Laporan wartawan Sripoku.com, Jati Purwanti
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Serangan virus Jembrana kini ditemukan di Palembang. Akibatnya, sebanyak 22 sapi milik peternak di kota ini mati karena terinfeksi.
Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, drh Jafrizal, mengatakan, kasus virus jembrana ini berawal dari laporan peternak sapi di daerah Jalan Ponorogo, Sukajaya, Kecamatan Sukarami pertengahan Februari lalu.
"Saat itu kita menerima laporan jika ada 22 sapi milik peternak yang mati mendadak," katanya, Jumat (26/3/2021).
• KRONOLOGI 4 Polisi Nekat Gerebek Kolonel TNI, Akhirnya Terima Nasib, Pihak Hotel Siap Beri Kesaksian
Merespon temuan tersebut, pihaknya pun melakukan upaya pencegahan agar virus ini tidak menyebar lebih luas.
Sebagai upaya pencegahan, tim telah melakukan penyeprotan disinfektan ke kandang milik 117 peternak sapi di Palembang secara bertahap, serta membagikan vitamin hewan.
"Tim juga sudah turun untuk memastikan kondisi kebersihan kandang peternak sesuai dengan ketentuan," terang Jafrizal.
Bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Sumsel, juga dilakukan upaya pengambilan sampel untuk kemudian dilakukan penelitian lebih lanjut.
• SMAN Sumsel Berganti Nama, DPRD Tidak Dilibatkan, Komisi V Akan Panggil Kadisdik
Jafrizal menyebutkan, setelah dilakukan pemeriksaan awal, sapi tersebut awalnya mengalami masalah kurang nafsu makan dan mengeluarkan keringat darah.
"Sampelnya kita periksakan ke Balai Veteriner Lampung. Hasilnya sapi-sapi itu mati akibat penyakit dari virus jembrana," ujarnya.
Jafrizal pun menyarankan peternak di Palembang agar mengubur sapi yang yang mati untuk segera dikubur dan dagingnya tidak dikonsumsi.
Meskipun pada dasarnya virus tersebut bukan kategori zoonosis.
"Sebenarnya dagingnya tetap boleh dikonsumsi dengan pengolahan yang benar, kecuali bagian organ tubuh dari hewan yang telah rusak.
Sebab virus ini sifatnya tidak dapat menular dari hewan ke manusia" jelas dia.
• Sopir Angkot Ini Ketakutan Saat Ada yang Mengancamnya di Depan Pos Polisi 16 Ilir, Sempat Adu Mulut
Jafrizal menambahkan, sejak Januari 2021 lalu peternak telah diimbau agar tidak membeli sapi dari Bengkulu maupun Jambi terlebih dahulu sebab di dua daerah tersebuttelah ditemukan kasus penyakit jembrana.
"Tapi, yang mungkin alasan petimbangan harga ternak yang lebih murah membuat pembelian tetap dilakukan," ujar dia.