FENOMENA Awan Bentuknya Seperti Orang Berdoa, Mirip Juga Ibarat Ibu yang Ingin Memeluk Anaknya

Penulis: Tria Agustina
Editor: Welly Hadinata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fenomena awan langka menyerupai manusia tengah memanjatkan doa

Sebelumnya sebuah fenomena langka juga pernah terjadi di langit Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Rabu 8 Januari 2020.

Sekumpulan awan berbentuk gelombang menyerupai gelombang tsunami ini dilihat oleh warga di sebuah tanah lapang yang ada di daerah itu.

Foto-foto awan berbentuk tsunami ini diunggah oleh pengguna Facebook bernama Putra Siswanto.

Dalam unggahannya, dia menyebutkan, awan berbentuk tsunami di langit Kabupaten Kepulauan Selayar.

"Awan sunami. Kab.kep Selayar," tulis putra.

• Fenomena Gerhana Matahari Cincin Cuma Ada di 25 Daerah, Sumsel Diprediksi tak Dilewati Karena Ini

Terlihat dalam foto, beberapa anggota TNI sedang menyaksikan awan itu saat mengikuti gelar apel siaga bencana alam.

Kemunculan awan, bertepatan saat digelarnya apel kesiapsiagaan bencana alam oleh TNI-Polri dan Pemda di Lapangan Pemuda Benteng, Kabupaten Selayar, sekitar pukul 07.00 Wita.

Sebelumnya, fenomena awan berbentuk gelombang tsunami ini juga pernah terjadi di wilayah Makassar pada Janurai 2019 silam.

Menurut prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar, Nur Asia Utami, yang dikonfirmasi pada Rabu (2/1/2019) pagi, peristiwa munculnya awan gelombang tsunami itu dikenal sebagal cell awan kumulonimbus yang cukup besar.

Berbahaya

Biasanya, awan kumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir, dan angin kencang.

“Peristiwa tersebut dikenal sebagai cell awan kumulonimbus yang cukup besar, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat atau petir dan angin kencang. Periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya, bisa 1-2 jam,” katanya.

Nur Asia Utami menuturkan, awan kumulonimbus ini berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, khususnya pesisir barat dan selatan.

“Awan kumulonimbus bisa terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Bahkan, di Kota Makassar awan ini bisa tumbuh kembali,” tuturnya.

Nur Asia Utami menambahkan, awan kumulonimbus ini sangat berbahaya. Bahkan, membahayakan bagi lalu lintas penerbangan.

Halaman
12

Berita Terkini