Profil dan Sosok

Profil Kgs Shahri Lurah 16 Ulu Palembang, Punya Program Jadikan Kantor Lurah Rumah Bersama Warga

Ia menjadikan kantor kelurahan sebagai rumah bersama masyarakat, tempat berkumpul, berdiskusi, hingga mencari solusi bersama atas berbagai persoalan.

Penulis: Mat Bodok | Editor: Odi Aria
Sripoku.com/Mat Bodok
LURAH 16 ULU- Sosok KGS Shahri SH MH, Lurah 16 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II, Kota Palembang, hadir dengan pendekatan berbeda. Ia menjadikan kantor kelurahan sebagai rumah bersama masyarakat, tempat berkumpul, berdiskusi, hingga mencari solusi bersama atas berbagai persoalan lingkungan. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG– Di tengah tantangan pelayanan publik yang semakin kompleks, sosok KGS Shahri SH MH, Lurah 16 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II, Kota Palembang, hadir dengan pendekatan berbeda.

Ia menjadikan kantor kelurahan sebagai rumah bersama masyarakat, tempat berkumpul, berdiskusi, hingga mencari solusi bersama atas berbagai persoalan lingkungan.

Pria kelahiran Palembang, 1 September 1976 ini, dikenal sebagai sosok yang merakyat dan aktif menjalin komunikasi dengan warganya. Setiap hari, kantor Lurah 16 Ulu tak pernah sepi dari warga yang datang baik untuk keperluan administrasi maupun berdialog langsung dengan pemimpinnya.

Karier birokratnya dimulai sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kota Prabumulih tahun 2005 pada bidang diklat.

Tak lama kemudian, ia pindah tugas ke Palembang dan mengabdi sebagai staf pelayanan di Kecamatan Seberang Ulu II.

Kariernya terus menanjak. Pada Mei 2017, ia dipercaya menjabat sebagai Kasi Trantib di Kelurahan 16 Ulu.

Lalu pada Januari 2021, ia ditunjuk menjadi Plt Sekretaris Lurah, dan resmi menjabat Seklur pada Mei 2022. Hingga akhirnya, pada Juni 2024, Shahri diangkat menjadi Lurah 16 Ulu, salah satu kelurahan dengan populasi terbanyak di wilayah Seberang Ulu II yakni lebih dari 25.000 jiwa.

Sebagai pemimpin di wilayah yang memiliki geografis dataran rendah dan sebagian tinggi, Shahri bersama RT/RW dan masyarakat menghadapi tantangan rutin berupa genangan air saat hujan dan pasang. Khususnya di kawasan Banten VI, yang merupakan wilayah bekas rawa.

“Wilayah ini dulunya rawa. Jadi ketika hujan deras disertai pasang, air cepat naik. Kami terus berupaya mencarikan solusi,” ungkap Shahri.

Bersama Komunitas Peduli Anti Banjir, Sungai dan Lingkungan, serta dukungan dari Dinas PU, saat ini tengah diupayakan pembangunan saluran air penghubung dari Banten VI ke Jakabaring, untuk mengatasi masalah genangan tersebut.

Shahri juga menyadari pentingnya nilai sejarah di wilayah 16 Ulu. Misalnya, keberadaan tapak meriam peninggalan Belanda di RT 43 dan RT 41 Jalan Pertahanan.

Namun karena telah menjadi lahan milik warga, pihak kelurahan belum dapat menjadikannya sebagai destinasi wisata sejarah.

"Untuk destinasi wisata memang belum ada. Tapi kami memiliki kekayaan budaya dan kuliner khas Palembang seperti pempek, kapal selam, hingga celimpungan yang dijajakan oleh UMKM setempat," ujar Shahri.

Suami dari Ani Haryati, seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Palembang ini, memiliki gaya kepemimpinan inklusif dan terbuka. Ia aktif melibatkan 76 RT dan 21 RW, serta tokoh masyarakat, pemuda, dan perempuan dalam membangun lingkungan yang harmonis.

Menurutnya, keberagaman warga 16 Ulu yang berasal dari berbagai latar belakang dan daerah justru menjadi kekuatan sosial.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved