Idul Adha 2025

Kumpulan Naskah Khutbah Idul Adha 2025/1446 H Tentang Meneladani Nabi Ibrahim AS Soal Pengorbanan

Berikut ini kumpulan naskah Khutbah Idul Adha 2025/ 1446 H meneladani Nabi Ibrahim AS

Editor: adi kurniawan
(ChatGPT/Tribun-medan.com)
IDUL ADHA- Ilustrasi ini dibuat menggunakan aplikasi kecerdasan buatan atau AI ChatGPT. Berikut ini kumpulan naskah Khutbah Idul Adha 2025/ 1446 H meneladani Nabi Ibrahim AS 

Hari Raya Iduladha merupakan momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Perayaan ini tidak hanya identik dengan penyembelihan hewan kurban, tetapi juga menjadi pengingat tentang keteladanan Nabi Ibrahim a.s. Karena kesabarannya dan kepatuhan pada Allah Swt, termasuk saat ia bersedia menyembelih putranya, Ismail, sebagai pengorbanan. 

Kisah ini yang diabadikan dalam Al-Quran, menunjukkan ketundukan kepada kehendak Allah dan keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik. Pengorbanan ini bukan hanya simbolik, tetapi juga memiliki dampak positif bagi alam dan kehidupan manusia, khususnya dalam hal ibadah kurban dan pengajaran tentang nilai-nilai kebaikan. Sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Hajj/22: 37:

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ.

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.”

Dari kisah ini, umat Islam diajarkan bahwa kurban bukan hanya sekedar penyembelihan hewan, tetapi lebih dari itu merupakan simbol pengorbanan diri, hawa nafsu, dan ego menggapai rida Allah Swt. Keikhlasan Nabi Ibrahim a.s. menjadi cerminan bagaimana seorang hamba seharusnya menundukkan kehendaknya kepada kehendak Sang Khalik. 

Pengorbanan seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah Swt adalah simbol upaya seorang hamba untuk menjadikan dirinya lebih dekat dengan Allah. Dalam konteks ibadah kurban, Nabi saw memberikan ilustrasi bagaimana proses kedekatan hamba dengan Allah melalui sabda yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan At-Tirmidzi:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا .

“Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Iduladha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.”

Dalam konteks kehidupan modern, semangat Iduladha mengajarkan umat Islam untuk menumbuhkan nilai solidaritas, empati, dan kepedulian sosial terhadap sesama, terutama kepada kaum duafa. Pengorbanan yang dilakukan bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk waktu, tenaga, dan perhatian yang tulus.

Jemaah salat Iduladha rahimakumullah,

Meneladani Nabi Ibrahim a.s. dalam pengorbanan beliau untuk kebaikan alam dan kehidupan berarti menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi ciri khas beliau, prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan dengan Allah Swt, keluarga, maupun masyarakat.

Prinsip pertama, ketaatan kepada Allah Swt, dengan cara menegakkan kebenaran, seperti Nabi Ibrahim yang menolak penyembahan berhala dan menyebarkan kebenaran tentang tauhid, kita juga harus berani menegakkan kebenaran dan menjauhi kemungkaran. Nabi Ibrahim a.s. berkata dalam Q.S. Al-An’am/6 :79:

إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ.
“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”

Menjalankan perintah Allah Swt, Nabi Ibrahim a.s. selalu taat dan patuh pada perintah Allah, termasuk saat diperintah mengungsikan istri dan anaknya ke tempat tandus, atau saat akan menyembelih Nabi Ismail a.s. Kita juga harus berusaha menjalankan perintah Allah dengan penuh kesabaran dan ketekunan. 

Berdo’a dan berserah kepada Allah Swt, Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai hamba yang selalu berdo’a dan berserah kepada Allah dalam segala urusan. Kita juga harus selalu berdo’a dan berserah kepada Allah dalam menghadapi cobaan dan kesulitan karena Allah adalah pemilik alam semesta dan segala yang ada di dalamnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved