"Berikutnya, kalau ada istilah kudeta itu ya kudeta itu dari dalam, masa kudeta dari luar," kata Moeldoko.
Moeldoko juga melalui media massa sempat menyampaikan pesan agar Partai Demokrat tidak membawa nama Istana ke dalam isu kudeta ini.
Keterlibatannya dalam isu kudeta itu, merupakan urusan pribadinya.
"Dalam hal ini saya mengingatkan sekali lagi, jangan dikit-dikit Istana," kata Moeldoko.
"Jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini, karena beliau tidak tahu sama sekali, nggak tahu apa-apa dalam hal ini."
"Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini, bukan selaku KSP. Murni Moeldoko," katanya.
Dalam kesempatan lain, Moeldoko berandai-andai, seandainya punya pasukan bersenjata, ia tetap tak bisa mengudeta kepemimpinan AHY.
Pergantian kepemimpinan partai, tak bisa dilakukan sembarangan dan harus mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah (AD/ART).
"Anggaplah (saya) Panglima TNI yang pengin bisa jadi Ketua Umum Demokrat, emangnya gue bisa gitu todong-todong senjata untuk para DPC, DPD, ayo datang ke sini, gue todongin senjata. Semua kan ada aturan AD/ART," katanya.
Moeldoko menegaskan, ia tak punya kuasa untuk mengudeta kepemimpinan Partai Demokrat.
Ia bahkan mengultimatum pihak yang terlibat dalam tudingan ini untuk berhati-hati dan tidak melakukan fitnah.
"Jadi saya ingatkan, hati-hati, jangan memfitnah orang. Hati-hati saya ingatkan itu," kata Moeldoko.****
Sumber: Tribunnews.com, "kini-jadi-ketum-demokrat-versi-klb-simak-pernyataan-moeldoko-yang-sempat-bantah-terlibat-isu-kudeta"
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sriwijayapost di bawah ini: