Berita Palembang

KISAH Kakek Muslim, 30 Tahun Berprofesi Jadi Penjual Buku Bekas di Samping Masjid Agung Palembang

Lokasinya berada di kawasan Jalan Mayor Tjik Agus Kiemas, tepat di samping Masjid Agung Palembang.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Welly Hadinata
Sripoku.com/Linda Trisnawati
Penjual Buku Bekas - Kakek Muslim menjual buku bekas di kawasan Jalan Mayor Tjik Agus Kiemas, samping Masjid Agung Palembang, Senin (14/7/2025) 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG – Usia tak menjadi penghalang bagi Muslim (65) untuk terus mencari rezeki halal.

Selama lebih dari tiga dekade, pria yang berkaca mata ini telah berjualan buku bekas (loak), dan masih konsisten menjalani profesinya hingga hari ini. 

Lokasinya berada di kawasan Jalan Mayor Tjik Agus Kiemas, tepat di samping Masjid Agung Palembang.

“Saya sudah jualan buku bekas selama 30 tahun, 10 tahun dulu di bawah Jembatan Ampera, dan sudah 20 tahun menetap di sini,” tutur Muslim saat dibincangi Sripoku.com di kios sederhananya, Senin (14/7/2025).

Ia mengaku memulai usaha ini karena tidak memiliki pekerjaan tetap.

Namun siapa sangka, dari lapak buku bekasnya inilah ia mampu menyekolahkan dua anaknya hingga lulus kuliah.

“Alhamdulillah, dua anak saya sudah lulus kuliah semua, dan sekarang bekerja di perusahaan swasta.

Saya selalu tanamkan pentingnya sekolah dan punya ilmu, supaya kehidupan mereka lebih baik dari saya,” ujarnya dengan senyum bangga.

Kendala: Kurikulum yang Sering Berganti

Muslim menjual beragam buku bekas, mulai dari buku pelajaran SD, SMP, hingga SMA. Namun, permintaan paling banyak datang dari orang tua murid tingkat SD.

“Buku SD paling banyak dicari, karena jumlah SD di Palembang ini banyak sekali, mungkin ada ratusan,” jelasnya.

Meski begitu, Muslim mengeluhkan satu kendala utama dalam usahanya, yakni perubahan kurikulum yang terlalu sering.

“Misalnya, sekarang pakai kurikulum merdeka belajar, lalu keluar lagi edisi revisi. Buku sebelumnya jadi tidak bisa dipakai lagi dan otomatis tidak laku dijual,” kata Muslim.

Jika buku sudah tidak bisa dijual lagi, ia terpaksa menjualnya secara kiloan ke pengepul barang bekas.

“1 kilogram harganya cuma Rp 1.000. Untuk dapat 1 kilogram itu butuh sekitar 5 buku. Ya daripada menumpuk, dijual kiloan saja,” ujarnya pasrah.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved