Breaking News

Prada Lucky Tewas Dianiaya Senior

'Anak Saya Mati Sia-sia' Jerit Tangis Ibu Prada Lucky Antar Kepergian Anak, Teriak Minta Keadilan

Sepriana terus memeluk peti jenazah anaknya. Dengan suara bergetar dan air mata yang terus mengalir, Sepriana terus memohon. 

Editor: Fadhila Rahma
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
PELUK PETI - Sepriana Paulina Mirpey memeluk peti jenazah anak kandungnya, Prada Lucky, Sabtu (9/8/2025). Prada Lucky, anggota Yonif TP 834/WM di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, NTT, meninggal diduga akibat dianiaya seniornya. 

SRIPOKU.COM - Momen histeris saat penutupan peti jenazah Prada Lucky Namo (23), anggota TNI AD yang meninggal diduga akibat dianiaya seniornya, diwarnai tangisan pihak keluarga.

Prada Lucky Namo adalah prajurit Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Waka Nga Mere (Yonif TP 834/WM) di Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, NTT. 

Ia bertugas di sana selama sekitar dua bulan setelah menyelesaikan pendidikan Tamtama TNI AD. Lucky lolos menjadi anggota TNI setelah mengikuti seleksi sebanyak delapan kali. 

 
Prada Lucky meninggal dunia pada Rabu (6/8/2025) diduga akibat penganiayaan oleh seniornya.

Sepriana Paulina Mirpey, ibunda Prada Lucky, terus meratapi kepergian putra tercintanya untuk selama-lamanya.

Pun keluarga dan kerabat lainnya yang hadir di rumah dinas Asten Kuanino, Kota Kupang, tak kuasa menahan tangis saat jenazah Prada Lucky Namo disemayamkan sebelum dimakamkan, Sabtu (9/8/2025).

Sepriana terus memeluk peti jenazah anaknya. Dengan suara bergetar dan air mata yang terus mengalir, Sepriana terus memohon. 

Baca juga: FAKTA 4 Senior Aniaya Prada Lucky Dipenjara, Pukul dengan Tangan Kosong, 16 Anggota Masih Diperiksa

JELANG PEMAKAMAN - Tangkapan layar dari akun Pos Kupang, Sabtu (9/8/2025). Jelang pemakaman Prada Lucky C.S. Namo diiringi isak tangis keluarga.
JELANG PEMAKAMAN - Tangkapan layar dari akun Pos Kupang, Sabtu (9/8/2025). Jelang pemakaman Prada Lucky C.S. Namo diiringi isak tangis keluarga. (Tangkapan Layar Pos Kupang)

"Jangan bawa anak saya, bosong jangan bawa beta pung anak," ucap Sepriana.

 
"Lucky, mama hancur nak. Lucky, tolong mama, kasihan mama, nak," ucapnya lagi dengan nada lemas.

Sepriana Paulina Mirpey kecewa anaknya meninggal bukan karena peluru musuh, tetapi karena pukulan seniornya sendiri.

 “Kalau dia mati di medan perang, saya masih bisa terima. Tapi ini... mati sia-sia di tangan seniornya sendiri. Saya hancur,” kata Sepriana dengan suara parau.

Suasana duka kian terasa ketika ayah, saudara, dan kerabat turut menangis histeris di sekitar peti yang baru saja ditutup petugas. 

Prosesi dilanjutkan dengan upacara kedinasan militer yang dipimpin oleh Komandan Brigade Infanteri 21/Komodo.

Selesai upacara kedinasan, peti jenazah Prada Lucky yang dibungkus bendera merah putih dipikul beberapa anggota TNI diantar ke mobil ambulans.

Tampak, semua pelayat menggunakan kendaraan bermotor maupun mobil mengikuti upacara pemakaman lanjutan di TPU Kapadala untuk mengantarkan Prada Lucky ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sementara itu, pihak keluarga juga meluapkan kemarahan dan menuntut keadilan saat ibadah pemakaman Prada Lucky

Di hadapan ribuan pelayat di Rumah Dinas TNI AD, Otniel, perwakilan keluarga Prada Lucky, dengan suara bergetar namun tegas mendesak pimpinan TNI mengusut tuntas kasus ini.

Sebab, kematian Prada Lucky adalah sebuah pembantaian, bukan gugur di medan perang.

"Kita mau biarkan mereka, atau mempertahankan citra TNI. Bapa ibu, TNI adalah kebanggaan rakyat tetapi jika kita biarkan, maka ini akan mencoreng nama besar TNI," ucap Otniel. 

Menurut Otniel, keluarga tidak menyesali kematian Lucky, karena bagi keluarga hidup dan mati bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan.

Namun yang disesalkan adalah cara dari kematian Lucky. 

"Kalau anak kami gugur di medan juang, tentunya kami akan menangis kegirangan. Tapi anak kami meninggal dalam pembantaian," ujar Otniel. 

Dia menyebut, oknum yang diduga menganiaya Lucky, adalah para preman yang berseragam. Sehingga preman-preman itu tidak boleh dibiarkan. 

"Mari kita usut dan proses mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kami sangat dirugikan," tegasnya.

Duka yang Membuka Luka Lama

Prada Lucky, personel Yonif TP/834/Wakanga Mere, baru menjalani masa awal sebagai prajurit. Namun bukan medan tempur yang menewaskannya, melainkan penganiayaan sistemik dari dalam kesatuan sendiri.

Menurut laporan militer, aksi kekerasan itu dipicu oleh dugaan penyimpangan seksual, tuduhan yang hingga kini belum terbukti secara hukum.

Kendati begitu, sanksi fisik dilakukan tanpa pengadilan, tanpa perlindungan, dan tanpa keadilan. Prada Lucky dipukuli bertubi-tubi dengan tangan kosong dan selang air.

Terakhir, tubuhnya terkulai lemah di ranjang ICU RSUD Aeramo sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir, Rabu (6/8/2025) pukul 11.23 WITA.

Jeritan Seorang Ibu: "Kalau Tidak Proses, Bunuh Saya Sekalian"

Pernyataan Sepriana bukan sekadar ungkapan duka, tapi bentuk perlawanan terhadap sistem kekerasan yang kerap dianggap "tradisi". Dalam video yang viral, ia menangis sambil berkata:

“Saya mama kandung, saya melahirkan dia. Kalau kalian tidak proses semua pelaku, kalian bunuh saya ikut anak saya langsung!”

Baginya, tidak ada ruang untuk ampun atau pilih kasih. Semua yang terlibat harus diadili, tidak cukup hanya empat orang.

 “Kalian Hancurkan Saya Lebih dari Sekadar Membunuh”

Ada rasa perih yang tak bisa dijelaskan dengan kalimat. Dari komunikasi terakhir, Prada Lucky masih sempat menyapa sang ibu lewat pesan singkat:

“Mama, apa kabar? Saya kangen mama.”

Itu adalah pesan terakhir yang diterima Sepriana. Kini pesan itu jadi semacam pusaka terakhir, pengingat bahwa anaknya pernah hidup, pernah punya cinta, dan tidak layak mati seperti binatang yang dihajar ramai-ramai.

Apa yang Terjadi di Balik Barak?

Menurut laporan resmi ke Asintel Kasdam IX/Udayana, penganiayaan dilakukan oleh 20 prajurit senior. Mereka dibagi menjadi dua kelompok: satu menggunakan selang, yang lain menggunakan tangan kosong.

Beberapa nama berpangkat Letda, Sertu, Serda, dan Pratu. Meski sudah ada klarifikasi dari pihak militer bahwa pemeriksaan internal sedang berlangsung, Sepriana dan keluarga meminta pengusutan terbuka dan transparan.

Kasus Lama, Pola Berulang

Kematian Prada Lucky menambah daftar panjang kekerasan di tubuh militer.

Dalam dua dekade terakhir, berbagai kasus serupa pernah muncul—dari kekerasan fisik, perundungan, hingga penyiksaan.

Namun sebagian besar mengendap di balik dinding barak. Budaya “senioritas” yang kebablasan kerap menjadi alasan kekerasan dilegalkan secara informal.

“Saya Tidak Takut, Saya Ibu”

Meski hidup jauh dari pusat kekuasaan, Sepriana sadar bahwa keadilan tak datang dengan diam. Ia tahu, perjuangan ini mungkin tidak populer.

Tapi ia ingin anaknya tidak mati sia-sia. Ia ingin nama Lucky dikenang bukan sebagai korban, tetapi sebagai pemantik perubahan di tubuh militer.

“Saya tidak takut bicara. Saya ibu. Saya sudah kehilangan segalanya.”

Daftar Pelaku Penganiayaan

Terkait penganiayaan yang dialami oleh Prada Lucky, TNI telah membenarkan kabar tersebut.

"Bahwa memang benar telah terjadi pemukulan terhadap Prada Lucky Chepril Saputra Namo yang dilakukan oleh beberapa orang seniornya," demikian isi laporan intelijen yang ditujukan kepada Asintel Kasdam IX/Udayana, diperoleh Jumat (8/8/2025).

Laporan dimaksud merujuk pada hasil pemeriksaan Staf-1/Intel Yonif 834/WM terhadap personel yang terlibat dalam pemukulan Prada Lucky Namo.

Dalam kasus penganiayaan yang menimpa Prada Lucky, pelaku pemukulan dikelompokan menjadi dua.

Yakni pelaku pemukulan menggunakan selang dan pemukulan menggunakan tangan. 

Total pelaku sebanyak 20 orang. Berikut ini identitas para pelaku pemukulan: 

Pemukulan menggunakan selang

Letda Inf Thariq Singajuru
Sertu Rivaldo Kase
Sertu Andre Manoklory
Sertu Defintri Arjuna Putra Bessie
Serda Mario Gomang
Pratu Vian Ili
Pratu Rivaldi
Pratu Rofinus Sale
Pratu Piter
Pratu Jamal
Pratu Ariyanto
Pratu Emanuel
Pratu Abner Yetersen
Pratu Petrus Nong Brian Semi
Pratu Emanuel Nibrot Laubura
Pratu Firdaus

Pemukulan dengan tangan

Pratu Petris Nong Brian Semi
Pratu Ahmad Adha
Pratu Emiliano De Araojo
Pratu Aprianto Rede Raja

Penganiayaan dari para senior ini membuat kesehatan Prada Lucky menurun hingga ia harus dirawat di Ruang ICU RSUD Aeramo, Nagekeo, pada Senin (4/8/2025).

Pemicu dan Kronologi Penganiayaan

Berdasarkan laporan yang ditujukan kepada Asintel Kasdam IX/Udayana, pemukulan terjadi akibat dari adanya dugaan penyimpangan seksual yang dilakukan oleh Prada Lucky Chepril Saputra Namo dan Prada Ricard Junimton Bulan.

Staf-1/Intel Yonif 834/WM menyampaikan pada Minggu (27/7) pukul 21.45 Wita, dilaksanakan pemeriksaan oleh Staf-1/Intel terhadap personil yang mengalami penyimpangan seksual, Prada Lucky Chepril Saputra Namo.

Pada Senin (28/7/2025) sekira pukul 06.20 Wita, Prada Lucky Namo pernah kabur saat izin ke kamar mandi untuk buang air besar, hal itu diketahui oleh anggota Staf Intel an. 

Serda Lalu Parisi Ramdani mengecek kamar mandi, ternyata Prada Lucky Namo tidak ada. Serda Lalu Parisi Ramdani melaporkan kejadian tersebut ke Sertu Thomas Desambris Awi.

Selanjutnya pada pukul 09.25 Wita, Serda Lalu Parisi Ramdani melaporkan kejadian perihal kaburnya Prada Lucky Namo kepada Danki A, Lettu Inf Ahmad Faisal.

Kemudian Danki A memerintahkan para organik Kipan A melaksanakan pencarian di sekitar wilayah Pelabuhan, arah Kota dan beberapa tempat yang pernah didatangi oleh Prada Lucky Namo. 

Sekira pukul 10.45 Wita, Prada Lucky Namo ditemukan di rumah salah satu warga. Ibu Iren yang merupakan ibu asuhnya.

Setelah itu Prada Lucky Namo dibawa kembali ke Marshalling Area oleh Sertu Thomas Desambris Awi, Sertu Daniel, Serda Lalu Parisi S. Ramdani dan Pratu Fransisco Tagi Amir. 

Selanjutnya, sekira pukul 11.05 Wita, bertempat di kantor Staf-1/Intel dilaksanakan pemeriksaan terhadap Prada Lucky Namo. Saat itu datang beberapa orang senior-senior dari Prada Lucky Namo dengan membawa selang dan memukul Prada Lucky Namo secara bergantian.

Pada Senin pukul 23.30 Wita, Danyonif TP/834 Letkol Inf Justik Handinata memerintahkan Danki C Yonif 834/WM Lettu Inf Rahmat untuk datang ke kantor Staf-1/Intel.

Setibanya di kantor Staf-1/Intel Danyon 834/WM memerintahkan Lettu Inf Rahmat untuk organik kembali dan tidak ada yang  melakukan tindakan pemukulan serta memberikan penekanan agar tidak ada kekerasan dalam mendidik junior.

Berikutnya, pada Rabu (30/7/2025) sekira pukul 01.30 Wita bertempat di rumah jaga kesatrian tempat Prada Lucky Namo dan Prada Ricard Junimton Bulan di sel telah datang 4 orang personel, yaitu Pratu Petris Nong Brian Semi, Pratu Ahmad Adha, Pratu Emanuel De Araojo dan Pratu Aprianto Rede Raja kemudian melakukan pemukulan terhadap Prada Lucky Namo dan Prada Ricard Junimton Bulan menggunakan tangan kosong. 

Pada Sabtu (2/8/2025) sekira pukul 09.10 Wita, Prada Ricard Junimton Bulan demam dan Prada Lucky Namo mengalami muntah-muntah kemudian keduanya dibawa ke Puskesmas Kota Danga untuk melaksanakan pemeriksaan.

Setelah melaksanakan pemeriksaan Prada Ricard Junimton Bulan diijinkan untuk kembali, sedangkan untuk Prada Lucky Namo dirujuk ke RSUD Aeramo dikarenakan Hemoglobin (Hb) rendah. 

Pada Minggu (3/8/2025) kondisi Prada Lucky Chepril Saputra Namo sudah mulai membaik setelah dilakukan penanganan oleh Dokter RS. 

Kemudian pada Senin (4/8/2025) sekira pukul 19.00 - 21.30 Wita, Ibu Asuh dari Prada Lucky Namo, Ibu Iren datang menjenguk untuk memberikan semangat serta menyuapi makan saat itu kondisi Prada Lucky Namo membaik dikarenakan bisa tertawa dan bercengkrama. 

Sekira pukul 23.30 Wita kondisi Prada Lucky Chepril Saputra Namo menurun sehingga dipindahkan ke ruang ICU RSUD Aeramo.

Pada Selasa (5/8/2025) sekira pukul 04.47 Wita dilakukan pemasangan Ventilator terhadap Prada Lucky Namo untuk menunjang pernapasan. 

Setelah mendapat perawatan intensif di RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Prada Lucky Namo menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 WITA. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ibu Prada Lucky Minta Keadilan: Mati di Medan Perang Saya Terima, Ini Mati Sia-sia di Tangan Senior

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved