan yang baik. Seorang pemimpin harus dapat bertahan dalam menghadapi tantangan dan selalu mempercayakan hasil akhir kepada Allah.
Pun ketika beribadah haji, perjalanan panjang menuju kota Mekkah dan Madinah. serta rangkaian ibadah seperti sa’i (berlari-lari kecil antara Safa dan Marwah), juga mengajarkan tentang pentingnya kesabaran. Walaupun penuh tantangan dan menguras fisik dan mental, namun berkat kesabaran dan tawakkal, jamaah haji insha allah dapat menyelesaikan ibadah dengan baik. Sama halnya dengan pemimpin, harus memiliki kesabaran menghadapi cobaan dan tantangan besar serta pantang menyerah.
* Indikator Tawakal dan Kepatuhan kepada Allah
Salah satu karakteristik penting lainnya dari seorang pemimpin adalah keteguhan dan kepatuhan terhadap prinsip yang diyakininya, terutama dalam hal ketundukan kepada Tuhan.
Nabi Ibrahim selalu menyerahkan segala urusan kepada Allah, meskipun dalam situasi yang paling menantang sekalipun. Keputusan untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar, dan putranya, Ismail, di lembah yang tandus dengan penuh tawakal, adalah contoh nyata dari sikap percaya penuh kepada takdir dan janji Allah.
Dalam perjalanan haji, setiap langkah para jamaah sebagai bentuk nyata dari tawakal dan kepatuhan kepada Allah.
Ritual-ritual seperti thawaf (berkeliling Ka'bah), Sai, wukuf di Arafah, dan lempar jumrah mengajarkan bahwa kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang bertumpu pada ketundukan kepada Allah dan menyerahkan semua kepada-Nya.
Pemimpin yang baik tidak hanya mengandalkan kemampuan sendiri, tetapi senantiasa berdoa dan bertawakal kepada Allah, mengakui semua yang didapat adalah takdir-Nya.
* Indikator Menegakkan Keadilan dan Kebenaran
Nabi Ibrahim juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat teguh dalam menjaga prinsip kebenaran. Salah satu esensi penting ketika beliau berani menentang penguasa zalim, yaitu Raja Namrud, yang menyembah berhala. Keberanian Nabi Ibrahim untuk berdiri teguh pada prinsip kebenaran dan menentang kekuasaan yang salah menunjukkan kualitas kepemimpinan.
Ritual lempar jumrah dalam ibadah haji, yaitu melempar batu ke tiga tiang sebagai simbol penolakan terhadap godaan setan, merupakan refleksi perjuangan menentang kezaliman dan kemungkaran. Pemimpin sejati adalah mereka yang tidak takut untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, meskipun harus menghadapi tantangan besar dan bahaya.
Simpulan
Ibadah haji sebagai perjalanan fisik dan spiritual mengajarkan berbagai nilai kepemimpinan. Pemmipin yang hebat dapat belajar mengenai pengorbanan, kesabaran, tawakal, dan keberanian dalam menegakkan kebenaran melalui keteladanan Nabi Ibrahim melalui setiap ritual dalam haji. Ibadah haji, yang berakar pada teladan Nabi Ibrahim, menjadi sarana penting dalam membentuk karakter pemimpin yang tidak hanya cakap dalam urusan duniawi, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual yang menginspirasi dan membawa kebaikan bagi umat. (*)