Berita OKU Timur
Harmoni Malam 1 Muharram 1447 H, Toleransi Umat Beragama Tumbuh Subur di Desa Karang Manik OKU Timur
Lebih lanjut Widiono menjelaskan, kegiatan doa bersama setiap malam Tahun Baru Islam atau malam 1 Suro memang telah menjadi tradisi tahunan.
Penulis: Choirul OKUT | Editor: pairat
SRIPOKU.COM, MARTAPURA - Langit malam di Desa Karang Manik, Kecamatan Belitang II, Kabupaten OKU Timur terasa syahdu pada malam 1 Muharram 1447 Hijriah.
Di setiap perempatan dusun, warga berkumpul dengan membawa nasi takir hidangan khas berupa nasi dan lauk pauk yang disajikan dalam lipatan daun pisang.
Di tengah hening dan penerangan seadanya, mereka larut dalam doa bersama. Namun ada yang berbeda, bukan hanya umat Muslim yang hadir malam itu.
Dari umat Kristen, Hindu, hingga Buddha seluruh masyarakat lintas agama di desa itu turut serta.
Mereka duduk bersisian, menyatu dalam doa, mengamini harapan bersama agar tahun baru membawa keberkahan dan jauh dari segala marabahaya.

“Ini bukan sekadar tradisi keagamaan, ini adalah cara kami menjaga tali persaudaraan. Kami percaya bahwa doa adalah bahasa universal, dan setiap agama mengajarkan kebaikan," kata Kepala Desa Karang Manik, Widiono, Sabtu (28/06/2025).
Lebih lanjut Widiono menjelaskan, kegiatan doa bersama setiap malam Tahun Baru Islam atau malam 1 Suro memang telah menjadi tradisi tahunan.
Namun yang menjadikannya istimewa adalah partisipasi seluruh masyarakat tanpa memandang agama.
“Jumlah umat Muslim di desa kami memang mayoritas, sekitar 71,2 persen. Namun kami juga memiliki umat Hindu sebanyak 21,5 persen, Kristen 5,4 persen, dan Buddha 1,9 persen. Semua ikut. Tidak ada yang merasa ditinggalkan. Inilah Karang Manik desa kecil yang besar dalam toleransi," ujarnya.
Desa Karang Manik sendiri terdiri dari 4 dusun dengan jumlah penduduk 2.013 jiwa dan 533 kepala keluarga. Terletak sejauh 8 kilometer dari pusat Kecamatan Belitang II dan sekitar 81 kilometer dari ibu kota Kabupaten OKU Timur, desa ini tumbuh dalam kesederhanaan. Namun dalam hal kerukunan, desa ini patut jadi contoh.
Widiono menuturkan, hubungan antarumat beragama di desanya telah lama terbangun dalam semangat saling menghargai.
Tak hanya pada perayaan Islam, kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya juga saling dukung.
Pada saat Nyepi, warga Muslim membantu menjaga ketertiban lingkungan. Saat Natal, pemuda lintas agama ikut membantu menjaga gereja.
“Kami tumbuh dalam semangat gotong royong. Kami berbeda keyakinan, tapi kami tetap satu keluarga besar di Karang Manik,” tambah Widiono.
Kegiatan doa bersama malam itu ditutup dengan makan bersama. Nasi takir yang dibawa masing-masing warga menjadi simbol berbagi. Tak ada yang mewah, tapi semua terasa hangat.
Misteri Jasad Membusuk di OKUT Korban Sempat Dijemput Seseorang Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa |
![]() |
---|
Dua Hari Hilang Petani di OKU Timur Ditemukan Tewas di Kebun, Sempat Pergi dengan OTK |
![]() |
---|
NIAT Jemput Istri tak Kesampaian, Toha Meninggal Ditabrak Tronton Semen di Jalan Lintas OKU Timur |
![]() |
---|
JEMBATAN Sungai Toba Ambruk, Ini Janji Edi Kurniansah ke Warga Pisang Jaya-Kurungan Nyawa OKU Timur |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Sabtu 13 September 2025, Warga OKUT Diimbau Waspadai Hujan Petir di Sejumlah Wilayah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.