Kunci Jawaban

Guru Diminta Membuat Studi Kasus PPG 2025 Kelas 4 SD, Maksimal 500 Kata dengan Pertanyaan Pemantik

Studi kasus PPG 2025 untuk kelas 4 SD ini diperuntukkan bagi bapak/ibu guru yang akan mengikuti Uji Kompetensi Peserta Pendidikan Profesi Guru UKPPPG

Freepik
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Foto berasal dari Freepik. Guru Diminta Membuat Studi Kasus PPG 2025 Kelas 4 SD 

SRIPOKU.COM - Dalam artikel ini akan memuat studi kasus PPG 2025 kelas 4 SD.

Bapak/Ibu Guru diminta membuat studi kasus kelas 4 SD maksimal 500 kata dengan pertanyaan pemantik.

Studi kasus PPG 2025 untuk kelas 4 SD ini diperuntukkan bagi bapak/ibu guru yang akan mengikuti Uji Kompetensi Peserta Pendidikan Profesi Guru (UKPPPG).

Dilansir dari TribunNews, berikut contoh 5 studi kasus PPG 2025 untuk kelas 4 SD sebanyak 500 kata.

1. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 4 SD: Rendahnya Minat Membaca Siswa
Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?
Sebagai guru kelas 4 SD, saya menghadapi masalah rendahnya minat membaca siswa. Banyak siswa enggan membaca buku teks atau cerita, lebih memilih bermain gadget. Hal ini berdampak pada kemampuan memahami teks dan kosa kata yang terbatas.

Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?

Saya menerapkan pendekatan "Sudut Baca Menarik" di kelas, menyediakan buku-buku cerita bergambar dan komik edukasi yang sesuai dengan usia siswa. 

Saya juga mengadakan sesi "Membaca Bersama" setiap minggu, di mana siswa boleh memilih buku favorit mereka dan mendiskusikannya dalam kelompok kecil. Untuk meningkatkan motivasi, saya memberikan penghargaan berupa stiker untuk setiap buku yang selesai dibaca.

Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?
Setelah dua bulan, minat membaca siswa meningkat. Sebanyak 80 persen siswa mulai rutin mengunjungi sudut baca, dan kemampuan memahami teks mereka meningkat, terlihat dari hasil tes membaca yang naik rata-rata 15 poin. Siswa juga lebih aktif berdiskusi tentang cerita yang mereka baca.

Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?
Saya belajar bahwa menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan memberikan kebebasan memilih materi bacaan dapat memotivasi siswa. Pendekatan yang menyenangkan dan tidak memaksa sangat efektif untuk anak usia SD.

Baca juga: Kunci Jawaban Modul 3 Topik 3, Apa Tanggungjawab Guru dengan Ilmu Pengetahuan Sesuai Kode Etik Guru?

2. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 4 SD: Kurangnya Partisipasi Saat Diskusi Kelas
Permasalahan apa yang pernah Anda hadapi?
Sebagian besar siswa pasif saat diskusi kelompok. Hanya satu atau dua siswa yang aktif, sementara yang lain cenderung diam.

Bagaimana upaya Anda untuk menyelesaikannya?
Saya mengubah metode diskusi menjadi diskusi rotasi, di mana setiap anggota kelompok mendapat giliran menyampaikan pendapat. Saya juga memberikan panduan peran (penanya, pencatat, penyaji) kepada setiap siswa.

Apa hasil dari Upaya Anda tersebut?

Siswa menjadi lebih aktif karena merasa memiliki tanggung jawab. Semua siswa berpartisipasi sesuai peran masing-masing.

Pengalaman berharga apa yang bisa Anda petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?
Saya belajar bahwa metode yang tepat dapat membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong keterlibatan aktif dalam pembelajaran.

3. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 4 SD: Mengatasi Perundungan Verbal dan Isolasi Sosial
Permasalahan yang Pernah Saya Hadapi:

Di kelas 4, saya mengidentifikasi Ani, seorang siswa pendiam dan berprestasi, menjadi target perundungan verbal oleh sekelompok kecil siswa populer. Mereka sering mengejek penampilan Ani, mengabaikannya dalam kegiatan kelompok, dan menyebarkan gosip kecil tentangnya. 

Akibatnya, Ani menjadi semakin menarik diri, sering terlihat sedih, dan prestasi akademiknya mulai menurun. Situasi ini menciptakan ketidaknyamanan di kelas.

Bagaimana Upaya Saya untuk Menyelesaikannya?
Observasi dan Pendekatan Personal: Saya mengamati pola interaksi di kelas secara cermat dan berbicara secara pribadi dengan Ani untuk memahami perasaannya dan apa yang terjadi. Saya meyakinkannya bahwa sekolah adalah tempat yang aman.
Edukasi dan Kesadaran Kelas: Tanpa menunjuk individu, saya mengadakan diskusi kelas tentang pentingnya empati, menghargai perbedaan, dan dampak negatif perundungan. Kami bersama-sama membuat "Aturan Kelas Anti-Perundungan" yang menyoroti pentingnya kebaikan dan saling menghormati.
Intervensi Terbatas pada Pelaku: Saya memanggil siswa-siswa yang terlibat dalam perundungan secara terpisah, menjelaskan dampak perilaku mereka, dan membimbing mereka untuk meminta maaf serta mengubah sikap. Saya menekankan tanggung jawab mereka terhadap iklim kelas.
Meningkatkan Inklusi Ani: Saya melibatkan Ani dalam peran-peran kecil yang menuntut interaksi positif dengan teman (misalnya, menjadi ketua kelompok untuk tugas yang bersifat kolaboratif dan tidak kompetitif). Saya juga memastikan ia selalu memiliki kelompok saat kegiatan.
Kolaborasi dengan Guru BK dan Orang Tua: Saya berkoordinasi dengan guru Bimbingan Konseling (BK) untuk penanganan lebih lanjut dan berkomunikasi dengan orang tua Ani serta orang tua siswa pelaku untuk menciptakan dukungan yang konsisten.
Hasil dari Upaya Tersebut:
Perilaku perundungan verbal berkurang secara signifikan, dan suasana kelas menjadi lebih inklusif. Ani perlahan mulai berani berinteraksi dan menunjukkan kembali keceriaannya. Prestasinya kembali stabil. Siswa-siswa pelaku menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang konsekuensi tindakan mereka dan mulai mengubah perilaku.

Pengalaman Berharga yang Bisa Saya Petik:
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa perundungan memerlukan intervensi yang cepat, terencana, dan menyeluruh, bukan hanya menghukum. Membangun kesadaran empati dan rasa aman di kelas adalah kunci. Guru harus menjadi fasilitator mediasi dan penanam nilai, tidak hanya pengajar. Kolaborasi dengan pihak lain (BK dan orang tua) sangat vital untuk penyelesaian yang efektif.

4. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 4 SD: Mengatasi Kesulitan Pemahaman Teks Non-Fiksi dan Menulis Laporan
Permasalahan yang Pernah Saya Hadapi:
Di kelas 4, siswa saya mulai dihadapkan pada teks non-fiksi yang lebih kompleks, seperti teks sejarah atau sains. Banyak dari mereka kesulitan memahami informasi utama, mengidentifikasi ide pokok, dan menyaring detail penting. Kesulitan ini berlanjut saat mereka diminta menulis laporan berdasarkan teks tersebut; laporan mereka seringkali hanya menyalin informasi atau tidak terstruktur dengan baik.

Bagaimana Upaya Saya untuk Menyelesaikannya?
Strategi Membaca Aktif: Saya mengajarkan strategi membaca aktif seperti skimming (membaca cepat untuk gambaran umum), scanning (mencari informasi spesifik), dan membuat catatan kunci/peta pikiran saat membaca.
"Jigsaw Reading" dan Diskusi Kelompok: Saya membagi teks menjadi beberapa bagian dan setiap kelompok bertanggung jawab untuk memahami satu bagian. Kemudian, mereka berbagi informasi dalam kelompok besar. Ini mendorong diskusi dan pemahaman mendalam.
Modelisasi Menulis Laporan (Ing Ngarsa Sung Tuladha): Saya membuat contoh laporan yang baik di papan tulis, menunjukkan struktur (pendahuluan, isi, kesimpulan) dan cara menyajikan fakta. Kami bahkan membuat satu laporan bersama-sama sebagai panduan.
Penggunaan Diagram dan Grafik Informasi: Untuk teks yang padat informasi, saya meminta siswa membuat diagram, grafik, atau timeline sebagai cara visual untuk mengorganisir data dan memahami hubungan antarinformasi.
Umpan Balik Bertahap dan Revisi: Saya memberikan umpan balik yang sangat spesifik pada draf pertama laporan mereka, fokus pada struktur, penggunaan bahasa, dan kejelasan ide pokok. Saya menekankan pentingnya proses revisi.
Hasil dari Upaya Tersebut:
Kemampuan siswa dalam memahami teks non-fiksi meningkat. Mereka lebih terampil dalam mengidentifikasi informasi kunci dan menyaring detail. Laporan yang mereka tulis menjadi lebih terstruktur, informatif, dan tidak lagi hanya sekadar menyalin. Mereka juga lebih percaya diri dalam menghadapi tugas membaca dan menulis yang lebih kompleks.

Pengalaman Berharga yang Bisa Saya Petik:
Mengajarkan pemahaman teks non-fiksi memerlukan strategi membaca eksplisit dan alat bantu visual. Modelisasi dan latihan menulis secara bertahap sangat krusial. Guru harus menjadi fasilitator yang sabar dalam membimbing siswa mengolah informasi. Umpan balik yang konstruktif dan kesempatan revisi adalah kunci pengembangan keterampilan menulis.

5. Studi Kasus PPG 2025 untuk Kelas 4 SD: Mengatasi Kesulitan Memahami Materi IPAS
Permasalahan yang Pernah Saya Hadapi:
Ketika mengajar materi fotosintesis di kelas 4 SD dalam mata pelajaran IPAS, salah satu permasalahan yang saya hadapi adalah kesulitan siswa dalam memahami proses fotosintesis yang abstrak. Konsep seperti bagaimana tumbuhan mengubah cahaya matahari menjadi energi melalui klorofil, serta peran air dan karbon dioksida, sulit dipahami oleh siswa.

Terutama karena proses ini tidak dapat dilihat secara langsung. Banyak siswa juga bingung dengan istilah-istilah ilmiah yang baru mereka dengar, seperti "klorofil," "oksigen," dan "glukosa," yang membuat mereka merasa pelajaran ini rumit. 

Upaya untuk Menyelesaikannya:
1. Penggunaan Media Visual:

Saya memutuskan untuk menggunakan alat bantu visual yang sederhana namun efektif. Saya membuat diagram proses fotosintesis yang berwarna dan jelas, lengkap dengan panah yang menunjukkan alur energi dari cahaya matahari hingga dihasilkan oksigen. 

Saya juga menggunakan video pendek animasi yang menunjukkan proses fotosintesis dengan cara yang menarik dan mudah dimengerti. Melalui visualisasi ini, siswa dapat melihat gambaran besar tentang apa yang terjadi selama fotosintesis.

2. Pembelajaran Berbasis Eksperimen:

Saya juga merancang eksperimen sederhana untuk membantu siswa memahami konsep fotosintesis. Saya membawa beberapa tanaman kecil ke dalam kelas dan menempatkan sebagian di bawah sinar matahari dan sebagian lagi di tempat gelap. 

Setiap hari, siswa diminta untuk mengamati perubahan yang terjadi pada tanaman tersebut. Dari sini, mereka bisa melihat perbedaan antara tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan yang tidak, dan memahami pentingnya cahaya bagi proses fotosintesis.

3. Permainan Peran (Role Play):

Untuk membuat konsep fotosintesis lebih interaktif, saya menggunakan metode permainan peran di mana setiap siswa memerankan komponen yang berbeda dalam proses fotosintesis. Ada yang menjadi matahari, karbon dioksida, air, klorofil, dan glukosa. Dengan cara ini, mereka secara aktif terlibat dalam pembelajaran dan memahami bagaimana setiap elemen bekerja sama dalam proses fotosintesis.

4. Pendekatan Kontekstual:

Saya juga berusaha mengaitkan materi fotosintesis dengan lingkungan sekitar siswa. Saya mengajak mereka untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah dan mengamati tumbuhan yang ada di sana. Saya menjelaskan bahwa proses fotosintesis yang mereka pelajari terjadi pada tumbuhan yang mereka lihat setiap hari, seperti pohon di halaman sekolah. Hal ini membantu siswa menghubungkan teori dengan praktik nyata yang dapat mereka lihat dan rasakan.

Hasil dari Upaya:
Setelah menggunakan metode visual, eksperimen, dan pendekatan interaktif, pemahaman siswa tentang fotosintesis meningkat. Mereka lebih antusias dalam mempelajari proses yang sebelumnya mereka anggap sulit. 

Eksperimen sederhana yang dilakukan di kelas juga membantu mereka melihat bukti nyata tentang peran cahaya dalam pertumbuhan tanaman, sehingga mereka lebih mudah mengaitkan konsep fotosintesis dengan dunia nyata. Pada saat ulangan, banyak siswa mampu menjelaskan proses fotosintesis dengan lebih baik dan menggunakan istilah-istilah ilmiah yang tepat. 

Pengalaman Berharga:
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa dalam mengajarkan konsep yang abstrak, penting untuk melibatkan siswa secara aktif dan memberikan mereka pengalaman nyata yang bisa mereka lihat atau lakukan sendiri. Metode visual dan eksperimen memberikan dampak besar dalam membantu mereka memahami konsep yang sulit. 

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved