SRIPOKU.COM - Tak sedikit di antara kita yang mempercayai mitos yang menyebut jika telinga berdengung berarti seseorang sedang membicarakan kita.
Padahal telinga berdengung bukan disebabkan oleh mitos di atas.
Secara ilmiah ada beberapa alasan yang menjadi penyebab telinga seseorang berdengung.
Hampir setiap orang pernah mengalami telinga berdengung atau secara medis disebut dengan tinnitus.
Kondisi ini terkadang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Telinga berdengung dapat terasa mengganggu, mulai dari membuat waktu istirahat jadi tak nyaman, hingga menimbulkan kegelisahan.
Bunyi dengungan ini sendiri bisa terdengar dalam waktu singkat maupun terus-menerus, dengan volume yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh penyebabnya.
Ternyata suara mendengung pada telinga ini bisa terjadi pada siapa saja.
Jika kamu sudah mengalami tinnitus alias suara mendengung di telinga lebih dari 2 minggu, sebaiknya segera periksa ke dokter, hal ini dapat berbahaya bagi diri sendiri bahkan jangan sampai dianggap remeh.
Lantas, sebenarnya apa penyebab terjadinya dengung pada telinga yang sering dialami?
Berikut 5 hal yang ingin disampaikan oleh telinga kamu seperti dilansir Grid.ID dari Reader's Diges.
1. Matikan Suara Bising di Sekitar
Suara keras merupakan salah satu faktor penyebab paling banyak orang mengalami tinnitus.
Biasanya, orang yang bekerja dengan peralatan bising seperti gergaji mesin, atau yang biasa memainkan musik terlampau keras memiliki risiko terkena dampak ini.
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan penyumbat telinga atau memasang musik dalam volume rendah untuk menghentikan suara berdenging.
• Jangan Dicabut, Begini Cara Atasi Uban di Kepala Cuma Pakai Bawang Merah, tak Butuh Waktu Lama
2. Saatnya Membersihkan Telinga
Penumpukan kotoran telinga juga bisa jadi faktor penyebab telinga berdengung.
Kotoran tersebut akan menghambat fungsi pendengaran kamu dan menimbulkan bunyi yang sebenarnya tidak pernah ada.
3. Segera Periksa Ke Dokter
Suara berdenging juga bisa ditimbulkan dari gangguan dimana tulang rahang terhubung ke tengkorak, bukannya telinga.
Dokter gigi dapat membantu masalah ini.
4. Turunkan Dosis Obat
Banyak sekali jenis obat yang menjadi penyebab tinnitus, terutama pada dosis yang lebih tinggi.
Termasuk jenis antibiotik tertentu, antidepresan atau aspirin.
5. Hindari Stres dengan Rileksasi
Telinga berdenging dapat datang karena stres.
Secara teknis, stres bukanlah penyebab utamanya, namun ia dapat memperparah bunyinya semakin kencang.
Sudah tahu kan apa yang terjadi saat telinga berdengung?
Mulai sekarang jangan lagi diabaikan, ya!
• Tips Mengubah Sikap Pesimis Menjadi Optimis, Begini Caranya
WASPADAI, Telinga Berdenging Jadi Gejala Awal 10 Penyakit Berbahaya Ini, Penyakit Mematikan
Tak hanya kanker nasofaring, telinga berdenging atau tinitus juga menjadi gejala awal 10 penyakit berbahaya berikut ini.
1. Tumor otak
Neuroma akustik adalah tumor otak jinak yang menyerang saraf yang memengaruhi pendengaran dan keseimbangan.
"Tinitus sering jadi gejala awal dari neuroma akustik," kata Judy Vitucci, dari Acoustic Neuroma Association (ANA).
Pada 2012, ANA mendapati 74 persen pasien yang disurvei mengalami tinitus. Neuroma akustik berkembang dengan lambat.
Namun, bila tidak ditangani, ia akan terus memengaruhi fungsi saraf dan menyebabkan kematian.
Bila kita mengalami tinitus, waspadalah terhadap indikasi tumor kecil. Konsultasikan ke dokter THT untuk pemeriksaan mendalam.
2. Insomnia
Penelitian menunjukkan, semakin parah insomnia yang diderita seseorang, makin berat juga tinitus yang diderita.
Memulihkan insomnia menjadi solusi untuk mengurangi suara-suara tersebut.
3. Cedera kepala atau leher
Seseorang yang terluka di kepala atau leher dapat mendengar suara berdering setelahnya.
"Tinitus adalah gejala yang paling sering terjadi karena trauma kepala atau leher," tulis para peneliti dalam jurnal The Laryngoscope.
4. Multiple sclerosis
Multiple sclerosis adalah kondisi di mana mielin, selubung pelindung serat saraf otak dan sumsum tulang belakang, rusak.
Ketiadaan mielin menyulitkan penyampaian pesan dari saraf ke seluruh tubuh. Kondisi ini juga terkadang menyebabkan tinitus.
• Inilah 10 Manfaat Bengkuang untuk Kesehatan (1): Mencegah Penyakit hingga Mencegah Dehidrasi
5. Vertigo dan meniere
Tinitus adalah gejala umum dari penyakit meniere, bagian telinga dalam yang menyebabkan sejumlah serangan vertigo, tuli sementara, dan tekanan pada telinga.
Episode ini bisa datang berjam-jam, bahkan menyebabkan tuli permanen. Biasanya, penyakit meniere hanya diderita sebelah telinga.
6. Displasia fibromuskular
Displasia fibromuskular (FMD) adalah kondisi vaskuler yang menyebabkan satu atau lebih pembuluh tumbuh tidak normal.
FMD membuat pembuluh bisa membesar atau mengecil. Implikasinya adalah tekanan darah menjadi tinggi, gagal ginjal, atau stroke.
Jika FMD terjadi pada arteri vertebral atau karotid, biasanya akan dialami telinga berdenging.
7. Diabetes
Suara dengingan di telinga juga terkait dengan peningkatan kadar gula darah pada penyandang diabetes.
8. Gangguan pendengaran karena suara bising
Sering terpapar suara yang keras seperti sirene, musik, atau petasan dapat menyebabkan tuli permanen atau tinitus pada sebelah atau kedua telinga.
"Kehilangan pendengaran karena suara atau noise-induced hearing loss (NIHL) dapat disebabkan karena trauma akustik satu kali akibat ledakan tiba-tiba, suara tembakan, atau petasan.
Bagaimanapun, NIHL dapat semakin parah bila mendengar suara keras terus-menerus," catat British Medical Journal.
9. Gangguan sendi rahang
Gangguan sendi rahang atau temporomandibular disorder (TMD) merujuk pada rasa sakit atau disfungsi pada sendi rahang dan jaringan di sekitarnya.
Gejalanya adalah sulit menggerakkan rahang, sulit berbicara, makan, membuat ekspresi wajah, bahkan bernapas.
Gangguan ini juga akan membuat penderitanya dua kali lebih berisiko gangguan saraf, termasuk tinitus.
10. Penyakit lyme
Penyakit lyme disebabkan oleh infeksi gigitan kutu, dan membuat rasa tidak nyaman pada telinga.
"Meskipun jarang, penderita penyakit lyme dapat mengalami tinitus, termasuk kehilangan pendengaran atau masalah pada vestibular," menurut Benjamin Asher, MD, anggota Yayasan Internasional Penyakit Lyme dan Sejenisnya.