Berita Nasional

FAKTA China Bebaskan Visa untuk WNI, Wajib untuk Kepentingan Ini dan Berlaku 10 Hari di 24 Provinsi

Pemerintah China resmi menerapkan kebijakan bebas visa bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berlaku mulai Kamis (12/6/2025).

Editor: Welly Hadinata
Istimewa
FAKTA China Bebaskan Visa untuk WNI, Wajib untuk Kepentingan Ini dan Berlaku 10 Hari di 24 Provinsi 

SRIPOKU.COM - Wisatawan asal Indonesia kini bisa melancong ke China tanpa harus mengurus visa kunjungan.

Pemerintah China resmi menerapkan kebijakan bebas visa bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berlaku mulai Kamis (12/6/2025).

Kebijakan ini memungkinkan WNI berkunjung ke 24 provinsi di China tanpa visa selama maksimal 10 hari. 

China menyebut skema ini sebagai kebijakan visa transit dan menjadi bagian dari upaya pemerintah negeri itu dalam menarik lebih banyak wisatawan asing.

Menurut kantor berita Xinhua, kebijakan ini berlaku untuk 54 negara termasuk Indonesia.

Namun, bebas visa ini hanya berlaku untuk tujuan wisata atau kunjungan keluarga. 

Untuk keperluan studi dan bekerja, tetap diperlukan visa sesuai ketentuan imigrasi yang berlaku.

Baca juga: Harga Emas di Palembang Terangkat Tipis, Imbas Kesepakatan Tarif Dagang AS-China

Dilansir dari Kompas.id, Otoritas Imigrasi China atau National Immigration Administration (NIA) menjelaskan bahwa visa transit mewajibkan pelancong memiliki tiket keluar dari China dalam kurun waktu 10 hari sejak kedatangan.

Hal ini menjadi bukti bahwa kunjungan ke China bersifat sementara dan tidak bermukim.

Karena skema ini dikategorikan sebagai transit, perjalanan pulang pergi langsung dari negara asal ke China dan kembali tidak memenuhi syarat bebas visa

Pelancong perlu melanjutkan perjalanan ke negara atau wilayah lain, seperti Hong Kong atau Makau, agar skema bebas visa dapat berlaku.

Baca juga: Mengenal Fenomena Manusia Tikus Gen Z di China, Protes Ketatnya Persaingan Kerja dan Burnout

Masuk dari 60 Pintu Perbatasan

Bebas visa ini hanya berlaku jika wisatawan masuk melalui 60 bandara dan pelabuhan yang telah ditetapkan pemerintah China

Meski daftar lengkap belum diumumkan, wilayah-wilayah seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, hingga Yunnan diperkirakan termasuk dalam daftar tersebut, merujuk pada kebijakan sebelumnya.

Sebelum kebijakan ini berlaku secara luas, WNI sebenarnya telah menikmati pembebasan visa untuk wilayah tertentu seperti Hong Kong, Makau, Hainan, dan sebagian provinsi Yunnan, khususnya kawasan wisata Xishuangbanna yang berbatasan dengan Myanmar dan Laos.

Kebijakan bebas visa ini diumumkan beberapa pekan setelah kunjungan Perdana Menteri China Li Qiang ke Indonesia pada akhir Mei 2025. 

Dalam kunjungan itu, kedua negara menyepakati kerja sama pariwisata yang mencakup pelonggaran aturan visa dan kolaborasi antar biro perjalanan.

Sebelum lawatan PM Li, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan RI juga telah bertemu dengan mitranya di Beijing dalam forum 2+2, menjadikan Indonesia mitra pertama China dalam forum strategis tersebut.

Duta Besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun, mengatakan bahwa Indonesia menargetkan menerima dua juta wisatawan asal China pada tahun ini. 

Selain semakin terbukanya akses, keragaman destinasi dan frekuensi penerbangan langsung turut memperkuat hubungan wisata kedua negara.

Saat ini, penerbangan langsung dari Indonesia ke China tersedia dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Bandara I Gusti Ngurah Rai (Denpasar), Bandara Juanda (Sidoarjo), dan Bandara Sam Ratulangi (Manado). 

Tujuan penerbangan meliputi kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, Haikou, hingga Chengdu.

Yunnan dan Jejak Budaya Indonesia

Provinsi Yunnan menjadi salah satu destinasi populer bagi wisatawan Indonesia, terutama yang bepergian secara berkelompok. 

Menariknya, Yunnan memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia dari sisi budaya, geografi, bahkan sejarah.

Salah satu teori tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia menyebutkan bahwa masyarakat Proto Melayu dan Deutro Melayu berasal dari kawasan Yunnan sekitar 4.300 tahun lalu. 

Mereka diyakini bermigrasi ke Nusantara melalui sungai-sungai besar seperti Chao Phraya dan Mekong, membawa serta kebudayaan neolitikum dan teknologi baru.

Meski teori ini masih diperdebatkan, hubungan budaya antara Indonesia dan Yunnan tetap terjaga. 

Bahkan, minat masyarakat Yunnan untuk mempelajari bahasa Indonesia dan tradisi Nusantara terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Dengan diberlakukannya bebas visa kunjungan singkat ke China, peluang pertukaran wisata dan budaya antara Indonesia dan China kian terbuka lebar. 

Selain mempererat hubungan bilateral, kebijakan ini diharapkan mampu mendorong pemulihan sektor pariwisata kedua negara di tengah persaingan global. 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved