Laporan wartawan Sripoku.com, Rahmaliyah
LRT Sumsel Tiap Bulan Bayar Tagihan Listrik Rp 7,5 Miliar, Operator PT KAI 'Menjerit' Minta Turun
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Besarnya biaya pemakaian listrik pada operasional Kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Sumsel menjadi persoalan tersendiri.
Betapa tidak beban operasional untuk pembayaran tarif listrik yakni mencapai 68 persen dan sisanya baru untuk operasional lainnya.
Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan, Rosita menyebutkan, tarif listrik yang dikenakan untuk operasional LRT Sumsel berbeda dengan tarif traksi untuk PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dimana nominal yang dibayarkan untuk tarif listrik lebih murah jika dibandingkan dengan LRT Sumsel.
"Bisa dibayangkan saat ini LRT Sumsel selama ini harus bayar tagihan listrik mencapai Rp7,5 milyar perbulan. Apabila dikenakan tarif traksi listrik seperti di Jakarta kita hanya bayar setidaknya Rp 3 milyar. Inilah yang sedang kita upayakan, kenapa ada perbedaan tarif. Kita harap Mohon agar ini dapat digaungkan hingga ke pusat dalam hal ini Kementerian ESDM," jelasnya, usai kegiatan Lokakarya Peran LRT dalam Meningkatkan Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan di Beston Hotel, Selasa (8/10/2019).
• Pemutihan Pajak Kendaraan Aturan dari Gubernur, Kami Polisi Siap Melaksanakan
• Target Kita (Sriwijaya FC) Lolos 4 Besar, Blitar Bandung United Terdegradasi ke Liga 3
• Statistik Faulur Rosy di Liga 1 2019, Hobi Beri Penalti dan 61 Persen Tuan Rumah Menang
Dijelaskan Rosita, saat pembangunan LRT Sumsel banyak pihak yang turut mendukung suksesnya pembangunan.
Untuk PT Perusahan Listrik Negara (PLN) misalnya yang ikut berinvestasi dalam membangun beberapa gardu dengan nilai investasi berkisar Rp 200 Miliar, sehingga hal inilah yang menjadi indikator diterapkannya tarif premium.
"Kalau ada penurunan tentu akan berdampak baik, apalagi ini menjadi bagian dari proyek strategis nasional dan untuk masyarakat luas," ujarnya.
Apabila tarif diturunkan beban operasional akan jauh lebih efisien. Pihaknya juga tengah mencoba untuk mengkaji penggunaan solar Cell yang banyak disarankan.
"Untuk ini akan dikaji terlebih dahulu, kemungkinan bisa saja diterapkan tapi karena kaitannya dnegan sistem perlu ada pendalaman lebih lanjut," ujarnya.
Sementara itu, LRT Sumsel saat ini terus berbenah untuk memberikan layanan yang maksimal kepada penggunanya.
Diantaranya, dari sisi kecepatan rata-rata 20 km per jam kini naik menjadi 30 km per jam dengan waktu tempuh hanya 47 menit untuk sekali perjalanan dari Stasiun DJKA Jakabaring menuju Stasiun Bandara SMB II.
"Kendala saat ini adalah bagaimana mempersiapkan feeder atau pengumpan dari LRT ke moda transportasi lainnya. Tapi untuk jumlah penumpang mulai mengalami peningkatan yakni rata-rata 6.000 perhari dan saat weekend naik dua kali lipat," jelasnya.
• Berniat Menyegel, Driver GoCar Paksa Masuk Kantor Gojek Palembang
• Petani Karet Tewas Dibacok, Anaknya Nyaris Ditembak, Pelaku Sekumpulan Orang tak Dikenal
• Pererat Kemitraan, Jajaran Polres Musirawas Gelar Silaturahmi dengan Awak Media
Di lokasi sama, Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska), Hermanto Dwiatmoko didampingi Johny Arliansyah, Ketua DPD Maska Sumsel mengatakan pihaknya sengaja mengadakan Lokakarya sepenuhnya untuk mendukung keputusan pembangunan LRT.