Kunci Jawaban

Rangkuman Materi PAI Kelas 8 SMP Bab 5 Kurikulum Merdeka, Pembahasan Tentang Daulah Abbasiyah

Bagi siswa kelas 8 SMP yang hendak mencari materi PAI tentang Daulah Abbasiyah secara ringkas dapat menyimak pembahasan berikut.

Penulis: Tria Agustina | Editor: Tria Agustina
YouTube/pngegg.com
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN - Rangkuman Materi PAI Kelas 8 SMP Bab 5 Kurikulum Merdeka, Pembahasan Tentang Daulah Abbasiyah 

SRIPOKU.COM - Berikut ini rangkuman materi mata pelajaran PAI selengkapnya.

Terdapat pembahasan mengenai Daulah Abbasiyah dari Bab 5 Kurikulum Merdeka.

Bagi siswa kelas 8 SMP yang hendak mencari materi PAI secara ringkas dapat menyimak pembahasan berikut yang dibagikan lewat YouTube Portal Edukasi.

Baca juga: Rangkuman Materi PAI Kelas 9 Bab 10, Mengapresiasi Peradaban Pada Masa Syafawi dan India Mughal

Mengenal Daulah Abbasiyah

Daulah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang semuanya berasal dari satu keluarga.

Daulah Abbasiyah adalah keturunan keluarga Abbas yang menjadi raja dan memegang pemerintahan secara turun temurun.

Keluarga Abbas yang dimaksudkan adalah keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib, yang merupakan paman termuda Nabi Muhammad saw.

Daulah Abbasiyah didirikan oleh cicit Abbas bin Abdul Muthalib yang bernama Abu al-Abbas As-Saffah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.

Berikut ini adalah silsilah Bani Abbas dan para penguasa Daulah Abbasiyah sampai masa keemasan:

gambar1 PAI Daulah Abbasiyah
Rangkuman Materi PAI Kelas 8 SMP Bab 5 Kurikulum Merdeka, Pembahasan Tentang Daulah Abbasiyah

Abu al-Abbas dikukuhkan sebagai khalifah pada tahun 750 M setelah berhasil memimpin dan memenangkan perlawanan terhadap Daulah Bani Umayah yang telah berbuat sewenang-wenang terhadap kelompok-kelompok yang bersebrangan.
Abu al-Abbas wafat pada 754 M dan digantikan oleh al-Mansur.

Masa keemasan Daulah Abbasiyah terjadi pada era kepemimpinan Harun al-Rasyid dan berlanjut sampai era al-Makmun.

Sejak pertengahan era al-Makmun, kekuasaan Daulah Abbasiyah mulai melemah.
Pada tahun 1258 M, Daulah Abbasiyah benar-benar runtuh setelah Baghdad ditaklukkan dan dikuasai oleh Bangsa Mongol.
Jatuhnya Baghdad menjadi akhir dari kisah gemilang Daulah Abbasiyah.

Baca juga: Rangkuman Materi PAI Kelas 7 SMP Bab 9 Kurikulum Merdeka, Rukhsah - Kemudahan Beribadah dari Allah

Keindahan Kota Baghdad

Al-Mansur setelah dikukuhkan menjadi khalifah, memutuskan untuk membangun pusat pemerintahan di Baghdad.

Al-Mansur mulai membangun Baghdad pada tahun 762 M.
la mempekerjakan sekitar 100 ribu arsitek, pengrajin, dan buruh yang didatangkan dari berbagai wilayah, seperti Syria (Suriah dan sekitarnya), Mesopotamia (Irak dan sekitarnya), dan daerah-daerah lain.
Setelah selesai, al-Mansur memberikan nama resmi kepada Kota Baghdad dengan sebutan Madīnat al-Salām (Kota Perdamaian).

Tata kota Baghdad dirancang dalam bentuk bundar, oleh karena itu Baghdad dikenal dengan istilah kota bundar.

Berikut ini adalah kilasan seputar kota Baghdad:
• Dikelilingi oleh tembok besar setinggi 27 meter (90 kaki)
• Di luar tembok dibangun parit untuk perairan dan pertahanan
• Di tengah kota dibangun Istana Emas (al-Qaşı al-żżahabi)
• Di samping Istana Emas terdapat Masjid Jami' Al-Mansur

Semakin lama Baghdad benar-benar tumbuh menjadi kota metropolitan.
Sebagai kota metropolitan tempat berkumpulnya masyarakat internasional, banyak seni yang berkembang di Baghdad.

Berikut ini adalah beberapa bidang seni yang berkembang di Baghdad dan berhasil diabadikan dalam catatan-catatan tertulis para sejarawan:
• Seni Arsitektur
• Seni Patung dan Lukis
• Seni Industri
• Seni Kaligrafi
• Seni Musik

Bayt al-Hikmah Sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan

Bayt al-Hikmah dibangun oleh Khalifah Harus al-Rasyid dengan tujuan awal sebagai perpustakaan pribadi.
Pada masa Khalifah al-Makmun, Bayt al-Hikmah diformalkan menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam.
Bayt al-Hikmah dikembangkan menjadi lembaga pendidikan formal dalam rangka mewadahi perkembangan ilmu pengetahuan di Baghdad pada saat itu.

Perkembangan ilmu pengetahuan diawali dari kegiatan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan berbahasa Yunani.

Di tempat ini berkumpul para ahli bahasa Yunani dari Syria yang menerjemahkan buku-buku tentang aritmatika, geografi, filsafat, dan lain-lain dari bahasa Yunani ke bahasa Syria.
Bayt al-Hikmah dibangun sebagai fasilitas bagi para ilmuwan agar mereka bisa berkembang dengan lebih baik.

Para ilmuwan ternama kemudian dipanggil untuk bekerja di tempat ini, di antaranya adalah Hunayn ibn Ishaq dan Tsabit ibn Qurrah.

Sejak menjadi lembaga formal, Bayt al-Hikmah berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Bayt al-Hikmah, bukan lagi sekedar berfungsi sebagai biro penerjemahan, tetapi berkembang sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan.

Bayt al-Hikmah melahirkan para filosof muslim seperti al-Kindi, al-Farabi, hingga al-Ghazali.
Keberadaan Bayt al-Hikmah sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia terus berkembang sampai beberapa penguasa berikutnya, yakni al-Muktasim (833-842 M) dan al-Watsiq (842-847 M).
Namun kejayaan Bayt al-Hikmah mulai meredup pada masa al-Mutawakil (847-861 M).

Meneladani produktivitas, literasi, dan keharmonisan intelektual antar agama

Ada banyak yang bisa kita petik hikmahnya dari masa Daulah Abbasiyah, antaralain:
• Seni pangkal keindahan
• Literasi pangkal kemajuan dan keadaban
• Toleransi pangkal keharmonisan

Dapatkan konten pendidikan mata pelajaran lainnya dari Kurikulum Merdeka dengan klik Di Sini

Dapatkan juga berita penting dan informasi menarik lainnya dengan mengklik Google News

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved