Pileg 2024

Bupati Banyuasin Askolani tak Mau Nyaleg, Eks Kuli Bangunan dan Kernet Angkot Ini Ungkap Alasannya

Editor: Sudarwan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Banyuasin Askolani sopiri speedboat bawa rombongan ke Muara Telang lokasi bencana angin ribut, Kamis (2/9/2021)

SRIPOKU.COM, BANYUASIN - Bupati Banyuasin H Askolani Jasi tidak mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif atau Caleg DPR RI setelah masa jabatannya habis.

Meski memiliki peluang untuk mencalonkan diri di sela menunggu kembalinya dilaksanakan Pilkada Banyuasin, namun hal itu tidak dilakukannya karena bisa mengganggu fokus dari target partai.

"Tidaklah kalau untuk nyaleg, karena saya ketua DPC PDI Perjuangan, jadi saya ingin lebih fokus ke partai dahulu agar caleg-caleg dari PDI Perjuangan di Banyuasin bisa menang," ungkap Askolani, Selasa (2/8/2023).

Baca juga: Ganjar Pranowo Datang ke Rumah Dinas Bupati Askolani, Warga Banyuasin Heboh

Satu bulan setengah lagi, Askolani Jasi akan mengakhiri masa jabatannya.

Kendati demikian Askolani tetap terus berupaya untuk fokus bekerja hingga masa jabatannya berakhir.

Dikatakan Askolani, selain ingin fokus mengurus partai di sela selama menunggu Pilkada 2024 mendatang, ia juga akan lebih banyak untuk berkumpul bersama anak-anaknya.

Ia sangat menyadari, selama dirinya menjadi seorang bupati sangat jarang sekali berkumpul dengan anak-anaknya.

Baca juga: Bupati Banyuasin Ungkap Ada 3 Permasalahan Tegal Binangun, Askolani: Palembang Jangan Buat Kebijakan

Selama ini Askolani lebih memilih untuk fokus bekerja dan turun ke lapangan sehingga waktu untuk anak-anaknya lebih banyak terabaikan.

Momen seperti inilah yang bisa dimanfaatkan untuk fokus memenangkan caleg-caleg dari PDI Perjuangan di Banyuasin dan berkumpul dengan anak-anak.

Karena nantinya setelah mulai masuk masa Pilkada maka kembali akan sibuk.

"Jadi intinya, memanfaatkan momen yang ada dulu untuk fokus ke partai karena saya ketua DPC dan juga kumpul sama anak-anak. Setidaknya, setahun di masa sela lebih banyak waktu untuk sama anak-anak," ujarnya.

Bupati Banyuasin H Askolani Jasi dan Wabup H Slamet Somosentono ketika mengecek jembatan di Kecamatan Makarti Jaya yang roboh setelah ditabrak tongkang, Jumat (26/5/2023). (SRIPOKU.COM/Ts ardi)

Profil Askolani

Kesuksesan memang perlu perjuangan dan harus selalu berbuat baik kepada orang.

Hal inilah yang langsung dirasakan Bupati Banyuasin H Askolani Jasi dalam perjalanan hidupnya. 

Cerita perjalanan hidup bapak infrastruktur Banyuasin ini kepada Kepala News Room Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel Hj L Weny Ramdiastuti beberapa waktu lalu.

Anak kedua dari tujuh bersaudara ini menceritakan bagaimana perjuangan hidupnya hingga menjadi Bupati Banyuasin saat ini.

Pria yang dilahirkan di Desa Teluk Kijing Kabupaten Banyuasin ini, terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. 

Kedua orangtuanya merupakan petani.

Karena memiliki banyak saudara, Askolani kecil sempat dititipkan orangtuanya ke nenek dan kakeknya di Tanjung Agung Barat yang merupakan wilayah perbatasan antara Banyuasin dan Muba. 

Bupati Banyuasin, H. Askolani Jasi ketika mengecek ASN di lingkungan Pemkab Banyuasin di hari pertama kerja usai lebaran, Rabu (26/4/2023). (Tribun Sumsel/Ardi Diansyah)

"Saat SD, saya tinggal bersama nenek dan kakek. Sekolah di SD Gardu Harapan. Jarak dari sekolah dan rumah sejauh 5 km, dan itu harus ditempuh dengan naik perahu, jalan kaki selama 2 jam. Pergi dan pulang rute sama. Jadi pukul 5.00, sudah berangkat sekolah agar tidak terlambat," ceritanya.

Ketika sekolah, ia sama sekali tidak diberikan uang jajan. Sehingga ia memilih untuk membawa bekal makanan bernama Lempeng atau kue yang terbuat dari pisang dicampur ketan dengan dibungkus daun pisang. 

Tinggal sama nenek dan kakek, Askolani kecil mendapat kasih sayang yang berlebih dari sang nenek dan kakek.

Meski disayang, Askolani kecil sudah diajarkan untuk hidup disiplin terutama masalah agama.

Selalu ingat dengan Allah, itu yang sangat ditekankan nenek dan kakeknya saat itu.

Gubernur Sumsel H Herman Deru merangkul Bupati Banyuasin H Askolani SH MH seraya melambaikan tangan menyapa masyarakat di Dusun 3 di Desa Perajin Banyuasin I Kabupaten Banyuasin, saat kegiatan peletakan batu pertama peningkatan pembangunan Mushola menjadi Masjid Al Amin, Jumat (22/7/2022) kemarin. (SRIPOKU.COM/Ts Linda Trisnawati)

"Pelajaran itu, sangat membekas. Sampai sekarang, saya tidak pernah lupa. Semuanya hanya datang dari Allah," katanya. 

Usai menamatkan sekolah dasarnya, Askolani yang mulai beranjak remaja melanjutkan ke SMP Betung.

Setahun, Askolani remaja sempat tinggal sama bibi dan paman.

Tetapi setelah setahun, ia memilih mengontrak sendiri agar jarak antara sekolah yang ditempuh tidak begitu jauh. 

Selama mengontrak, Askolani remaja berusaha sendiri untuk bertahan hidup.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sebelum sekolah bekerja sekolah, di pagi hari ia mengambil upah untuk merumput di lahan PTPN 7 selama setahun lebih.

Bupati Banyuasin H Askolani Jasi bersama Wakilnya H Slamet Somosentono dipuji Gubernur Sumsel H Herman Deru yang hadir dalam acara peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyuasin ke 21 di ruang rapat paripurna DPRD Banyuasin, Senin (10/4/2023). (SRIPOKU.COM / Ardi)

Tak sampai di situ saja, Askolani juga pernah sampai jadi tukang menghidupkan mesin genset, hanya untuk mendapat sayuran, tempe dan tahu sebagai lauk. 

"Pernah dua hari kelaparan, karena kiriman beras dari orangtua terlambat. Tetapi, itu bukanlah halangan dan saya tetap berupaya bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya sendiri. Kesulitan itu, saya rasakan sampai kuliah," ceritanya.

Menamatkan sekolah di bangku SMP, Askolani yang sudah beranjak remaja kembali melanjutkan ke jenjang SMA.

Ia lagi-lagi memilih untuk mengontrak.

Hal serupa juga tetap dilakukannya untuk bertahan hidup karena jauh dari orangtua, Askolani remaja lagi-lagi, bekerja agar bisa mendapatkan uang.

Ia sampai membantu untuk mengangkat dan mencuci piring, agar bisa mendapatkan uang dan diberi makan.

Upayanya menamatkan SMA, membuahkan hasil.

Selesai SMA, Askolani remaja selama dua tahun harus bekerja serabutan.

Ia juga sempat mengikuti tes Akabri sebanyak delapan kali, akan tetapi selalu gagal.

Mengikuti tes Akademi Angkatan Laut, ia malah dikembalikan dengan alasan faktor kesehatan. 

"Saat itu, usaha yang dilakukan gagal dan sedih dan sangat membekas sampai sekarang. Sehingga, akhirnya, sempat ingin menjadi seorang TKI. Tetapi tidak diizinkan orangtua karena jauh. Di paksa orangtua untuk kuliah dan saya menuruti kehendak orangtua," katanya. 

Jelang 5 tahun kepemimpinan Askolani dan Slamet, Bumi Sedulang Setudung terus Bangkit dengan memberikan keadilan dan semakin membuat masyarakat sejahtera, sesuai dengan tagline Bupati Askolani dan Wabup Slamet, "Banyuasin Bangkit Adil dan Sejahtera". (Dok. Pemkab Banyuasin)

Apa yang diminta kedua orangtuanya, dituruti sang bupati.

Ia memilih untuk kuliah di IBA Palembang.

Hal ini, agar ia bisa tetap bekerja sambil kuliah.

Ia memilih untuk kuliah sore hari, karena pagi sampai sore ia memilih untuk bekerja sebagai kuli bangunan. 

Askolani muda yang pantang menyerah, terus berpikir untuk tidak membebani kedua orangtuanya.

Siang sampai sore ia kuliah, malam harinya ia juga memutuskan untuk menjadi kernet angkot Km 5 dari malam sampai pagi hari. 

Ia berpikir, dengan kondisinya saat itu uang yang dihasilkan terbagi untuk membayar kuliah dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sehingga, ia berusaha untuk belajar lebih keras dan akhirnya bisa mendapatkan beasiswa.

Jelang 5 tahun kepemimpinan Askolani dan Slamet, Bumi Sedulang Setudung terus Bangkit dengan memberikan keadilan dan semakin membuat masyarakat sejahtera, sesuai dengan tagline Bupati Askolani dan Wabup Slamet, "Banyuasin Bangkit Adil dan Sejahtera". (Dok. Pemkab Banyuasin)

Saat kuliah, ternyata Askolani muda juga aktif di organisasi kampus serta pernah menjadi ketua senat kampus. 

Saat kuliah, ternyata Askolani juga pernah menjadi sales barang rumah tangga dan elektronik selama 3 tahun.

Kegigihannya untuk sukses dan membahagiakan orangtua, membuahkan hasil. Sampai, Askolani muda menyelesaikan kuliahnya. 

"Yakin, ada pertolongan Allah. Jadi, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Tetapi, semuanya Allah yang menentukan. Tetapi, kita harus yakin Allah akan memberikan jalan terbaik," ungkapnya. 

Berhasil menamatkan kuliahnya, Askolani muda yang sudah memiliki gelar sarjana hukum terjun sebagai pengacara. Akan tetapi, saat itu ia berpikir untuk menjadi pengacara sukses perlu membutuhkan waktu yang sangat panjang. 

Terlebih, saat itu ia sudah menikah dengan istirnya. Askolani berpikir, untuk banting stir menjadi kontraktor.

Belajar sebagai seorang kontraktor dan beberapa tahun terus ditekuninya, Askolani akhirnya mulai merasakan hasil kerja kerasnya selama ini.

Di tahun 2003, dipercaya menjadi ketua Kadin Banyuasin dan udah bisa mengubah perekonomian keluarga. 

"Sebelum saya jadi kontraktor, saat itu istri saya sudah menjadi  
anggota dewan. Di sini saya berpikir, tidak mau menjadi beban istri. Malu rasanya, kalau istri bisa lebih dari saya. Makanya, saya memilih untuk menjadi kontraktor," katanya. 

Seiring berjalannya waktu, Askolani yang sudah merasakan kerja kerasnya selama ini, bisa menaikan haji kedua orangtua dan juga mertuanya.

Namun, Askolani terus berupaya untuk menjadi orang yang bisa bermanfaat tidak hanya orangtua akan tetapi untuk orang banyak. 

Tahun 2005, ia mulai terjun ke dunia politik. Sampai akhirnya di tahun 2009, ia mencalonkan diri jadi anggota dewan terpilih sampai diamanatkan menjadi pimpinan dewan.

Jiwanya yang ingin bermanfaat untuk orang banyak, ia memutuskan di tahun 2013, calon diri sebagai bupati Banyuasin, akan tetapi gagal. 

"Kembali calon dewan dan terpilih. Di tahun 2018, saya kembali mencalonkan diri menjadi bupati dan dipilih rakyat sampai sekarang," ungkapnya. 

Hal yang Paling Terberat dalam Hidup

Menurut Askolani, perjalanan hidupnya yang selalu mengalami kesulitan dianggapnya belum seberapa ketimbang ditinggal istri, ketika sudah menjadi bupati. 

Itu, menjadi hal yang paling berat dalam perjalanan hidup seorang Askolani.

Di tengah kesuksesan menjadi seorang bupati, tetapi harus ditinggal sang istri untuk selamanya dan mengurus lima anaknya yang masih kecil-kecil. 

"Saya berpikir inilah skenario Allah. Apa yang diluar nalar, tetapi diberikan Allah jalan. Cobaan itu, pasti diberikan Allah. Saya ditinggal istri dan harus menjaga lima anak yang masih kecil. Kembali lagi, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Harus yakin, kekuasaan Allah itu 100 persen, manusia hanya berusaha dan berdoa. Kunci hidup ini, ikhlas, bersyukur dan sabar. Kesedihan tidak perlu ditampilkan ke orang, jangan sampai menyakiti orang lain," katanya. 

Dikatakan Askolani, orang sukses itu pasti orang baik.

Kalau pun sukses, tetapi jahat, tidak akan lama merasakan sukses sehingga ia berprinsip untuk selalu berbuat baik dengan siapa pun.

Meski pun, terkadang harus merasakan disakiti orang.

Namun, ia enggan membalasnya melainkan berusaha untuk merangkul orang tersebut. 

"Saya juga bersama Pak De Slamet, dalam konsep memimpin Banyuasin, kekuasaan itu tidak dibagi. Melainkan harus bersama-sama menjalankannya. Ibarakan ikan, jangan dipotong jadi dua. Tetapi, sama-sama di makan. Jadi, saya dan Pak De Slamet sama-sama komitmen, karena urusan rezeki dan kekuasaan, Allah sudah yang menentukan. Sampai sekarang, saya dan Pak De Slamet tetap kompak membangun Banyuasin," tuturnya.  (TS/ M Ardiansyah) 

 

Berita Terkini