7 Masalah Pendidikan Dasar di Indonesia yang Jadi Sorotan
Berikut 7 problematika utama yang menjadi sorotan menurut Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta Dr. Elinda Rizkasari., S.Pd., M.Pd
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pendidikan pada usia sekolah dasar fondasi penting dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa.
Ibarat tanah liat, usia ini adalah masa emas di mana pembentukan karakter anak masih sangat lentur.
Namun, sayangnya, potret pendidikan dasar di Indonesia masih diwarnai berbagai persoalan klasik yang menghambat kemajuan.
Berikut 7 problematika utama yang menjadi sorotan, menurut rilis Dr. Elinda Rizkasari., S.Pd., M.Pd (Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta) yang diterima Sripoku.com, Selasa (22/4/2025):
1. Keterbatasan Akses Pendidikan
Jangankan di pulau terpencil, di wilayah perkotaan pun, akses terhadap pendidikan berkualitas belum merata.
Ketersediaan sekolah, terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), masih menjadi tantangan besar.
2. Luasnya Geografis Negara
Bentang alam Indonesia yang luas dan terdiri dari ribuan pulau menyulitkan pemerataan pendidikan. Distribusi guru, buku, dan fasilitas pendidikan menjadi rumit dan mahal.
3. Kualitas Guru
Kompetensi dan kesejahteraan guru, terutama di daerah-daerah, masih menjadi isu krusial.
Kurangnya pelatihan, sertifikasi yang belum optimal, dan distribusi yang tidak merata berkontribusi pada kualitas pengajaran yang beragam.
4. Kurikulum yang Kurang Relevan
Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia dinilai kurang adaptif terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan siswa.
Perubahan kurikulum yang terlalu sering juga menimbulkan kebingungan dan ketidaksiapan di tingkat implementasi.
5. Kesenjangan Pendidikan Antar Daerah
Perbedaan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara Jawa dan luar Jawa, masih sangat signifikan.
Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam kesempatan belajar bagi anak-anak Indonesia.
6. Kurangnya Fasilitas Pendidikan
Banyak sekolah dasar di Indonesia, terutama di daerah terpencil, masih kekurangan fasilitas yang memadai.
Ruang kelas yang rusak, perpustakaan yang minim buku, serta ketiadaan laboratorium menjadi penghambat proses belajar mengajar yang optimal.
7. Masalah Finansial Siswa dan Kemiskinan
Faktor ekonomi keluarga sangat mempengaruhi partisipasi dan keberlangsungan pendidikan anak.
Kemiskinan memaksa anak putus sekolah atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali.
Peringkat Pendidikan Indonesia di Asia dan Perbandingan dengan China
Ironisnya, di tengah berbagai upaya perbaikan, peringkat pendidikan Indonesia di kancah Asia Tenggara bahkan Asia masih tergolong rendah.
Data dari Worldtop20.org pada tahun 2023 menunjukkan Indonesia berada di urutan ke-67 dari 203 negara. Di Asia, China menduduki peringkat pertama dengan sistem pendidikan yang maju dan inovatif.
Mengapa China Bisa Unggul? Disiplin dan Etos Kerja Jadi Kunci
Keberhasilan China dalam memajukan pendidikannya tidak lepas dari budaya disiplin yang kuat dan etos kerja yang tinggi.
Beberapa indikator yang patut dicermati antara lain:
- Disiplin Kerja yang Kuat: Komitmen tinggi, kerja keras, fokus pada hasil, menghargai waktu, dan menjunjung tinggi reputasi menjadi landasan dalam setiap pekerjaan, termasuk di dunia pendidikan.
- Disiplin dalam Kehidupan Sosial: Rasa hormat, ketaatan pada aturan, sikap gigih, kerja sama, serta menjaga keamanan dan ketertiban menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
- Etos Kerja yang Diinspirasi Konfusianisme: Ajaran Konfusius yang menekankan pada kerja keras, ketekunan, dan tanggung jawab sosial turut membentuk budaya kerja yang kuat.
- Contoh Konkret: Sistem kerja "996" (bekerja dari jam 9 pagi hingga 9 malam, 6 hari seminggu) meskipun kontroversial, mencerminkan betapa tingginya tekanan dan dedikasi terhadap pekerjaan. Ketertiban di jalan raya pun menjadi cerminan kedisiplinan dalam skala yang lebih luas.
Perbandingan Mencolok: Disiplin Waktu
Salah satu perbedaan mencolok terlihat dalam hal disiplin waktu.
Di China, keterlambatan sekecil apapun dalam konteks pendidikan akan mendapat teguran keras.
Budaya menghargai waktu sudah sangat mengakar. Hal ini berbanding terbalik dengan kebiasaan "jam karet" yang sering terjadi di Indonesia.
Mental Kuat Sejak Dini
Selain disiplin, anak-anak di China juga ditempa untuk memiliki mental yang kuat sejak usia dini.
Tekanan dalam belajar dan bekerja dianggap sebagai hal yang wajar dan dipersiapkan sejak awal.
Hal ini berbeda dengan di Indonesia di mana tekanan seringkali dihindari atau dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
Introspeksi Diri: Jangan Sampai Tergusur di Negeri Sendiri
Fenomena banyaknya tenaga kerja asing, termasuk dari China, yang datang ke Indonesia dengan etos kerja yang tinggi seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi bangsa Indonesia.
Jika kita tidak mau berbenah dan meningkatkan kualitas diri, termasuk dalam hal disiplin dan etos kerja, bukan tidak mungkin kita akan semakin tertinggal dan bahkan "tergusur" di negeri sendiri.
Bansos Kemensos Cair Lagi September 2025, Begini Cara Cek Nama Penerima |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Naikkan Gaji Guru, Dosen, TNI dan Polri 2025, Ini Rincian Besarannya |
![]() |
---|
Harga Emas Anjlok Setelah Cetak Rekor, Emas Perhiasan hingga Batangan Turun Drastis Hari ini |
![]() |
---|
Kasus Walikota Prabumulih Arlan Diambil Alih Kemendagri, Terkuak Alasan di Baliknya |
![]() |
---|
Berkas yang Perlu Dipersiapkan untuk Lapor Diri PPG Daljab Tahap 3 di LPTK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.