Alasan Bisa Menjadi Pemicu Mutasi Baru
Sebab, setelah vaksinasi pertama, jumlah antibodi yang menetralkan virus masih rendah, dan ini bisa memicu infeksi tanpa gejala atau asimptomatik.
Sebab, dalam kasus semacam itu, ada kemungkinan munculnya varian Covid-19 yang mengalami mutasi yang lebih resisten terhadap antibodi yang baru terbentuk.
Bahkan sebesar apa risikonya, sangat sulit diprediksi, tetapi kemungkinannya relatif tinggi.
"Terutama jika pada kasus tingginya infeksi pada masyarakat, seperti yang terjadi di Inggris saat ini," kata pakar vaksin Kramer lebih lanjut.
Bisa Memicu Masalah Global
Maka itu, apa yang akan terjadi bisa picu masalah global baru "Varian virus baru ini akan jadi masalah global. Juga akan jadi masalah pada banyak kandidat vaksin yang saat ini sedang diteliti," demikian peringatan Krammer.
Peneliti vaksin dari New York itu menekankan, langkah berisiko tinggi semacam itu seharusnya tidak dilakukan.
Pakar Jerman Angkat Bicara
Dukungan untuk peringatan risiko mutasi virus semacam itu dilontarkan Hartmut Hengel, pakar virologi di rumah sakit Universitas Freiburg, Jerman.
"Kita baru saja mengenal laju kecepatan mutasi virusnya. Jadi tenggat waktu antara pemberian dosis vaksin virus corona pertama dan dosis kedua, harus diikuti dengan tegas," ujar Hengel.
Sementara itu, komite tetap vaksinasi Jerman (STIKO) menentang praktek penundaan pemberian dosis kedua vaksin virus corona seperti yang dilakukan pemerintah Inggris.
"Dosis kedua vaksin hendaknya diberikan dalam tenggat waktu yang sudah disepakati dalam pertimbangan pemberian izin, saat ini 42 hari," kata komisi vaksinasi itu dalam saran vaksinasi paling anyar.
Lembaga pengawas obat-obatan Eropa (EMA) dan Lembaga pengawas makanan dan obat-obatan AS (FDA) juga merekomendasikan pemberian dua dosis vaksin virus corona sesuai regulasi yang disepakati saat memberikan izinnya.
WHO Ungkap Tak Masalah
Sementara itu, Disebutkan, penundaan beberapa minggu pemberian dosis kedua vaksin, tidak sesuai dengan riset klinis maupun pertimbangan pemberian izin.
Namun ketua grup pakar imunisasi WHO (SAGE), Alejandro Cravioto awal Januari lalu mengatakan kepada para wartawan, dalam kasus tertentu, pemberian dosis kedua vaksin BioNTech/Pfizer bisa ditunda selama beberapa minggu.