Mengenal Beragam Tradisi di Malam 1 Suro di Pulau Jawa: Dari Topo Bisu Hingga Kirab Kebo Bule

Malam 1 Suro, yang bertepatan dengan malam jelang 1 Muharam pada kalender Hijriah, dirayakan dengan beragam tradisi khas di berbagai daerah di Pulau

Editor: adi kurniawan
Kompas.com
TRADISI MALAM 1 SURO - Malam 1 Suro, yang bertepatan dengan malam jelang 1 Muharam pada kalender Hijriah, dirayakan dengan beragam tradisi khas di berbagai daerah di Pulau Jawa. 

SRIPOKU.COM - Malam 1 Suro, yang bertepatan dengan malam jelang 1 Muharam pada kalender Hijriah, dirayakan dengan beragam tradisi khas di berbagai daerah di Pulau Jawa.

Ritual-ritual ini, yang telah dilaksanakan turun-temurun, umumnya mengandung makna perenungan diri dan penghormatan terhadap warisan leluhur.

Di Yogyakarta, Keraton Yogyakarta menggelar ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng.

Tradisi yang telah ada sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono II ini melibatkan berjalan kaki mengelilingi benteng keraton tanpa berbicara.

Keheningan total selama perjalanan ini menjadi simbol perenungan diri atau tirakat, serta keprihatinan atas segala perbuatan yang dilakukan sepanjang tahun.

Sementara itu, di Surakarta, Keraton Surakarta merayakan Malam 1 Suro dengan Kirab Satu Suro.

Kirab ini identik dengan kehadiran kebo bule, keturunan dari Kebo Kyai Slamet, yang menjadi cucuk lampah kirab.

Dalam prosesi ini, barisan kebo bule akan berjalan di depan diikuti oleh pawang, abdi dalem, putra-putri sinuhun, pembesar keraton yang membawa sepuluh pusaka, dan masyarakat umum.

Sama seperti di Yogyakarta, peserta kirab juga tidak mengucapkan sepatah kata pun, melambangkan perenungan diri.

Bergeser ke Cirebon, Keraton Kanoman memperingati Malam 1 Suro dengan pembacaan Babad Cirebon, yang kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati.

Di Keraton Kesepuhan Cirebon, tradisi Malam 1 Suro ditandai dengan ritual pencucian benda pusaka yang dilakukan secara bertahap dari tanggal 1 hingga 10 Suro.

Di Magetan, perayaan Malam 1 Suro dikenal dengan nama Ledug Suro, sekaligus menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam.

Puncak acara Ledug Suro adalah upacara Andum Berkah Bolu Rahayu. Masyarakat Magetan percaya bahwa memakan bolu rahayu yang telah didoakan dapat bermanfaat sebagai obat, pelaris, dan kegunaan lainnya.

Selain tradisi keraton, pawai obor juga menjadi salah satu ritual Malam 1 Suro yang populer di beberapa daerah di Pulau Jawa. Dalam pawai ini, masyarakat dari berbagai usia akan berjalan mengelilingi lingkungan tempat tinggal mereka sambil membawa obor, biasanya dilakukan setelah salat Isya.

Berbagai tradisi ini menunjukkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Jawa dalam menyambut Malam 1 Suro, sebuah momen penting yang sarat makna dan perenungan.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved