Berita Palembang

Kirim Surat ke Presiden Prabowo, Ojol Palembang Khawatir Dampak Negatif Rencana Merger Grab-GoTo

Mereka mendesak Presiden untuk turun tangan demi melindungi kedaulatan ekonomi digital dan pertahanan karya anak bangsa dari dominasi asing

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Odi Aria
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
ILUSTRASI OJOL DEMO- Para mitra driver ojek online (ojol) dan taksi online (taksol) yang tergabung dalam komunitas Doa Pejuang Orderan (DPO) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) mengirim surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto itu sebagai bentuk pernyataan terhadap rencana akuisisi Gojek oleh Grab atau rencana merger. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG- Para mitra driver ojek online (ojol) dan taksi online (taksol) yang tergabung dalam komunitas Doa Pejuang Orderan (DPO) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) mengirim surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto

Mereka mendesak Presiden untuk turun tangan demi melindungi kedaulatan ekonomi digital dan pertahanan karya anak bangsa dari dominasi asing, dalam hal ini aplikator dari luar negeri.

Perwakilan Mitra DPO Palembang, Nursah mengatakan, bahwa pihaknya menyampaikan, surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto sebagai bentuk pernyataan terhadap rencana akuisisi Gojek oleh Grab atau rencana merger.

“Kami sebagai mitra Gojek sangat-sangat memohon perhatian kepada Bapak Presiden untuk membantu kami agar GoTo tetap menjadi karya anak bangsa yang sangat kami cintai dan banggakan,” katanya, Selasa (13/5/2025).

Beberapa alasan penolakan yakni akuisisi ini akan menghilangkan eksistensi layanan lokal. Selain itu, data pribadi driver dan konsumen akan dikuasai oleh perusahaan asing.

“Atribut driver dan budaya kerja lokal akan tergerus. Lalu kemandirian digital dan ekonomi bangsa akan terancam,” katanya.

Sebab itu, para driver Gojek Palembang menyampaikan keberatan. “Kami meminta agar GoTo tetap berada di tangan anak bangsa dan tidak berpindah ke negara asing yang kami sangat ragu dampaknya bagi ekonomi bangsa. GoTo menjadi tempat kami para driver untuk bergantung hidup dan ekonomi kami, " katanya. 

Gelombang penolakan juga datang di berbagai daerah seperti Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Bandung, Jawa Barat (Jabar). Bahkan baru-baru ini Koalisi Ojol Nasional (PN-KON) juga tegas menolak potensi merger atau akuisisi tersebut.

Dalam siaran pers, Ketua KON, Andi Kristiyanto menekankan kekhawatiran jika akuisisi Grab terhadap GoTo terjadi. 

Menurut Andi, dampak terhadap ojol bisa signifikan, terutama jika mengakibatkan perubahan sistem kemitraan menjadi karyawan, serta berkurangnya jumlah mitra ojol dan potensi penurunan kesejahteraan mereka, karena tidak semua mitra akan memenuhi persyaratan untuk menjadi karyawan 

"Bila Grab-Gojek menjadi pemain dominan, mereka bisa menaikkan tarif potongan untuk mitra ojol, dan ojol tidak bisa mendapatkan pendapatan lain dari perusahaan aplikator lain, dikarenakan pihak aplikator lain di luar Grab akan mengalami mati suri, dan bahkan bangkrut karena kalah bersaing dengan Grab,” kata Andi.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved