Suami Bunuh Anak Istri di Berau

Jeritan Seorang Kakek di Tengah Tragedi Berdarah di Berau, 2 Cucu & Putrinya Tewas di Tangan Menantu

Di pelosok Kalimantan Timur yang bersahaja ini, irama kehidupan biasanya mengalir tenang, diiringi suara alam dan kesibukan warga yang sederhana.

Editor: Yandi Triansyah
@berauterkini
TANGKAP PELAKU - J seorang suami di Berau, Kalimantan Timur menghabisi istri dan dua anak balitanya, Minggu (10/8/2025). 

SRIPOKU.COM - Udara pagi di Kampung Punan Mahakam, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, semestinya membawa kedamaian.

Di pelosok Kalimantan Timur yang bersahaja ini, irama kehidupan biasanya mengalir tenang, diiringi suara alam dan kesibukan warga yang sederhana.

Namun, pada Minggu (10/8/2025) pagi, harmoni itu pecah berkeping-keping.

Bagi seorang kakek yang rumahnya hanya bersebelahan, suara itu bukan sekadar bunyi. Itu adalah firasat.

Hatinya seketika dicekam kegelisahan. Sumber suara itu datang dari rumah panggung milik putrinya sendiri, NV (32), tempat ia menitipkan harapan dan kasih sayangnya pada kedua cucu balitanya.

Dengan langkah yang dipacu kecemasan, ia bergegas menuju rumah itu. Pintu yang terbuka seolah mengundangnya masuk ke dalam sebuah adegan horor yang tak pernah terbayangkan.

Pemandangan di dalam rumah akan menghantuinya seumur hidup. Di dalam kamar, dua permata hatinya, cucu-cucunya yang mungil, NJ (5) dan NS (4), terbaring dalam diam yang mengerikan.

Tak jauh dari sana, di ambang pintu kamar mandi, putrinya NV yang tengah mengandung enam bulan, membawa generasi ketiga dalam rahimnya juga terkapar bersimbah darah.

Pekikan pilu dan kepanikan sang kakek memecah kesunyian pagi yang telah ternoda.

"Tolong! Tolong!" Teriakannya menggema, memanggil siapa pun yang bisa mendengar rintihan hatinya yang hancur.

Dalam sekejap, warga berhamburan datang. Wajah-wajah terkejut dan ngeri menyaksikan tragedi yang baru saja merenggut nyawa satu keluarga dan kedamaian kampung mereka.

Di tengah kekacauan itu, J (33), suami dari NV dan ayah dari anak-anak malang tersebut, hanya bisa diamankan warga.

Ia tidak dihakimi di tempat, melainkan dibawa ke rumah penduduk lain sebuah upaya putus asa untuk menyelamatkannya dari amukan massa yang bisa meledak kapan saja melihat perbuatannya yang begitu keji.

Harapan yang tersisa coba dirajut. Para korban yang masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan segera dilarikan ke Puskesmas Tepian Buah.

Namun, takdir berkata lain. Luka mereka terlalu parah untuk dilawan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved